"Tadinya waktu anak saya kecil, pernah main ke rumah dia, sekarang kan ketutup."
"Jadi kalau ketemu, saya tegur sapa saja," ujar Tio.
Menurut Tio, ia tidak pernah bertemu lagi sejak kejadian sang anak berjalan dengan kaki yang diikat plastik hitam tersebut.
Hingga kini, Tio mengaku masih kaget dengan adanya kejadian tersebut.
Pasalnya ia mengira, seluruh keluarga tersebut sudah pindah, hanya sisa sang anak saja.
"Waktu dengar ada empat korban, saya kaget. Soalnya saya udah lama enggak dengar."
"Biasanya kan kalau dia ngobrol, saya lagi kerja-kerja di sini akan kedengaran."
"Ini tuh enggak ada suara lho," beber Tio.
Baca juga: Terungkap Pekerjaan Anggota Keluarga yang Tewas di Kalideres, Kerabat Merasa Aneh, Suka Ngasih Dia
Sementara itu Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, menduga, keluarga ini menganut paham apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia.
Adrianus membayangkan keluarga tersebut mengakhiri hidup dengan melaparkan diri.
Meskipun begitu ia juga tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu karena lama dan menyakitkan.
"Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem," ujar Adrianus pada Sabtu (12/11/2022).
Ia justru menduga ada tindakan pelaparan.
Artinya, ada pihak-pihak yang membuat mereka lapar dengan tidak memberi akses makanan.
Ada kemungkinan juga pihak yang lebih muda lebih aktif dan bisa saja sebagai pelaku tindakan pelaparan.