Berita Madura

Begini Cara Produsen Tahu Tempe di Pamekasan Siasati Harga Kedelai yang Terus Melonjak

Penulis: Muchsin Rasjid
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah seorang karyawan produsen tahu, UD Nuri, di Desa Teja Timur, sedang memotong tahu yang sudah jadi.

TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN – Harga kedelai yang belakangan ini terus melonjak, membuat sejumlah produsen tempe dan tahu di Pamekasan, kelimpungan.

Agar produksinya tetap bertahan dan tidak merugi, mereka terpaksa menyiasati kondisi ini dengan sedikit mengurangi ukuran tempe dan tahu hasil produksinya.

Kenaikan harga kedelai impor dari Amerika ini, sebenarnya sudah dirasakan produsen tahu dan tempe sejak 2021 lalu.

Sebelumnya harganya antara Rp 7.500 – Rp 8.000 per kg, maka dalam setengah bulan terakhir ini harga kedelai terus melonjak menjadi Rp 10.000 – Rp 11.000 per kg.

Seperti yang diungkapkan, Ny Rohtina, produsen tahu UD Nuri, di Desa Teja Timur, Kecamatan Kota Pamekasan. Saat ini, harga kedelai merupakan harga tertinggi sepanjang masa, sejak dirinya mengolah kedelai menjadi tahu.

Ia yang memiliki 7 karyawan itu, produksi tahu setiap harinya sebanyak 4 kwintal.

Ketika harga kedelai terus beranjak naik, maka satu-satunya cara yang dilakukan agar tetap berproduksi dan tidak sampai memangkas  jumlah karyawannya, maka ia mengurangi sedikit ukuran tahu.

Baca juga: Harga Kedelai Impor Sudah Naik Lama Sentuh Harga Rp 11 Ribu, Para Pedagang Tahu di Tuban Mengeluh

Baca juga: Tebing Jalan Trunojoyo Pamekasan Ambrol Sepanjang 10 M, Sisi Barat Jalan Belum Bisa Dilewati

Feri Hariyanto, pemilik tempe merek Pak Heri, di Jl Purba, Pamekasan, saat memeriksa hasil produksi tempenya. (TRIBUNJATIM.COM/Muchsin)

Tahu buatannya termasuk buatan produsen lainnya dijual per papan dengan harga Rp 27.000 untuk pelanggan tetap dan Rp 28.000 non pelanggan per papan.

Setiap papan ini, bisa dipotong menjadi antara 30 bagian hingga 45 bagian, tergantung permintaan pemesan.

Menurut Ny Tin, panggilan Ny Rohtina, kepada TribunJatim.com, Selasa (15/2/2022), produksi tahu miliknya selama ini dilempar ke sejumlah pasar tradisional di Pamekasan, dikirim ke pondok pesantren, pedagang tahu keliling menggunakan sepeda motor yang dijual ke kampung-kampung dan dikirim ke Sampang.

“Kami tidak berani menaikkan harga jual tahu produksi kami. Jadi, kami hanya mengurangi sedikit ukuran tahunya saja. Dan semua pelanggan sudah mengerti dengan kondisi kedelai yang terus merangkak naik, "kata Ny Tin.

Baca juga: Ayu Ting Ting Mendadak Jualan Nasi Telur dan Tempe Orek, Harganya Tak Sebanding? Lihat Penampakannya

Baca juga: Jebol Dinding Pakai Sikat Gigi, Tahanan Kasus Narkoba Ini Kabur dari Rutan Sampang, Petugas Heran

"Kami berharap semoga suatu saat harga kedelai ini turun. Karena kenaikan kedelan ini benar-benar membuat kami kelimpungan dengan keuntungan yang tidak seberapa," imbuhnya.

Hal senada, diungkapkan Feri Hariyanto, produsen tempe Pak Heri, Jl Purba Pamekasan, yang berdiri sejak 1995 lalu.

Kenaikan kedelai ini juga memukul produsen tempe dan kondisi ini merata, bukan hanya terhadap dirinya, juga produsen tempe lainnya.

Feri Hariyanto mengungkapkan, setiap harinya hasil produksi tempenya sebanyak 4 kwintal. Penjualannya ke Pasar 17 Agustus, Pasar Kolpajung dan ke pasar di kawasan Kecamatan Larangan.

Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Pemkot Blitar: Tidak Ada Program Subsidi untuk Pelaku Usaha Tahu dan Tempe

Halaman
12

Berita Terkini