TRIBUNJATIM.COM - Bu Kades yang rumahnya dihancurkan untuk proyek tol Solo-Yogyakarta kini ikut dirikan tenda bersama warga terdampak.
Dirikan tenda, Bu Kades tersebut mengaku kini tak punya rumah lagi seperti warga yang tergusur.
Sebelumnya Bu Kades menangis saat rumahnya dihancurkan dan cuma dibayar Rp1 M.
Padahal rumah Bu Kades tersebut ditaksir seharga Rp10-15 M.
Baca juga: Tangis Bu Kades Rumahnya Dihancurkan Demi Jalan Tol, Berharap Dapat Rp10 M, Cuma Dibayar Rp1 M
Kini warga Desa Pepe, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dirikan tenda di lokasi proyek pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta.
Pemandangan tersebut terlihat pada Jumat (12/5/2023).
Warga mendirikan tenda karena mereka belum memiliki tempat tinggal.
Tampak tenda mereka berdiri di antara puing-puing rumah warga yang telah dieksekusi untuk proyek tol Solo-Yogyakarta tersebut.
Melansir Tribun Jogja, sekitar pukul 09.00 WIB, terdapat enam tenda camping yang berdiri di atas tanah bekas rumah milik warga yang telah tergusur.
Tenda berukuran 1,5 x 1,5 meter tersebut berwarna biru, kuning, hingga oranye.
Di dekat tenda juga berdiri satu tiang lengkap dengan bendera merah putih di atasnya.
Tenda-tenda tersebut terpantau tak berpenghuni, hanya ada bantal dan selimut di dalamnya.
Di sekitar lokasi juga terlihat satu alat berat.
Alat berat ini sedang merobohkan bekas bangunan masjid yang juga terdampak proyek strategis nasional itu.
Kepala Desa Pepe, Siti Hibatun Yulaika mengatakan, dirinya juga ikut mendirikan tenda di atas puing-puing reruntuhan rumahnya.
Ia mengaku melakukan hal ini karena tak tahu akan tidur dimana.
"Semua mendirikan tenda karena kami sudah tidak punya rumah."
"Akhirnya ya mendirikan tenda," ujarnya saat ditemui Tribun Jogja di kantor desa.
Baca juga: Pak Kadus Bantah Minta Rp1 M ke Jumirah Si Nenek Penerima Ganti Rugi Tol, Ungkap Ada Kesalahan
Ia mengatakan, tawaran tempat tinggal sementara yang dijanjikan oleh tim eksekusi lahan tersebut belum sampai ke pihaknya.
"Ada yang tanya katanya sudah ada tawaran tempat tinggal, padahal tidak ada," ucapnya.
Menurut Siti, secara prinsip, dirinya mendukung proyek tol Solo-Yogyakarta tersebut.
Namun ia hanya meminta transparansi pengukuran nilai ganti rugi yang ditetapkan.
"Saya mendukung karena ini untuk kepentingan umum."
"Cuma hak kami ya dipenuhi," terangnya.
Sebelumnya Siti menangis saat rumah mewahnya dibongkar dan cuma dibayar Rp1 miliar.
Ia menangis ketika alat berat mulai merobohkan rumah kesayangannya pada Rabu (10/5/2023).
Perempuan berhijab itu pun beristigfar lantaran kecewa rumah mewah dua lantai miliknya hanya diganti sebesar Rp1 miliar.
Padahal rumah kesayangannya tersebut ditaksir mencapai Rp10 hingga Rp15 miliar.
"Rumah keluarga saya ya Allah, astagfirullahaladzim," ujarnya sembari menangis.
Dalam tayangan di Kompas TV, Siti yang menangis tersebut tampak ditenangkan oleh seorang polwan yang berada di lokasi.
Tak berselang lama, suaminya memapah Siti yang masih menangis.
Meski mendapatkan penolakan warga, proses penggusuran terkait proyek tol Solo-Yogyakarta di Klaten, Jawa Tengah, tersebut terus dilanjutkan.
Dikutip dari Tribun Jogja, eksekusi 13 bidang tanah terdampak proyek tol Solo-Yogyakarta di Desa Pepe, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dilaksanakan Rabu (10/5/2023).
Di desa tersebut terdapat tujuh bangunan rumah yang dieksekusi oleh tim eksekusi dari Pengadilan Negeri (PN) Klaten.
Satu rumah di antaranya merupakan rumah milik Bu Kades Pepe, Siti.
Pantauan Tribun Jogja di lokasi, pembongkaran rumah diawali dengan apel gabungan oleh aparat penegak hukum di kantor desa setempat, sekitar pukul 08.00 WIB.
Siti pun sempat berorasi dan menyampaikan protes di depan rumahnya dan mengatakan akan menuntut keadilan.
"Undangannya berbunyi musyawarah uang ganti kerugian proyek jalan tol."
"Tetapi sampai di lokasi tidak ada musyawarah sama sekali sampai hari ini," ucap Siti.
Ia juga mempertanyakan cara menghitung ganti kerugian tanah terdampak tol.
Sebab menurut dia, ada beberapa rumah yang dapat ganti rugi dalam jumlah besar dan ada juga yang kecil.
"Cara menghitungnya bagaimana? Ini kan uang negara, kok acak-acakan begini dan tidak profesional?" tanyanya.
Sementara itu Bupati Klaten, Sri Mulyani mengatakan, akan membuka dialog.
Ia juga akan menemui para warga yang tetap bertahan meski tanah dan rumah telah dieksekusi untuk proyek tol Solo-Yogyakarta tersebut.
"Dalam waktu dekat saya akan berkunjung bagi warga sembilan kepala keluarga (KK) yang rumahnya dieksekusi ini."
"Semoga saya atau pemerintah daerah bisa memberikan solusi terbaik," ucapnya.
Mulyani mengatakan, proses eksekusi tanah dan rumah terdampak tol di Desa Pepe dan desa lainnya di Klaten berjalan kondusif.
"Saya nanti dekati berusaha membujuk. Saya temui secara langsung. Buka komunikasi. Saya bersyukur meski sedikit alot tapi semuanya kondusif," urainya.
Sebelumnya, Ketua Pengadilan Negeri (PN) Klaten, Tuty Budhi Utami mengatakan, uang ganti rugi (UGR) tanah terdampak proyek tol Solo-Yogyakarta bagi 17 bidang tanah yang dititipkan di PN Klaten bisa diambil kapan saja oleh warga.
Jumlah uang ganti rugi milik warga tersebut tidak akan bertambah atau berkurang.