Berita Viral

Fakta Hujan Cacing di China, Warga Merinding Keluar Pakai Payung, Ada Fenomena Serupa di Florida

Penulis: Ignatia
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fenomena hujan cacing yang terjadi di China dan ternyata inilah fakta sebenarnya.

TRIBUNJATIM.COM - Inilah fakta sebenarnya video viral yang menyebutkan China saat ini tengah mengalami hujan cacing.

Videonya yang membuat netizen merinding ini menimbulkan berbagai teori konspirasi.

Sebuah video tersebar di China dan media sosial dunia karena kengerian yang terjadi di dalam video itu.

Belum lama ini, Provinsi Liaoning, China tengah viral dengan adanya info fenomena hujan cacing.

Terlihat pula dalam video yang beredar di berbagai sudut kota dan parkiran mobil, terdapat benda bergerak mirip cacing.

Fenomena hujan cacing yang viral di media sosial ini memperlihatkan tumpukan benda aneh yang berserakan di jalan, hingga menempel di atas mobil warga.

Pada video yang beredar, tampak sejumlah warga keluar rumah menggunakan payung.

Warga menghindari hujan cacing yang membuat geli sekaligus merinding itu. 

Banyak netizen yang juga mulai menebak-nebak apa sebenarnya benda yang turun dari langit tersebut.

Hingga kini masih belum diketahui fakta resmi dari pemerintah setempat.

Baca juga: Suasana Ceria Berubah Petaka, Main Hujan Dekat Saluran Air, Bocah di Gresik Meregang Nyawa

Meski begitu, beberapa pakar cuaca hingga ahli mengurai pendapat mereka tentang kemungkinan dan fakta dalam video itu sebenarnya.

Sampai saat ini, belum ada penjelasan lebih detail menyangkut video viral hujan cacing itu. 

Namun dikutip Tribun Jatim dari New York Post via Tribun-Medan.com, diungkap bahwa ternyata fenomena di China itu diduga kuat bukan hujan cacing.

Tak ada material cacing di dalam awan maupun hujan yang bisa menghasilkan cacing.

Hujan Cacing di jalanan China (Instagram)

Ada sebab-sebab tertentu mengapa kondisi aneh di jalanan Provinsi Liaoning itu dipenuhi dengan cacing.

Dikutip dari New York Post, Jumat (10/3/2023), jurnal ilmu pengetahuan Mother Nature Network mengungkapkan kemungkinan hewan tak bertulang belakang itu berjatuhan setelah tertiup angin kencang.

Teori lainnya meyakini bahwa cacing itu sebenarnya adalah bunga poplar, pohon tulip yang mekar menyerupai cacing.

Pro dan kontra juga bermunculan di media sosial mengenai fenomena tersebut.

“Itu bukan cacing atau binatang, tetapi tangkai bunga jatuh dari pohon,” ujar salah seorang netizen.

Sementara yang lainnya mengeklaim bahwa video itu merupakan rekayasa, dan hanya merupakan gurauan.

Baca juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Pohon Randu di Batu Tiba-tiba Tumbang Timpa Kabel hingga Rusak Ruko

Namun, juga ada yang memandang fenomena itu cukup menakutkan.

“Jika saya hanya memikirkan urusan saya pada hari biasanya di China, dan tiba-tiba hujan cacing? Saya akan mati,” tuturnya.

Fenomena aneh serupa juga sempat terjadi Desember 2022 lalu.

Baca juga: Fenomena Childfree Viral di Sosial Media, Aktif Digaungkan Gitasav, Ogah Punya Anak Karena Trauma?

Kala itu video menunjukkan banyak hewan aneh bertebaran di daerah di Florida, AS.

Orang-orang menyebutnya sebagai hujan iguana yang terjadi di Florida, Amerika Serikat (AS).

Setelah ditelusuri dan diselidiki oleh pihak berwajib, hujan itu bukan hujan iguana.

Sebenarnya fenomena tersebut adalah para iguana meloncat turun dari pohon karena suhu yang dingin.

Ilustrasi iguana (TribunJogja.com)

Belakangan ini juga dibahas fenomena aneh lavender yang mekar di Gurun Arab Saudi.

Mengutip Serambi News, gurun pasir di bagian utara Arab Saudi berubah jadi padang bunga lavender.

