Dwi mengatakan video tutorial bermain lato-lato tersebut dibuat untuk menghibur dan melakukan pendekatan humanis kepada masyarakat.
Dia mengaku menyesal membuat video tersebut dan berjanji menerima sanksi dari pihak yang berwenang.
Aipda Dwi Hartono kemudian melampirkan sejumlah foto, di mana dirinya dihukum push up oleh pimpinannya.
Sementara itu, lato-lato kini mulai meresahkan masyarakat, karena suaranya dianggap mengganggu dan telah melukai sejumlah anak.
Lantas, perlukah sekolah melarang siswa memainkan lato-lato?
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau kerap disapa Kak Seto setuju jika sekolah melarang lato-lato.
Hal itu menurut Kak Seto untuk melindungi anak dan agar tidak menggangu konsentrasi di lingkungan belajar.
"Intinya kalau itu demi kepentingan terbaik bagi anak, hanya melindungi anak, justru (melarang) itu yang terbaik. Jadi konteksnya adalah demi perlindungan anak," kata Kak Seto kepada Kompas.com, Senin (9/1/2023).
Baca juga: Arti Kata Lato-lato, Mainan Tradisional yang Viral di TikTok, Senjata Karakter Anime Jepang Ini
Kak Seto menjelaskan, permainan yang mengeluarkan bunyi tek-tek-tek ini sebenarnya tak masalah apabila dilakukan oleh orang profesional atau orang dewasa yang mengetahui caranya sehingga menghindarkan adanya bahaya.
Namun apabila dimainkan anak-anak dan bisa menimbulkan bahaya maka menurutnya sebaiknya diganti dengan permainan lain yang lebih aman dan edukatif.
Sebagai alternatif, Kak Seto menyebut bola lato-lato bisa diganti dengan bahan yang tidak berbahaya jika terkena anggota tubuh.
Sebab, permainan lato lato menurutnya juga memiliki sisi postif untuk perkembangan anak.
"Sisi positifnya itu bisa melatih ketangkasan fisik anak, kepercayaan diri, melatih sosialisasi, dan sebagainya. Tapi kalau apa pun sudah berlebihan, ya dilarang," ujarnya.
"Artinya, permainan ini positif jika diawasi oleh orang dewasa dengan cara yang benar. Kalau asal-asalan, ya berbahaya," sambungnya.
Lato-lato sebenarnya bukan permainan baru, karena sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.