Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Cegah penularan penyakit antraks pada sapi di wilayah Kota Blitar, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar memperketat pengawasan lalu lintas hewan ternak yang masuk di Kota Blitar.
Seperti diketahui, wabah penyakit antraks pada sapi dan manusia telah muncul di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta.
"Kami perketat pengawasan pergerakan lalu lintas sapi di Kota Blitar. Karena kami punya Pasar Hewan Dimoro, yang merupakan salah pasar hewan terbesar di Jatim. Kami kerja sama dengan Disperindag untuk pengawasan lalu lintas sapi," kata Plt Kepala DKPP Kota Blitar, Dewi Masitoh, Jumat (14/7/2023).
Dewi Masitoh mengatakan, kasus penyakit antraks pada sapi dan manusia di Gunung Kidul, Yogyakarta, sangat mengejutkan publik.
Karena antraks merupakan penyakit yang bersifat PHMSZ, yaitu penyakit hewan menular strategis dan zoonosis. Zoonosis adalah penyakit hewan yang menular kepada manusia.
Ia menjelaskan, penyakit antraks disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis yang bersifat spora. Bakteri tersebut tahan lama karena punya kapsul atau spora.
"Bakteri tersebut bisa bertahan di tanah, air dan di rumput selama 40-70 tahun. Apalagi kondisi cuaca seperti sekarang ini, sangat mendukung sekali bakteri maupun kuman penyakit untuk berkembang biak," ujarnya.
Dikatakannya, selain pengawasan lalu lintas sapi, pelaksanaan vaksinasi juga jauh lebih penting untuk pencegahan penularan penyakit antraks.
Baca juga: Hasil Laboratorium 6 Warga Pacitan Suspek Antraks Diyatakan Negatif, Dinkes: Gejalanya Mirip
Namun, sampai sekarang, DKPP Kota Blitar belum mendapatkan kiriman vaksin antraks dari Pemprov Jatim.
"Untuk itu, kami berharap kepada masyarakat, khususnya peternak agar selalu menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang," katanya.
Menurutnya, gejala penyakit antraks, yaitu pecahnya pembuluh darah pada sapi dengan ciri-ciri keluarnya darah dari lubang-lubang alami, baik hidung, mulut dan anus.
"Misalnya, ada sapi mati mendadak disertai pendarahan di lubang alami, itu perlu dicurigai. Kadang juga terjadi pembengkakan di bawah leher. Peternak harus tahu soal itu," katanya.
Dikatakannya, untuk sementara, sampai saat ini, Kota Blitar masih aman dari kasus antraks. Tetapi, ia mengimbau masyarakat tetap waspada, tidak boleh lengah.
Baca juga: Terungkap Alasan Warga Gunungkidul Makan Sapi yang Sudah Dikubur? 3 Orang Kini Tewas karena Antraks