Bahkan, murid disabilitas di sanggar miliknya pernah menjadi juara satu tingkat nasional dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional.
"Murid di sanggar saya banyak yang berprestasi. Mereka juga selalu terlibat ketika ada pameran seni lukis di Kota Blitar," katanya.
Agar tidak menganggu jam kerjanya sebagai guru, Igit hanya membuka kursus melukis di sanggar pada Sabtu dan Minggu.
Karena, selain mengajar di SMPN 1 Kota Blitar, Igit juga mengajar ekstrakurikuler seni rupa di sejumlah SD di Kota Blitar.
"Belajar di sanggarnya hanya Sabtu sore dan Minggu pagi. Sekali pertemuan biasanya durasinya tiga jam," katanya.
Wakil Kepala SMPN 1 Kota Blitar Bidang Kesiswaan, Akhiyadi mengapresiasi langkah Igit yang membuka sanggar seni lukis di rumah.
Menurutnya, sanggar milik Igit positif terutama untuk pengembangan seni bagi anak-anak.
"Sekolah juga tidak masalah Pak Igit punya sanggar lukis di rumah, selama itu tidak mengganggu tugas-tugasnya sebagai guru. Sanggar itu memang sudah sesuai jiwa Pak Igit yang basicnya seni rupa dan untuk menyalurkan pengetahuan kepada masyarakat terutama anak-anak di dunia seni," katanya.