Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dua orang warga Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya, Saad Abdullah (22) dan IH (16) menceritakan pengalamannya menjadi korban kebrutalan komplotan begal berjumlah enam orang bermodus mengaku sebagai polisi.
Insiden nahas itu, dialami oleh keduanya sekitar pukul 01.00 WIB, pada Senin (7/8/2023) kemarin.
Kala itu, kedua korban hendak membeli makanan ayam geprek di gerai makanan, berlokasi Jalan Sidotopo Wetan No 21, Pegirian, Semampir, Surabaya
Sekonyong-konyong, mereka disergap, oleh komplotan begal di tepat di depan gerai makanan tersebut,
Kemudian, digiring menuju sebuah kawasan sepi dekat persimpangan jalan traffic light (TL) Unair Kampus C, Jalan Dr Ir H Soekarno, Mulyorejo, Surabaya.
Setibanya di lokasi tersebut, harta benda ponsel keduanya, bermerek Oppo F9 sama Oppo A3S dengan nilai total kerugian sekitar dua juta rupiah, dirampas oleh para pelaku.
Baca juga: Kadung Curi Uang Nenek Rp30 Juta Demi Nikahi Pacar, Pemuda Menyesal, Kini Mengaku Tak Cinta Lagi
Sebenarnya, motor Honda Beat yang dikendarai berboncengan oleh kedua orang korban, nyaris turut digarong para pelaku.
Namun, karena si pemilik motor Saad Abdullah secara sigap menarik kunci kontak motor, sebelum berlari meminta pertolongan para pengendara lain di ruas jalan tersebut.
Para pelaku tampak mengurungkan niatnya membawa kabur motor korban. Dan memilih kabur meninggalkan lokasi kejadian secara terbirit-birit.
Korban Saad Abdullah menceritakan, insiden pembegalan itu bermula saat ia bersama saudaranya berboncengan motor hendak membeli makanan ayam geprek di gerai makanan Jalan Sidotopo Wetan No 21, Pegirian, Semampir, Surabaya, pukul 01.00 WIB, pada Senin (7/8/2023).
Setelah memarkirkan motor, dan hanya terpaut beberapa meter berjalan menuju teras gerai makanan tersebut.
Sekonyong-konyong, ia disergap, dibawa dan digiring oleh komplotan begal yang berbondong-bondong datang, dengan berdalih sebagai anggota Polisi untuk menangkap dirinya.
Kedua korban dibawa menuju sebuah kawasan sepi dekat persimpangan jalan traffic light (TL) Unair Kampus C, Jalan Dr Ir H Soekarno, Mulyorejo, Surabaya.
Setibanya di lokasi tersebut, harta benda ponsel keduanya, bermerek Oppo F9 sama Oppo A3S dengan nilai total kerugian sekitar dua juta rupiah, dirampas oleh para pelaku.
"Saya sama saudaraku kehilangan HP. Itupun saya kejar-kejaran mempertahankan sepeda saya. Untung masih bisa selamat lolos, cuma HP saya sama saudaraku yang kena ambil. Aku sempet bertengkar kejar lari-larian tonjok-tonjokan," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Sabtu (12/8/2023).
Saad sempat bergulat dengan para pelaku di kawasan jalanan sepi dekat taman yang biasa dipakai olahraga warga dekat persimpangan TL Unair Kampus C.
Ia ingin mempertahankan ponselnya yang menjadi alat mencari penghasilan sebagai pemotor ojek online (Ojol).
Namun, para pelaku yang tentunya enggan melepaskan buruannya, terus memaksa disertai dengan melesakkan pukulan.
Saad yang tak terima, lantas melawan. Namun, akhirnya ponsel tersebut, amblas juga.
Seperti merasa tak puas. Para pelaku berniat membawa kabur juga motor yang dikendarai Saad kala itu.
Baca juga: Ekspresi Lucu Pria Surabaya saat Ditanya Polisi soal Curi Motor, Cengengesan saat Dibentak: Nyali
Untungnya, Saad secara sigap menarik kunci kontak motor, sebelum berlari meminta pertolongan kepada para pengendara lain.
Saad dan kerabatnya; IH, sempat mendapatkan pertolongan oleh pengendara mobil yang memberhentikan lajunya karena bersimpati melihat keduanya berlarian tergopoh-gopoh di tengah jalan, pada dini hari.