Beberapa gambar dan video yang beredar pun memperlihatkan pemandangan gurun pasir Arab Saudi yang kini menjadi hamparan taman bunga berwarna ungu.

Bahkan fenomena yang tidak biasa tersebut menarik perhatian banyak wisatawan dari seluruh jazirah Arab.

Mengutip sumber Al Arabiya, hujan musim dingin yang lebih lebat dari biasanya telah membuat pemandangan indah tersebut muncul.

Setelah hujan musim dingin turun, rupanya membuat banyak tanaman bermekaran di gurun atau padang pasir.

Hujan deras yang membawa banjir ke bagian barat Arab Saudi di akhir tahun lalu, memang telah membawa 'kehidupan' bagi padang pasir tersebut.

Diketahui bahwa pemandangan bunga lavender memang pasti terjadi selama 15 hingga 20 hari dalam setahun, akibat hujan lebat.

Hamparan taman bunga lavender berwarna ungu itu pun bisa dilihat di kawasan kota Rafha.

Tepatnya di Arab Saudi bagian utara, dekat perbatasan negara Irak.

Baca juga: Kumpulan Arti Mimpi Kiamat Menurut Psikologi dan Primbon Jawa, Berkaitan dengan Datangnya Kesempatan

Tak mau melewatkan kesempatan menikmati pemandangan indah, ada pengunjung yang rela menghabiskan waktu dengan piknik di sana.

Seorang pengunjung, Muhammad al-Mutair, rela berkendara hingga enam jam untuk melihat dan menikmati pemandangan tersebut.

Ia menilai, kejadian tersebut merupakan fenomena yang cukup luar biasa.

"Tidak ada yang mengharapkan ini terjadi di Arab Saudi. Aroma dan pemandangan menyegarkan jiwa," katanya.

Orang-orang di media sosial pun heboh melihat fenomena langka tersebut.

Namun ada juga yang kurang senang jika dikaitkan dengan tanda-tanda kiamat sudah dekat.

Gurun pasir di Arab Saudi ditumbuhi lavender (Twitter)

Jaziarah Arab telah lama dipandang sebagai tempat kosong dan tandus di masa lalu.

Misalnya di wilayah Nefud yang dulu wilayah ini menjadi salah satu tempat yang paling tidak layak huni di Bumi.

Namun kini padang rumput di Nefud tumbuh subur untuk jangka waktu sementara.

Kejadian ini bahkan mampu membuat ilmuwan lain takjub.

"Luar biasa, setiap kali basah (hujan), orang-orang tidak percaya melihatnya," terang pemimpin proyek, Prof Michael Petraglia, dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jerman.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Mengutip dari Science Alert, rupanya hal itu dikarenakan migrasi manusia purba ke Arab selama 400.000 tahun terakhir.

Rupanya pada penggalian arkeologi pada 2021, terungkap ada lima ekspansi hominini ke semenanjung, mulai sekitar 400.000 hingga 55.000 tahun yang lalu.

Hal itu menyebabkan munculnya curah hujan yang akhirnya menyebabkan tanaman dan tumbuhan berkemeran di wilayah tersebut.

Para arkeolog menyebutnya sebagai 'jendela hijau'.

Dengan adanya hal ini, maka bisa dibilang bahwa wilayah sebenarnya jazirah Arab dulu tidak gersang yang kita pikirkan selama ini.

Malahan jika ada curah hujan yang intens atau sering, maka hal itu bisa menyebabkan adanya pembentukan ribuan danau, kolam, oasis, lahan basah, dan sungai.

Di mana sumber air tersebut sendiri berselang-seling melintasi Semenanjung Arab yang sebagian besar ditutupi pasir.

Tapi bagian atasnya terbentuk terbentuk jalur migrasi bagi manusia dan hewan, seperti kuda nil.

Menurut Huw Groucutt, seorang arkeolog dari Max Planck Institute fro the Science of Human History di Jerman, migrasi ini mendorong jenis pergeseran iklim, yaitu peningkatan curah hujan di Jazirah Arab.

Sebab ada migrasi bisa menghubungkan Afrika dan Eurasia.

Dan momen migrasi manusia kuno tersebut terjadi beberapa kali.

Hal inilah yang menyebabkan padang gurun di Arab Saudi yang gersang mulai berubah menjadi padang rumput rimbun.

Berita viral lainnya

Berita Terkini