Pasalnya mulai tahun ini ada kredit berbunga rendah yang bisa diakses petani dengan nilai maksimal pinjaman Rp 50 juta. Dan, bunganya hanya 3 persen setahun.
“Bunga 3 persen setahun ini sudah di bawah KUR dan cukup ringan karena selisihnya ditanggung APBD Provinsi Jatim. Jika pak bupati berkenan nanti direktur atau perwakilan Bank UMKM Jawa Timur akan berkoordinasi," jelasnya.
Selanjutnya terkait pupuk, Khofifah menjelaskan, dari 9 kategori pupuk, tinggal 2 yang disubsidi. Sedangkan petani banyak membutuhkan SP36.
Dia mengaku sudah menyampaikan hal ini kepada Presiden Joko Widodo, karena Sp36 akan akan berpengaruh pada rendemen padi.
“Keluhan dari para petani ini sudah kami sampaikan kepada pak presiden. Insyaallah nanti ketika pak presiden panen raya di Jatim dalam minggu ini akan saya sampaikan kembali. Sekarang itu banyak yang rendemennya di bawah 70 karena sp36-nya dihapus dari kategori pupuk subsidi,” katanya.
Tak hanya memanen, pada kesempatan itu Gubernur Khofifah bersama Bupati Tuban Aditya Halindra menjajal langsung pengoperasian mesin panen combine harvester.
Alat combine harvester ini merupakan alat panen dengan banyak fungsi. Di antaranya, sebagai alat panen, alat perontok padi dan juga sebagai alat pembajak sawah.
Sementara itu, Bupati Tuban Aditya Halindra menyatakan, bedasarkan data Dinas Pertanian, potensi area persawahan di Tuban mencapai 24.127 Ha. Sementara panen raya padi yang dilakukan di Kecamatan Widang memiliki luas area sebesar 2.226 Ha kemudian di Desa Ngadirejo seluas 245 hektare.
"Rata-rata sekali panen 1 hektare bisa menghasilkan 7,6 ton, bahkan area yang dipanen hari ini bisa mencapai 9 ton/hektare," ungkapnya.
Dia menjelaskan, area persawahan di Tuban bisa melakukan tanam sebanyak tiga kali, di mana dua di antaranya tanam padi dan satu kali tanam bisa dilakukan di hortikultura. Salah satunya buah melon, yang kualitasnya juga sangat baik.