Berita Blitar

Kisah Empat Pendaki Asal Malang Tersesat di Gunung Kelud Blitar, Bertahan dengan Peluk Pohon

Penulis: Imam Taufiq
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim SAR, BPBD Kabupaten Blitar berhasil menyelamatkan empat pendaki yang tersesat di lereng Gunung Kelud, yang masuk wilayah Kabupaten Blitar.

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Imam Taufiq

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Empat pendaki asal Kabupaten Malang yang diselamatkan saat tersesat di Gunung Kelud, Kabupaten Blitar, Minggu (25/9/2022) sore kemarin, menyisakan cerita heroik.

Sebab, bukan hanya sekadar panik karena tak menemukan jalan turunnya namun juga harus menahan perut yang melilit sehingga harus memakan apa yang ditemukan di dalam hutan yang ada di lereng gunung itu.

Selain itu, juga ada cerita heroiknya karena salah satu dari mereka itu, dikabarkan ada yang jatuh terperosok.

Namun, nasib baik masih berpihak padanya karena berhasil bertahan agar tak sampai terperosok kian parah. Sebab, di saat jatuh terperosok sedalam 5 meter, tangannya berhasil menyambar pohon, lalu dipakai bertahan dengan cara dirangkulnya.

Dengan merangkul pohon berjam-jam itu, ia akhirnya berhasil selamat, sampai akhirnya datang pertolongan dari tim SAR, yang terdiri anggota BPBD Kabupaten Blitar dan anggota Polsek Garum.

"Anggota dan tim SAR ya harus menjemputnya karena mereka tak tahu jalan turunnya," kata AKP Burhanuddin, Kappolsek Garum, Senin (26/9/2022).

Keempat pendaki yang tersesat itu, semuanya berasal dari Kabupaten Malang. Yakni, Edi Muhammad Anwar (21), warga Kelurahan Sedayu, Faris (22), warga Kelurahan Sanankerto, Andi Akbar (21), dan Eka Candra (21), keduanya warga Desa Gedog Wetan, semunya Kecamatan Turen (Kabupaten Malang).

"Mereka selamat semua, dan Minggu petang kemarin, mereka sudah dijemput perangkap desanya masing-masing dan keluarganya untuk diajak pulang (ke Malang)," ungkapnya.

Belum diketahui apakah mereka sudah pernah mendaki sebelumnya. Namun informasinya, mereka baru suka mendaki sehingga belum banyak gunung yang dijelajahinya.

Baca juga: Misteri Hilangnya Mahasiswa di Bukit Krapyak Pacet, Dimas Tak Sengaja Terekam Video Milik Pendaki

Bahkan, informasinya gunung yang berlava, yang didakinya itu, baru Gunung Kelud itu. Namun, keberanian mereka cukup diacungi jempol karena berani terus mengasah nyalinya.

"Yang penting, semuanya selamat meski sempat mengalami peristiawa seperti itu. Bahkan, salah satu dari mereka ada yang sempat terperosok, nggak apa-apa lah, semua itu buat pengalaman mereka," ujar Budiono ST, Kades Gedog Wetan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

Budiono mengaku kalau detailnya tak paham namun musibah itu terjadi ketika rombongan pendaki itu turun dari kawah gunung, yang sudah 12 tahun diperebutkan kepemilikannya antara Kabupaten Blitar dengan Kediri itu. Mereka sudah menginap semalam di puncak kawah itu, lalu Minggu paginya, balik setelah menikmati indahnya sunrise di atas puncak gunung yang kini pengelolaan wisatanya dikuasai oleh Pemkab Kediri itu. "Mereka berangkat dari rumahnya, Jumat (23/9/2022) sore (dengan berboncengan dua sepeda motor)," tuturnya.

Meski banyak jalur pendakian namun mereka lewat jalur Desa Tulungrejo, Kecamatan Gandusari. Setiba di pos Desa Tulungrejo, mereka tak langsung mendaki melainkan menginap semalam dan baru mendaki, Sabtu (24/9/2022) pagi.

Informasinya, kalau naik lewat jalur Desa Tulungrejo lebih cepat atau lebih dekat ke kawah atau tak sampai seharian perjalanan sehingga bisa menginap di puncaknya. Rupanya, pendakian mereka itu berlangsung aman dan mereka bisa memasang tenda malam harinya.

Baru Minggu pagi, setelah melihat matahari terbit, mereka turun untuk menuju ke pos Desa Tulungrejo.

Entah apa yang terjadi, di tengah jalan, mereka tersesat atau salah jalur, hingga membuatnya bingung dan panik.

