Mereka berjalan kaki menuju sekolah yang jaraknya dua kilometer dari rumah.
Usut punya usut, ternyata motor sang ayah ditarik pihak bank saat sedang bekerja.
Hal ini lantaran sang ayah tidak bisa membayar angsuran selama empat bulan.
"Motor si ayah beberapa minggu lali ditarik bank karena tunggakan angsuran selama empat bulan. Saat itu motornya dipakai untuk kerja jadi kurir pengantar makanan Grab, yang juga menjadi sumber pendapatan utama," tulis Fadli di Facebook.
Baca juga: Curhat Anak Usia 30 Tahun Bingung di Rumah Diberi Ritual Ibu Sudah Tak Terhitung: Kami Kesulitan
Sang ayah hanya bisa termenung dan lemas ketika motornya ditarik bank.
"Setelah mengantarkan pesanan, si ayah pergi ke tempat parkir motor, tapi motornya hilang. Ada seorang pria memberikan surat tunggakan dengan jumlah banyak. Si ayah hanya duduk termenung, motor yang menjadi mata pencaharian utama kena tarik," lanjutnya.
Meski tak ada lagi motor, hal tersebut tidak mengurangi semangat sang ayah untuk mengantarkan anaknya sekolah seperti biasa.
Si ayah dan anaknya akan berjalan kaki berdua menuju ke sekolah.
"Motor tidak ada, anak harus ke sekolah. Setiap hari dia antar anak ke sekolah jalan kaki, 2 km berangkat, 2 km pulang. Kemudian saat pulang jalan lagi 2 km ke sekolah, dan kembali ke rumah 2 km, 8 km bolak-balik jalan kaki demi sekolah anak," tulis Fadli.
Menurut pengakuan Fadli, si ayah juga tetap hadir ke sekolah untuk sosialisasi Hari Orientasi Tahun Pertama si anak.
Tak sendirian, ia ditemani sang istri ke sekolah.
"Tidak banyak ayah yang datang ke hari orientasi seperti ini. Biasanya hanya ibu yang mewakili, ini dua-duanya datang. Bagus semangat besar si ayah," sambungnya.
Fadli pun menceritakan latar belakang ayah dari bocah itu.
"Dia merupakan 10 bersaudara dan berasal dari keluarga miskin. Dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah di kelas 4 karena keluarga tak mampu," katanya.
"Hari ini, dia mengatakan kalau dulu memang suka belajar. Dulu dia ingin menjadi guru. Sayang, kondisi keuangan keluarganya tidak memungkinkan. Tapi dia memastikan kalau anaknya akan mendapatkan pendidikan sempurna," ujar Fadli mengulang pengakuan ayah itu.
Semangat si ayah ternyata membuat Fadli terharu dan hatinya terketuk karena sangat mementingkan pendidikan.
Fadli pun memiliki niat baik untuk memberikan hadiah kepada bapak itu.
"Selesai acara tadi, aku memintanya menunggu di depan pagar sekolah. Aku antarkan mereka, pulang. Saat ayah akan turun, aku tahan. 'Abang ikut saya, kakak dan anak biar di rumah'," kata Fadli.
Baca juga: Mama Muda di Sleman Tewas Termutilasi seusai Check In dengan Pria, Ayah Pilu Kuak Pertemuan Terakhir
Ternyata Fadli membawa si ayah ke dealer motor.
"Aku bawa ke dealer motor di Batu Caves. 'Bang, mau motor yang mana?'. 'Kamu mau belikan untuk saya?'. Saya anggukkan kepala, matanya berkaca-kaca," kata Fadli menirukan ucapan si ayah.
Fadli memberikan hadiah sebuah motor baru seharga RM3,600 atau sekitar Rp 12 juta.
"Saat pulang tadi, dia berkali-kali ucap terima kasih. 'Guru, saya tidak tahu bagaimana harus membalas budi dengan apa. Saya doakan Pak Guru selalu murah rezeki'," kata Fadli mengenang ucapan si bapak.
"Budi ini bukan untuk dibalas. Budi ini untuk abang kembalikan pada orang lain apabila abang mendapat kebahagiaan di hari yang akan datang. Sumbangan ini bukan dari dompet saya seorang, tapi dari semua donatur, doakan mereka juga," pungkas Fadli.