Setelah mendapat angin segar bala bantuan dari pengendara lain, yang membuat nafasnya sedikit lega. Saad dan IH mencoba mengejar balik para pelaku.
Namun, mereka terlanjur kabur meninggalkan lokasi dan membiarkan motor miliknya, teronggok di jalanan.
"Saya lolos alhamdulillah, sempat minta tolong orang di sekitar Merr, kan ada mobil mandek, saya minta tolong dan semua orang kabur," katanya.
"Semua sempat saya kejar komplotan mereka saya dan saudara saya bilang begal begal ternyata meraka melaju kencang dan mereka lolos dan alhamdulillah saya pasrah pulang dengan selamat," tambahnya.
Berdasarkan pengamatannya, para pelaku komplotan begal yang menyergap mereka berjumlah sekitar 5-6 orang.
Para pelaku mengendarai motor matik Honda Vario dan Supra tanpa pelat nopol.
Baca juga: Imbas Gengsi Sama Tetangga, Pria Nekat Curi Lagi Mobil yang Sudah Digadaikan, Tak Mau Dicap Miskin
Mereka menyergap korban laiknya menangkap pelaku kejahatan, karena para pelaku sempat mengaku-ngaku sebagai anggota kepolisian.
Ditambah lagi yang bikin ngeri. Saad mengungkapkan, seorang pelaku berusia sekitar 50-an tahun, tampak memegang sebuah benda seperti pistol.
Ia menduga, benda menyerupai pistol yang dibawa oleh salah satu pelaku tersebut, merupakan mainan atau alat korek pemantik api berbentuk pistol.
"Orang sekitar 5-6 orang motor supra vario yang saya inget begitu. Plat nomer gak ada. Orangnya semua pakai masker. Mereka bilang ke saya; saya polisi, gitu. Mereka bawa benda kayak senjata, pistol korek api. Yang bawa benda kayak pistol satu orang. Orangnya udah bapak-bapak. Mungkin usia sekitar 50-an," jelasnya.
Saad mengaku menyadari jikalau sejak awal gerombolan orang tak dikenal itu, bukanlah aparat kepolisian, dan tak lebih sebagai komplotan begal bermodus mengaku aparat, karena dua hal keanehan.
Pertama, saat salah seorang pelaku mengeluarkan pistol. Ternyata pistol yang dibawa oleh pelaku tersebut, hanyalah benda korek pemantik api untuk perokok, yang bentuknya memang menyerupai pistol revolver.
Kedua, saat dirinya dibawa ke lokasi sepi di dekat kampus tersebut, ia mendengar salah seorang pelaku bercakap-cakap lirih kepada pelaku lain agar berhati-hati saat merampas dan menunggu situasi jalanan sepi.
Percakapan tersebut dianggap oleh Saad sebagai keanehan. Karena, jikalau memang Polisi sungguhan, maka tak perlu ragu dengan ramai tidaknya lokasi tempat tersebut.
"Mereka bawa keplek (kartu pengenal) ada pistolnya juga. Tapi pistol korek api dan salah satunya ada yang bawa Sajam, bawa pisau. Pas dekat Unair, ada yang bilang; nunggu mobil lewat aja. Itu kan aneh katanya polisi kok takut," ungkapnya.
Setelah bergulat dengan para pelaku komplotan begal tersebut. Kedua korban melapor kejadian yang dialaminya itu, ke markas kepolisian setempat.
"Udah lapor ke Polsek Semampir. (Surat bukti laporan) Belum ada, sama Polsek Semampir saya disuru ke polsek nambangan (Kenjeran) karena beda kecamatan," jelasnya.
Peristiwa tersebut diakui Saad membuatnya trauma. Selain itu, ia kehilangan ponsel satu-satunya yang dipakai untuk bekerja sebagai ojol.
Sejak hari kejadian hingga sekarang dirinya belum dapat bekerja karena tidak lagi memiliki ponsel. Ia juga belum bisa membeli ponsel baru karena uang tabungannya belum cukup terkumpul.
"Cuma gini aja sebarin (video CCTV), takut, dan agar gak ada korban lagi. Ojek online (pekerjaan). Saya sekarang belum bisa kerja buat beli HP aja susah. Mau beli lagi aja susah," pungkasnya.