"Sekitar pukul 23.00 WIB, saya tanya Ibu saya soal jam kepulangan. Waktu itu, Ibu mengaku masih di kawasan Malioboro," katanya.
Ia mengaku hampir tak memiliki firasat apapun sebelum insiden ini. Apalagi, kegiatan berlibur bersama keluarga maupun tetangga menjadi agenda rutin yang digelar tiap tahun.
Bahkan, pekan lalu ia bersama rombongan keluarganya baru pulang dari Malang untuk wisata keluarga.
"Waktu itu, yang berangkat sekitar 65 orang dan Alhamdulillah tak ada kendala," katanya
Namun berbeda halnya dengan agenda wisata ke Dieng. Ia sempat ragu ketika melihat kru bus. Menurutnya, kru bus terkesan tergesa-gesa.
"Mereka seakan mengejar jadwal. Sebab berdasarkan yang kami dengar, ada jadwal (Wisata Religi) Wali Limo pada Senin tersebut," katanya.
Hal ini pun diperkuat dengan kondisi bus yang seakan disiapkan untuk rombongan banyak bus.
"Ada simbol huruf "D" ditempel di kaca yang sepertinya memang disiapkan untuk rombongan bus setelah dari Dieng. Sebab, kalau untuk rombongan ke Dieng cuma satu bus," katanya.
Dengan asumsi padatnya jadwal tersebut, ia menduga kru bus pun bisa mengalami kelelahan. "Penumpang saja pada tidur kan," katanya.
Atas keanehan tersebut, Riski pun sempat mencegah keluarganya berangkat.
"Anak saya saja mau ikut akhirnya saya larang. Sebab, terkesan dipaksakan sejak awal," kata Bapak dua orang anak ini.
Namun, pada akhirnya sebagian anggota keluarganya berangkat bersama 25 tetangga lain. Hingga akhirnya kejadian naas itu terjadi Senin pagi.
Saat ini, pihaknya fokus untuk memastikan kondisi keluarganya. Termasuk, menjaga keponakannya, Cipta Prayoga yang kini menjadi yatim piatu setelah ayah dan ibu dia meninggal dalam peristiwa ini.
"Harapannya, keluarga kami bisa dirujuk ke satu tempat sehingga kami mudah untuk menjaganya. Untuk saat ini, kami membagi anggota keluarga untuk berjaga," katanya