Ibadah Haji 2023

Kondisi Terkini 1 Jemaah Haji asal Palembang Hilang di Arafah, KJRI Terus Cari: Tak Ada Batas Waktu

Penulis: Galih Lintartika
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu petugas PPIH Arab Saudi membantu mendorong jemaah haji asal Makassar yang kehilangan rombongan dan kursi rodanya kembali ke hotelnya dari pelataran Masjid Nabawi.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Galih Lintartika


TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Hingga hari ini, satu jemaah haji asal Kloter Palembang 20, Idun Rohim Zen yang hilang saat fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) masih belum ditemukan. 

Idun menjadi satu - satunya jemaah yang belum ditemukan. Sebelumnya, dia dinyatakan hilang bersama dua jemaah haji lainnya yang juga hilang saat puncak haji.

Sayangnya, dua jemaah lainnya sudah ditemukan dan dalam kondisi meninggal dunia. Mereka adalah Suharja Wardi Arda dari Kloter KJT 10.

Dan, Niron Sunar Suna dari kloter SUB 65. Keduanya sama - sama ditemukan petugas di rumah sakit dalam kondisi meninggal dunia. 

Pencarian terhadap Idun Rohim Zen, 87 jemaah haji Indonesia hilang terus dilakukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. 

Saat ini  proses pencarian jemaah yang tergabung dalam kloter 20 Embarkasi Palembang ini diperluas hingga ke Madinah.

Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah Zaenal Muttaqin mengatakan, proses pencarian terhadap Idun masih berlangsung hingga saat ini.

Baca juga: Pantas Bu Haji di Kaltara Diciduk Sepulang dari Tanah Suci, Jajakan PSK di Warung Nasi: Bayar Utang

"Teman-teman Pelindungan Jemaah (Linjam) juga terus berusaha termasuk kami di Madinah juga mau share barangkali jemaahnya tersebut ada di Madinah," ujarnya.

Zaenal menjelaskan, berdasarkan informasi yang diperoleh jemaah tersebut hilang saat posisi mereka masih di Arafah, Makkah. 

Zaenal berharap yang bersangkutan segera ditemukan. meski penyelenggaraan ibadah haji telah selesai, pencarian terhadap Idun akan terus dilakukan tanpa batas waktu. 

Menurut Zaenal, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia di Arab Saudi akan melanjutkan pencarian. 

"Ada perwakilan negara kita, KJRI melalui staf teknis urusan haji atau Kantor Urusan Haji (KUH) akan mencari sekalipun masa petugas haji sudah selesai,” sambungnya.

Ia menyebut, pencarian tetap dilanjutkan oleh pihak terkait yang diamanahkan negara untuk melindungi warga negara Indonesia di Arab Saudi. Tidak ada batas waktu," tegasnya. 

Begitu juga dengan jemaah sakit. Meski rombongannya telah pulang ke Tanah Air maka jemaah yang sakit tetap ditanggung oleh Pemerintah Arab Saudi. 

Saat mereka layak maka akan dipulangkan diantar oleh teman-teman dari Konsulat Jenderal RI melalui staf teknis urusan haji atau Kantor Urusan Haji (KUH). 

Baca juga: Jemaah Haji Asal Trenggalek Dijadwalkan Tiba di Pendopo Besok, Beda Jam Kloter 46 dan 47

"Jadi usaha pencarian terus terus dilakukan dari berbagai sisi. rumah sakit juga tempat-tempat penyimpanan jenazah yang kita terus mencari," ucapnya. 

Apabila nanti ada pernyataan resmi dari pihak Arab Saudi, kata Zaenal, pihaknya akan menyampaikan kepada keluarga dan masyarakat.  

"Kita juga ada konsulat, itukan berhubungan dengan pemerintah Arab Saudi. kita juga membangun jaringan," tambah Zaenal.

Selama operasional haji, memang banyak jemaah yang hilang dan tersesat terpisah dari rombongannya. Salah satu faktornya adalah kesadaran membawa identitas pribadi.

Dari pengalaman penulis yang juga menjadi bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023 banyak jemaah yang melanggar aturan.

Aturan yang dilanggar adalah, tidak tertibnya membawa identitas pribadi jemaah. Kesadaran jemaah untuk membawa identitas masih minim sekali.

Mayoritas, jemaah sering melupakan identitas diri. Padahal itu berbentuk gelang yang seharusnya melekat di tangan kanan atau kiri jemaah.

Di dalam gelang itu, tertera nomor paspor , nama jemaah, kloter dan asal negara. Sangat lengkap untuk mendeteksi keberadaan rombongan jemaah yang tersesat.

Selain itu, ada juga kartu. Mayoritas jemaah tidak membawa kartu yang diberi oleh Kementrian Agama. Didalamnya juga berisikan informasi yang lengkap.

Bahkan, di kartu itu juga dilengkapi dengan scan barcode. Yang itu terkoneksi dengan aplikasi haji pintar. Ketika di scan akan muncul informasi jemaah.

Lengkap dengan nomor telpon ketua rombongannya atau ketua kloternya. Dua identitas itu harus melekat di tubuh jemaah selama operasional haji.

Fungsinya, ketika jemaah ini tersesat dan terpisah dari rombongan, mereka tidak perlu panik , dan cukup datangi petugas haji yang sudah tersebar di beberapa titik.

Baik itu Madinah ataupun Mekkah. Ada petugas khusus yang ditempatkan di seputaran Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Mereka stand by 24 jam untuk melayani.

Petugas sektor khusus disiagakan karena memang dua masjid itu menjadi epicentrum jemaah. Mobilitas jemaah ada di area masjid baik itu Nabawi atau Masjidil Haram.

Jika tidak membawa identitas, maka petugas akan kesulitan  mendeteksi asal kloter jemaah, hotel dan rombongannya. Dan ini membutuhkan waktu untuk pencarian.

Penyebab kedua adalah minimnya orientasi yang dilakukan jemaah. Setibanya di Madinah atau Mekkah, mereka sudah langsung memikirkan ibadah.

Padahal, yang seharusnya dilakukan adalah menghafal nama hotel, menghafalkan jalan, pintu masuk masjid dan beberapa tempat yang mudah diingat.

Namun, itu dilewatkan oleh jemaah. Sehingga, ketika mereka sudah pulang dari ibadah, mereka kebingungan kembali ke hotelnya karena minimnya orientasi.

Terakhir, soal faktor usia. Mayoritas jemaah lansia mengalami demensia atau penyakit lupa. Sehingga mereka mudah jalan sendiri meninggalkan rombongannya.

Dan ketika terpisah, mereka sudah kesulitan sekali mengingat nama, hotel dan lain sebagainya. Dan ini menjadi pekerjaan sulit untuk petugas mengembalikannya.

Para petugas memiliki kewajiban untuk mencari dan mengantarkan jemaah ketika tersesat, terpisah dari rombongannya sampai kembali ke rombongannya.

Petugas akan memastikan dan mencari jemaah yang hilang atau tersesat. Berbagai upaya dilakukan petugas, mulai membentuk tim kecil hingga besar untuk pencarian.

Berita Terkini