Berita Viral

Pengikut Ajaran Ponpes Al Zaytun Disebut Bak Sakau Narkoba, Sistem Perekrutannya Pakai Sugesti Agama

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengakuan mantan pengurus soal cara Pondok Pesantren Al Zaytun merekrut anggota

TRIBUNJATIM.COM - Seorang mantan pengurus Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu membeberkan pengakuan mengejutkan.

Ken Setiawan mengatakan bahwa orang yang terpapar ajaran pondok pesantren tersebut seperti orang sakau narkoba.

Bahkan menurut Ken Setiawan, orang yang terpapar ajaran Ponpes Al Zaytun lebih parah dibanding sakau narkoba.

Ken Setiawan pun membeberkan cara Pondok Pesantren Al Zaytun merekrut anggotanya.

Baca juga: Didemo Warga, Pengikut Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun Santai Nyanyi Lagu Shalom Aleichem

Hal itu diungkapkan oleh Ken Setiawan usai ia mengikuti silaturahmi kebangsaan bersama MUI dan Kementerian Agama dalam menindaklanjuti Pondok Pesantren Al Zaytun, Senin (19/6/2023), melansir tayangan di kanal Tribun Cirebon.

Ken Setiawan berharap, dari silaturahmi tersebut maka MUI dan Kementerian Agama mencapai kesepakatan untuk menutup Pondok Pesantren Al Zaytun.

Sebab ajaran Pondok Pesantren Al Zaytun, kata Ken Setiawan, jauh lebih berbahaya dari narkoba.

Adapun kata Ken Setiawan, sistem penyebaran ajaran Ponpes Al Zaytun sama seperti multilevel marketing atau MLM.

Di mana satu penganut ajaran tersebut akan menyebarkan keyakinan mereka ke 10 hingga 20 orang yang dikenal.

Hingga kemudian puluhan orang tersebut dipastikan akan menyebarkan ajaran tersebut ke teman dan lingkungan mereka.

Adapun caranya ialah dengan memberikan sugesti agama yang diyakini penganut pondok pesantren tersebut.

"Rekrutan mereka pakai sugesti agama dan menggunakan pertemanan, dan mereka seperti MLM," jelas Ken Setiawan.

"Jadi pehamaman yang diyakini harus disampaikan ke orang lain dan tidak akan berhenti," bebernya.

Baca juga: Ponpes Al Zaytun di Indramayu Dinilai Mengarah ke Kesesatan, Ridwan Kamil Masih Tunggu Fatwa MUI

Apabila terkena paparan ajaran tersebut, kata Ken Setiawan, maka penganut akan sakau lebih daripada menggunakan narkoba.

Apabila narkoba, biasanya pemakai masih bisa sembuh ketika direhab dan dikurangi dosisnya pelan-pelan.

Namun kata Ken Setiawan, berbeda apabila terpapar ajaran yang disampaikan Pondok Pesantren Al Zaytun.

Orang yang terpapar akan terkena doktrin merasa paling benar.

Di mana semua orang yang tidak mempercayai ajaran tersebut dianggap kafir.

"Jadi sakaunya lebih sakau dari narkoba. Kalau narkoba direhab sembuh, tapi ini merasa paling benar jadi mewakili sifat iblis," ungkapnya."

"Jadi yang lain kafir semua, yang beriman hanya dia," paparnya.

Baca juga: Profil dan Sejarah Ponpes Al Zaytun di Indramayu yang Kontroversi, Didemo karena Diduga Aliran Sesat

Ken Setiawan menyebut, di eranya dulu, ia hanya butuh waktu dua jam untuk membuat seseorang meyakini ajaran yang dipercayai Pondok Pesantren Al Zaytun.

Hanya dua jam, seseorang akan menyerahkan seluruh hartanya kepada pihak Pondok Pesantren Al Zaytun.

Hal itu kata, Ken Setiawan, tidak membutuhkan teknik hipnotis atau gendam, melainkan hanya dengan sugesti agama.

"Perekrutan biasanya dulu dua jam saja," tuturnya.

"Orang bawa laptop, handphone, elektronik, dompet bisa berpindah tangan tanpa hipnotis tanpa gendam," imbuhnya.

"Murni hanya dialog pengkondisian yang disugesti dengan agama," jelasnya.

Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan saat menjadi narasumber di Tribunnews, Jakarta Pusat, Kamis (1/4/2021). (TRIBUNNEWS.COM/JEPRIMA)

Sebelumnya massa yang mengatasnamakan Forum Indramayu Menggugat (FIM) berunjuk rasa di depan Ponpes Al Zaytun.

Bentrok nyaris terjadi karena pihak ponpes ternyata juga menyiapkan massa tandingan yang tidak kalah banyak.

Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Syekh Panji Gumilang, bahkan turun langsung berada di baris paling depan menginspeksi barisannya.

Sempat terjadi aksi dorong-dorongan, hingga aparat Polres Indramayu yang sigap segera melakukan pengamanan sehingga bentrokan besar bisa dihindarkan.

Kapolres Indramayu, AKBP M Fahri Siregar, juga turun langsung menenangkan kedua pihak.

Keberadaan Kapolres di lokasi membuat kedua pihak akhirnya bisa menahan diri.

Koordinator aksi, Syahid Mukhlisin mengatakan, aksi unjuk rasa ini dilakukan karena warga resah dengan keberadaan Ponpes Al Zaytun.

"Kami mendesak agar MUI dan Kemenag agar segera mengusut tuntas soal dugaan ajaran sesat karena lembaga itu yang memiliki kewenangan," ujarnya.

Syahid mengatakan, massa yang datang kecewa karena unjuk rasa hanya bisa dilakukan di lokasi yang cukup jauh dari Ponpes Al Zaytun.

"Jika tuntutan kami tidak dipenuhi kami akan melakukan aksi lainnya langsung ke Jakarta," imbuhnya.

Massa dari pihak Ponpes Al Zaytun saat menunggu pendemo datang, Kamis (15/6/2023). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Ditemui di Trans Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Ridwan Kamil mengaku bakal berkoordinasi dengan MUI terkait dugaan ajaran sesat di Ponpes Al Zaytun.

Kang Emil, begitu ia biasa disapa, menegaskan terkait permasalahan ini, ia tentu akan menunggu fatwa MUI sebelum bertindak.

Sebab, jika urusan fiqih, ujar Gubernur Jabar, wilayahnya para ulama.

"Jadi, kami sedang berkoordinasi menunggu fatwa dari MUI, kalau fatwanya harus ada tindakan secara keagamaan, maka pemerintah Jawa Barat akan melakukan sebuah ukuran," ujar Kang Emil.

"Karena urusan agama, fiskal, hubungan luar negeri, yustisi, pertahanan keamanan ada wilayah pusat," jelasnya.

Idealnya, kata Emil, yang harus turun pertama itu adalah Kementerian Agama melalui Kanwil Kemenag.

"Ya, sesuai peraturan perundang-undangan, tapi urusan kondusifitas, menjaga keamanan, demonya tidak merusak itu urusan pemerintah daerah, jadi kami menunggu rekomendasi dari mereka," katanya.

"Saya akan rapatkan tindakan apa yang bisa kami lakukan," pungkasnya.

Berita Terkini