Sepertinya, jalur yang dilewati bukan jalur saat naik kemarin, namun sudah bergeser arah sehingga membuatnya kian tersesat jauh dari jalur ke pos Tulungrejo. Meski sudah berusaha menemukannya namun bukannya ketemu jalur pulangnya namun kian jauh salah jalannya. Di saat mencari jalan dan kian tersesat, dikabarkan salah satu dari mereka, terjatuh dan terperosok.

"Nggak ada yang luka, cuma ada yang lecet-lecet karena dia terperosok. Untungnya, tangannya berhasil meraih pohon sehingga bisa dipakai bertahan," ungkap Budiono, Kades Gedog Wetan.

Melihat satu temannya bertahan dengan merangkul pohon, ketiga temannya tak berani menolongnya. Bukan tak setia kawan, mungkin karena peralatannya yang terbatas, sehingga membuatnya tak berani. Namun, melihat temannya berhasil merangkul pohon dan aman, ketiganya plong. Bersamaan itu, salah satu dari mereka berusaha menghubungi petugas yang ada di Pos Tulungrejo, dan mengabarkan kalau dirinya tak bisa pulang karena tak tahu jalurnya.

"Semua pendaki yang akan naik, selain didata juga dimintai nomer telepon, termasuk harus mencatat nomer HP petugas yang ada di pos itu. Begitu dikabari kalau pendaki salah jalan, akhirnya kami bergerak," ungkapnya.

Namun, setelah diketahui titik kordinat mereka jauh dari pos masuk Desa Tulungrejo, petugas jaga menghubungi pos pintu masuk di tempat lain. Karena mereka berada di Kecamatan Garum, maka pos pintu masuk yang ada di Desa Karangrejo, Kecamatan Garum bersama tim SAR lainnya, yang menjemputnya. "Kalau dari pos mereka saat naik kemarin (Desa Tulungrejp), ya jauh (ada kalau 30 km lebih)," ujarnya.

Untungnya, medannya tak seberat di tempat lain karena bisa dijangkau dengan sepeda motor Trail, sehingga bisa dicari dengan cepat. Hutannya di lerang itu tak selebat di tempat lainnya, karena banyak tanaman petani, seperti ubi jalar, kacang, dll. Saat ditemukan, mereka dalam kondisi sehat dan katanya menemukan buah pepaya, sehingga bisa buat menganjal perutnya.

"Nggak apa-apa, sehat dan langsung kita bawa turun lewat ppos terdekat (Kecamatan Garum)," ujar Burhanuddin.

Endang, salah satu ibu pendaki yang selamat mengaku bersyukur karena anaknya selamat berkat kecepatan petugas yang menolongnya. "Kata demikian (sempat terjatuh) namun alhamdulillah akhirnya selamat. Anak saya sekarang sudah keluar ngopi (minum kopi di warung)," ujar Endang, yang berkali-kali mengaku bersyukur anaknya selamat.

Memang, keberadaan Gunung Kelud itu, sudah lama pemicu hubungan tak harmonis antara Pemkab Kediri dengan Pemkab Blitar. Mereka bertengkar karena Pemkab Kediri membangun jalan menuju ke puncak, bahkan juga sudah membangun area wisata di atas kawah itu. Kduanya berkali-kali sudah saling gugat dengan adu kuat atas buktinya masing-masing.

Namun, tetap menemui jalan buntu, malah kedua rakyat mereka tersulut. Terutama, bagi warga yang tinggal diperbatasan, mereka sampai bersiteng dengan membangun pos pantau di perbatasannya masing-masing. Bahkan, Pemkab Kediri sampai berlebihan karena melibat Satpol PP di pos itu, untuk mengusir warga Blitar, yang ketahuan mencari rumput di wilayahnya.

Padahal, di antara perbatasan itu, adalah wilayah hutan, yang siapa pun bebas. keluar masuk. Akhirnya, warga di kedua perbatasan itu kian meruncing, karena kian ancam.

Paska gugatan-gugatan Pemkab Kediri ditolak PTUN, Gubernur Jatim saat itu (Oktober 2013) lalu, Soekarwo, menetapkan kalau Gunung Kelud dalam status quo (colling down atau kedua pemkab agar menghentikan persiteruannya). Caranya, tak saling mengklaim atas kepemilikan itu.

Namun, rupanya Pemkab Kediri bukan hanya tak mematuhi SK gubernur namun justru memancing emosi warga Blitar karena diam-diam masih tetap melakukan pembangunan di area wisata yang ada di atasanya. Aralasannya, karena ia sudah mengeluarkan anggaran besar buat investasi itu (Rp 21 miliar).

Sikap Pemkab Kediri yang tak mematuhi seperti itu, juga bukan sekali itu namun sebelumnya juga sudah pernah. Ia pernah mengajukan gugatan keberatan atas keputusan SK gubernur Jatim, yang mencabut SK kepemilikan Gunung Kelud oleh Pemkab Kediri.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini