"Apakah memang dari pihak sekolah itu yang mengharuskan adanya kegiatan berenang di sungai atau memang inisiatif para siswa yang mengikuti kegiatan MPLS," kata Ariek.
Ditemui di rumah duka, Wawan (45), paman korban, mengatakan MA tenggelam saat mengikuti acara yang dilakukan pihak sekolah.
Sebelum peristiwa itu terjadi, ujar Wawan, keponakannya mengikuti kegiatan MPLS yang berlangsung sejak Senin 17 Juli lalu.
Kemudian, Jumat (22/7/2023), MA menginap di sekolah bersama siswa baru lainnya.
Keesokan paginya mengikuti kegiatan pengenalan lembah, hutan dan sungai bersama di Sungai Cileuleuy yang berada di Kampung Selaawi Girang.
"Berawal dari kegiatan pagi, para siswa melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Cileuleuy untuk berenang. Saat itu, dikabarkan ada teman korban yang berusaha berenang dan tanpa disangka tenggelam," ujarnya.
Menurut Wawan, jika pada saat itu anak-anak didampingi pembimbing, musibah ini mungkin tidak akan terjadi.
"Kalau ada pembimbing otomatis bisa diupayakan [penyelamatan]. Kalau pun mereka tercebur tetap bisa diselamatkan. Ini yang menyelamatkan yang tercebur selamat, dan yang menyelamatkanya meninggal tenggelam," ujarnya.
"Masa yang harus menyelamatkan anak kecil baru keluar SD? Kenapa bukan pembimbing? Ini jelas keteledoran, harusnya ada absen (daftar hadir) siapa yang belum pulang, malah saat gurunya ditanya tidak pada tahu," tutur Wawan.
Baca juga: Akhir Nasib Guru SD Dimaki Siswa di Sumbar, Ternyata sempat Pukul Murid Pakai Rol, Kini Minta Maaf
Wawan mengatakan, pihak sekolah juga mengakui keteledoran mereka pun mendatangi keluarga korban, Minggu (23/7/2023) pagi.
Kepada Hera, ibu korban, mereka mengakui ada kelalaian.
"Kalau itu kelalaian, kenapa hanya ngomong kepada ibunya yang kondisinya masih berduka? Bukan kepada bapaknya atau saya? Orang tua tahunya anaknya ini lagi MOS [masa orientasi sekolah], bukan lagi main. Jelas tanggung jawab pihak sekolah," tegasnya.
Wawan mengatakan, pihak keluarga tahu sesuatu yang buruk menimpa MA dari teman-teman sekolah MA.
Teman-teman korban datang mengantarkan sabuk dan sepatu milik korban ke rumahnya.
Adapun tasnya ditinggal di sekolah, sebab setelah kegiatan, para peserta MPLS kembali lagi ke sekolah.