"Bayangkan mata tak boleh berkedip dalm waktu yang lama. Kami dibayar Rp 75 ribu sekali pengambilan gambar," ujarnya.
Sementara ada yang dibayar hanya Rp 75 ribu, yang lainnya malah dibayar sampai Rp 2 juta.
Sardiman (63), mengaku menjadi peran figuran di film KKN di Desa Penari selama tiga hari.
"Saya jaga malam di setiap lokasi syuting jaga alat-alat dapat Rp 2 juta. Saya jaga bersama dua rekan saya, yaitu Antok dan Marsidi, semua masing-masing dapat Rp 2 juta," kata dia.
Ketua RT 2 RW 1 Pedukuhan Ngluweng, Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen, Chasanah membenarkan bahwa wilayahnya menjadi salah satu pengambilan gambar film.
Rumah milik Ngadiyo menjadi salah satu lokasi utama.
Diketahui, rumah milik warga bernama Ngadiyo itu dijadikan lokasi syuting pada November 2019.
Baca juga: KKN di Desa Penari Tembus 6 Juta Penonton, Kalahkan Pengabdi Setan dan Suzzanna, Film Horor Terlaris
Nah, ada cerita menarik setelah rumah Ngadiyo dijadikan lokasi syuting KKN di Desa Penari.
Ketua RT 002 RW 001 Pedukuhan Ngluweng, Chasanah, mengatakan, Ngadiyo tidak lagi menempati rumah tersebut usai dijadikan lokasi syuting.
Dia hanya tinggal bersama istrinya.
"Dan setelah selesai syuting, pindah karena di situ perasaannya takut. Sudah lama itu sekitar satu tahunan mereka pindah," kata Chasanah, saat ditemui di rumahnya dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/5/2022).
Chasanah juga menyebut, setelah rumah berbentuk limasan dengan dinding bambu dan kayu itu tak lagi ditempati, Ngadiyo berencana menjual rumah tersebut.
Ngadiyo hanya menjual bangunannya saja, tidak termasuk tanahnya.
Baca juga: Arti Lirik Lagu Dhat Kinanti, OST Film Horor KKN di Desa Penari, Sang Hyang Sukma Nyawiji
Beberapa perdebatan juga sedang ramai di media sosial, di antaranya terkait keaslian cerita KKN di Desa Penari tersebut.
Muncul spekulasi bahwa thread SimpleMan seolah sudah disiapkan sebagai strategi marketing.