Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sylvianita Widyawati
TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Jika ke Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, ada destinasi wisata yang bisa dikunjungi wisatawan.
Di desa ini ada Desa Wisata Edelweiss yang dikelola Kelompok Tani Hulun Hyang yang diketuai oleh Teguh Wibowo.
Lokasi wisata Taman Edelweiss ini berdiri di atas tanah kas desa seluas 1200 m2 pada 2018.
Di lokasi ini ada budidaya edelweiss.
Tanaman atau bunga edelweiss kerap digunakan untuk upacara adat suku Tengger.
Namun seiring waktu, tanaman ini dilindungi.
Baca juga: Kini Bus Malang City Tour Jadi 5 Unit, Layani Wisata Tengah Kota dari Heritage Kayutangan hingga MCC
Sehingga tak semua orang bisa mengambilnya.
Agar tak musnah, maka tanaman ini perlu dibudidayakan.
Edelweiss dikenal sebagai bunga abadi karena bisa bertahan sampai 10 tahun.
"Awal ketika kami ingin fokus ke budidaya edelweiss juga sempat dicemooh. Namun setelah berkembang, mulai mendapat apresiasi masyarakat. Ini sebagai upaya menjaga budaya dan budidaya. Bahkan berikutnya bisa memberikan PAD bagi desa sekitar Rp 38 juta per tahun yang didapat dari tiket masuk wisatawan," kata Teguh, Sabtu (6/1/2023).
Harga tiket/restribusi Rp 10.000 per orang ke tempat ini plus dapat minuman selamat datang.
Pada 2022, perolehan hasil dari kegiatan yang ada di Desa Wisata Edelweiss hampir Rp 1 Miliar.
Sedang jumlah kunjungan wisata mencapai 38 ribu orang pada 2022.
Pada 2021 mencapai 19 ribu pengunjung.
Baca juga: Murah Meriah, Wisata Sumber Maron Malang Diserbu 26 Ribu Pengunjung saat Libur Tahun Baru 2023
Selain dari tiket wisatawan, juga ada pemasukan dari kafe, penjualan suvenir bunga edelweiss dll.
"Jumlah wisatawan yang datang di luar perkiraan kami. Mungkin kadung viral. Bahkan pada akhir pekan bisa mencapai 500 sampai 600 orang," jelas Teguh.
Pengembangan kawasan ini tak lepas dari peran Bank Indonesia perwakilan Malang yang memberikan CSR dalam bentuk prasarana sejak 2019.
Hasilnya menjadikan kawasan wisata ini tertata.
Bahkan ada kafe untuk menikmati view sekitar sambil makanan dan minum.
Untuk spot selfie, diberi tambahan jembatan di depan kafe.
Di lokasi kafe disediakan juga toilet yang bersih lengkap dengan musholanya.
Kepala BI Perwakilan Malang Samsun Hadi merasa senang dengan perkembangan desa wisata ini.
Baca juga: Rekomendasi Wisata di Malang Buat Akhir Tahun, Taman Bendungan Selorejo Suguhkan Keindahan Alam
"Saya bilang cukup berhasil. Bahkan ini bisa direplikakan di sekitar kawasan Bromo dulu. Misalkan dengan CSR dari pihak lainnya," jelasnya.
Dari poktan juga mendapat keuntungan finansial karena bisa mengelola kawasan ini.
"Jika selama jadi petani sayur tidak ada masukan rutin, dengan adanya ini jadi ada pemasukan rutin," kata dia.
Jumlah anggota poktan ada 26 orang.
Hasil yang didapat dari kegiatan di desa wisata bisa dibagi hasil atau ada SHU.
Selain itu juga bisa menggaji pegawainya.
Teguh berharap pengembangan kawasan ini terus berkembang sehingga wisatawan tak hanya datang sekali tapi bisa berkali-kali.
"Dulu kami hanya ingin orang yang ke Bromo datang kesini. Sekarang banyak yang datang langsung ke sini sebagian besar," jelasnya.
Tahun ini ditargetkan ada kunjungan 50.000 pengunjung.
Adapun tanaman edelweiss yang dikembangkan di lokasi ini ada tiga jenis yaitu Anaphalus Javanica, Viscide dan Longifolia.
Tanaman edelweiss lama sekali masa panennya.
Paling cepat panen antara 8-12 bulan.
Baca juga: Wisata Pantai Pasir Putih Dalegan Gresik Ramai Dikunjungi Wisatawan di Libur Nataru
Sehingga bunga edelweiss di taman ini bisa ditemui antara bulan Mei-Juni.
Dari pantauan di lokasi, banyak anak muda yang datang ke lokasi wisata ini secara berkelompok menikmati suasananya.
Sebelum masuk ke lokasi ini, wisatawan disambut beraneka bunga warna warni.
Di sini juga ada contoh budidaya endelweiss yang bisa jadi edukasi buat wisatawan.
Ada yang dimasukkan dalam pot dan kemudian dipindahkan ke pot.
Selanjutnya ditanam di lahan yang ada.
Selain budidaya di lokasi, sebagai CSR poktan, bibitnya juga disebar di kawasan desa.
Sementara untuk kuliner di kafe banyak pilihan minuman terutama kopi.
Untuk makanan seperti kentang goreng, tempe mendoan, mie instant dll.
"Kalau makanan berat masih belum. Tapi kalau ada pesanan khusus baru dibuatkan," kata dia.
Tantangan lain di wisata ini adalah jika turun hujan.
Sebab tempat berteduh bagi wisatawan terbatas. Sehingga perlu penambahan sarananya.
Di Taman Edelweiss ini juga dilakukan penanaman edelweiss oleh Samsun Hadi, Kepala BI Perwakilan Malang.
Berita Pasuruan lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com