TRIBUNJATIM.COM - Kehadiran Chat GPT, sebuah platform chatbot yang dikembangkan OpenAI, masih terus menjadi perbincangan serius.
Hal ini tak lepas dari efek samping penggunaan platform berbasis kecerdasan buatan tersebut.
Berbekal kecerdasan yang dimilikinya, Chat GPT dapat membantu memudahkan pekerjaan manusia yang berhubungan dengan teks atau tulisan seperti menulis surat, copy writing, menulis esai, makalah, buku, menulis puisi, hingga tugas akhir kuliah seperti skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah.
Tak salah jika menyebut ChatGPT dan Large Language Models (LLMs) sebagai bentuk baru disrupsi di dunia akademik.
Kehadiran LLMs seperti Chat GPT tentu menjadi angin segar bagi mereka yang kesehariannya harus berkutat dengan tulis-menulis.
Penggunaannya yang mudah dan bebas biaya, membuat jumlah pengguna ChatGPT terus meningkat.
Meski baru dirilis November lalu, dalam dua bulan pengguna Chat GPT sudah menembus 100 juta orang.
Saat ini, Chat GPT masih dalam tahap research review untuk mengumpulkan umpan balik pengalaman pengguna.
Terlepas dari segalanya, karya ilmiah akhir untuk pendidikan tingkat sarjana atau biasa disebut skripsi, terdiri dari beberapa proses dan bagian yang perlu dikerjakan.
Dalam proses awal penyusunan skripsi, pengguna biasanya perlu membuat outline atau kerangka tulisan.
Outline skripsi berfungsi untuk mempermudah pengguna melihat gambaran besar dari hal atau poin apa saja yang hendak dibahas.
Dalam membuat outline skripsi, pengguna umumnya hanya menulis poin-poin yang hendak dibahas dalam tiap bagian atau bab.
Akan tetapi, meski hanya menulis poin utama, membuat outline skripsi bisa dibilang menjadi pekerjaan yang tidak cukup mudah buat dilakukan.
Sebab, pengguna perlu memahami pembahasan umum dari skripsinya terlebih dahulu.
Untuk mempermudah membuat outline skripsi, pengguna bisa melihat penelitian atau skripsi terdahulu dengan topik, teori, objek penelitian, atau masalah serupa, sebagai inspirasi atau bahan pertimbangan.