Sekeras apapun usaha ayah Rehan Staton menghasilkan uang, tidak cukup untuk membayar kebutuhan hidup.

Akibatnya mereka sering kali harus melewatkan hari tanpa makanan.

Bahkan sampai tiba di satu titik di mana listrik dan air di rumah mati lantaran tidak pernah dibayar.

Memasuki kelas 7, Rehan Staton tidak lagi mampu melanjutkan sekolahnya karena sang ayah tidak bisa membayar.

Ketika itu Rehan Staton mengira pintu masa depan untuknya sudah tertutup, namun secara tidak sengaja dia menemukan kecintaan pada dunia atletik, seni bela diri, dan tinju.

Namun hal itu kembali pupus ketika Rehan Staton mengalami cidera bahu.

Untuk mengisi waktu luang dan menghilangkan frustasi, Rehan Staton melamar menjadi pemungut sampah di sebuah perusahaan kebersihan.

Baca juga: Sehari Makan Habiskan Rp 6000, Gadis Muda Bisa Beli 3 Rumah Mewah, Hemat Sabun, Makan dari Panci

Rehan Staton bekerja sangat keras dan dia tidak pernah menyangka tempat yang biasa dijauhi orang karena bau itu akan membantu hidupnya membuka lembaran baru.

Mengetahui cerita Rehan Staton, seorang rekan kerja memutuskan untuk berbicara dengan putra pemilik perusahaan bernama Brent Bates.

Kisah kerja keras Rehan Staton segera menarik simpati.

Baca juga: Bayi yang Ditemukan di Merjosari Malang Ternyata Dibuang Ibu Kandung, Pelaku Ngekos Dekat Lokasi

Brent Bates lantas membawa Rehan Staton ke Universitas Negeri Bowie untuk bertemu dengan seorang profesor.

Profesor itu terkesan setelah berbicara dengan Rehan  Staton.

Dia secara pribadi mengajukan petisi kepada panitia penerimaan tentang keadaan khusus Rehan Staton dan universitas menerimanya sebagai mahasiswa.

Rehan Staton mulai kuliah dan sukses membuat orang kagum karena memperoleh IPK 4.0 pada semester pertama.