TRIBUNJATIM.COM - Inilah sosok Agus Sujatno pelaku peledakan bom di Polsek Astana Anyar Bandung yang masuk jaringan JAD.
Pelaku peledakan bom di Polsek Astana Anyar Kota Bandung ini juga dikenal dengan nama alias Agus Muslim.
Dilansir dari Tribun Jabar, identitas Agus Sujatno diketahui polisi lewat sidik jari pelaku yang ada di lokasi.
Polisi mencocokkan sidik jari pelaku dengan sidik jari di lokasi ledakan bom di Kota Bandung.
Hingga akhirnya diketahui sosok Agus Sujatno lah pelaku ledakan bom di Astana Anyar.
Baca juga: Pasca Bom di Bandung, Polresta Malang Kota Lengkapi Anggota dengan Laras Panjang & Rompi Anti Peluru
Hal itu dijelaskan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam siaran live KOMPASTV di lokasi kejadian ledakan bom, Rabu (7/12/2022).
Ia menjelaskan, Agus Sujatno pernah terlibat aksi bom Cicendo Kota Bandung.
"Pelaku pernah ditangkap karena bom Cicendo, sempat dihukum empat tahun di LP Nusakambangan."
"Pada Sepetember 2021 bebas," jelas Kapolri Jenderal Sigit Prabowo
Dijelaskan, Agus Sujatno masuk kategori pelaku tindak teroris berat.
Itulah mengapa dirinya pernah dihukum penjara di LP NUsakambangan.
Agus Sujatno teridentifikasi masuk jaringan JAD Bandung, Jawa Barat.
Agus Sujatno masih sulit diajak bicara meskipun sudah bebas dari penjara.
"Agus sebelumnya diproses di LP Nusakambangan, artinya dalam tanda kutip masih merah. Sudah diajak bicara, menghindar," ujar Kapolri.
Diberitakan sebelumnya, Polsek Astana Anyar Kota Bandung diserang bom bunuh diri pada pukul 08.00 WIB, Rabu (7/12/2022).
Hal itu terjadi ketika anggota Polsek Astana Anyar sedang melakukan apel pagi.
"Polsek Astana Anyar sedang apel, satu orang laki-laki masuk ke polsek mengacungkan senjata tajam, menerobos barisan apel."
"Anggota menghindar dan terjadi ledakan, pelaku membawa bom."
"Diduga bom bunuh diri, pelaku meninggal dunia," ujar Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Aswin Sipayung, dikutip dari Tribun Jabar.
Baca juga: UPDATE KORBAN Ledakan Bom Bunuh Diri Bandung: 1 Polisi Tewas, 7 Orang Luka
Pelaku penyerangan bom Polsek Astana Anyar ini diduga menggunakan sepeda motor bebek warna biru yang terparkir di depan.
Di sepeda motor pelaku juga terdapat kertas putih bertuliskan, 'KUHP-Hukum, Kafir/Syirik Perangi para penegak hukum setan'.
Motor tersebut lantas menjadi saksi bisu kenekatan pelaku dalam melakukan aksinya.
Adapun kondisi pelaku penyerangan bom ke polsek ini diketahui meninggal di tempat.
Yakni dengan kondisi tubuhnya terbagi ke dalam beberapa bagian dan saat ini sudah dievakuasi ke RS Imanuel Bandung.
"Ledakan terjadi di bagian dalam, depan pintu masuk polsek."
"Korban tiga polisi luka, sekarang lagi dibawa ke rumah sakit di Bandung," katanya.
Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, kepolisian dan pihak terkait perlu menaruh waspada terhadap kemungkinan aksi susulan.
Pasalnya, ia menduga aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar masih berkaitan dengan rangkaian bom yang sempat terjadi di Pakistan dan Thailand.
Kelompok teroris tersebut kata Al Chaidar, masih berkaitan atau berafiliasi dengan ISIS.
Ia menjelaskan, kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS di Indonesia adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Kelompok JAD ini biasanya melakukan serangan dan ditujukan kepada polisi."
"Seringkali juga mereka selain bawa bom, juga bawa senjata tajam, pisau dapur, dan sebagainya," kata Al Chaidar, dalam tayangan di KOMPASTV.
Baca juga: 6 FAKTA Wanita Bercadar Menerobos Istana Negara: Mimpi Masuk Surga - Ingin Temui Presiden Jokowi
Berdasarkan pengamatannya, kelompok JAD kerap melibatkan keluarga dalam setiap aksinya.
Sehingga jika pelaku bom bunuh diri yang meninggal dunia di Polsek Astana Anyar adalah laki-laki.
Maka bila dia telah berkeluarga, tak menutup kemungkinan akan ada kejadian susulan oleh pelaku wanita.
"Pelakunya biasanya memang kalau tidak keluarga, suami istri, wanita, laki-laki."
"Dan biasanya kalau pelakunya laki-laki, biasanya diikuti oleh pelaku yang wanita kalau dia sudah berkeluarga," terangnya.
Sehingga Al Chaidar meminta adanya kewaspadaan dari pihak berwajib soal potensi aksi terorisme susulan setelah peristiwa saat ini.
"Harus ada kewaspadaan, kemungkinan ini dilakukan juga nanti berikutnya oleh perempuan kalau dia sudah punya istri."
"Makanya kalau identitas sudah diketahui apakah punya istri, anak, biasanya itu dilakukan secara berurutan," ungkap dia, dilansir dari Tribunnews.com.