Arti Kata

Manfaat Vakum dari Medsos bak Happy Asmara, Biasa Disebut Detoks Media Sosial, Ini Arti dan Caranya!

Editor: Olga Mardianita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemberitahuan Happy Asmara yang akan vakum dari media sosial. Hal ini biasanya disebut detoks media sosial. Apa itu?

TRIBUNJATIM.COM - Artis cantik Happy Asmara memutuskan vakum dari media sosial.

Pengumuman ini dikeluarkan secara tiba-tiba oleh mantan kekasih Denny Caknan melalui unggahan di TikTok.

Selama satu minggu, artis cantik ini tak akan aktif di media sosial agar bisa menenangkan diri.

Terlepas dari desas-desus perkara alasan Happy Asmara vakum dari media sosial, kegiatan ini punya banyak manfaat, loh.

Diketahui, kegiatan yang dilakukan Happy Asmara biasa disebut detoks media sosial.

Sejumalh artis juga pernah melakukan hal ini, sebut saja Reza Arap dan Selena Gomez.

Lantas, apa sebetulnya arti kata detoks media sosial?

Yuk, simak pula manfaat dan ciri kamu harus gercep menerapkan detoks media sosial!

Informasi seputar berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Arti kata detoks media sosial

Kehadiran media sosial ibaratkan pisau bermata dua. Jika kita menggunakannya untuk tujuan yang baik dan bijak, maka manfaat yang didapatkan pun banyak dan luar biasa.

Jika menggunakan media sosial justru membuat merasa insecure, lelah, dan tidak bersemangat, lalu bagaimana?

Jika kamu merasa bahwa penggunaan media sosial membawa dampak buruk, lakukanlah social media detoks atau dapat disebut juga puasa media sosial.

Apa sih detoks media sosial atau puasa sosial media itu?

Arti kata detoks media sosial adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kegiatan berselancar di dunia maya.

Dengan melakukan ini, kamu dapat membatasi diri untuk mengakses berbagai situs atau aplikasi jejaring sosial, baik dalam jangka waktu sementara maupun permanen.

Puasa media sosial nggak harus langsung lama, kok. Bisa dimulai dari hitungan jam atau hari.

Apa saja sih tanda kamu membutuhkan detoks media sosial? Yuk, simak pembahasan berikut ini.

1. Merasa produktivitas menurun drastis

Jika produktivitas terganggu sehingga menurun karena media sosial, saat inilah kamu memerlukan jeda untuk beristirahat dari media sosial.

Dapat dimulai dari waktu kerja atau secara penuh sesuai waktu yang dikehendaki oleh diri sendiri.

Akan terasa sia-sia jika waktu yang seharusnya dialokasikan untuk menyelesaikan kerjaan, tetapi justru digunakan untuk berselancar di media sosial.

Namun, jangan salah paham dulu! Menjadi produktif bukan berarti harus sibuk, ya, Sahabat.

Produktif sendiri artinya sudah memiliki rencana yang konkrit dan spesifik berdasarkan prioritas.

2. Merasa anxious dan stress

Pernahkah kamu merasa tertekan atau stress tiap membuka media sosial?

Merasa overthinking dan insecure dengan berbagai informasi yang dilihat di jejaring media sosial?

Seperti informasi perceraian rumah tangga yang mungkin memunculkan luka lama atau justru mnambah rasa takut berumah tangga, berita kriminal yang mempertontonkan kebejatan manusia, atau informasi korupsi dari para petinggi negara.

Nah, jika kamu sudah mengenali gejala stress akibat terpapar berita atau informasi tersebut, mulailah untuk mengurangi konsumsi media sosial sebagai sumber beritanya.

Namun, ini bukan berarti berhenti total dari aktivitas membaca berita. Cukup untuk melakukan rehat dari dunia maya dan fokus ke dunia nyata.

3.  Mulai membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tidak Bahagia

Ketika sedang berselancar di media sosial dan muncul pernyataan atau ucapan di benak seperti,

“Cantik banget nih orang, kok bisa ya? Kenapa muka aku nggak bisa secantik ini?”

“Wow, pinter banget ya bisa keterima di kampus unggulan. Apalah aku nggak bisa lanjut kuliah”

itu artinya kita sedang membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Opini-opini seperti di atas muncul setiap melihat pencapaian orang lain yang dibagikan melalui media sosial pribadi mereka.

Lalu, apakah salah jika orang mengunggah pencapaian mereka? Tidak.

Terkadang kita lupa bahwa orang lain pun mengalami fase naik-turun dan yang mereka bagikan adalah momen bahagianya.

Lalu, mengapa kamu perlu untuk puasa media sosial?

Hal ini dilakukan untuk memberikan ruang berpikir bahwa yang dialami orang lain tidak berarti memperburuk kondisi kita. Kadang yang perlu dibenahi adalah mindset.

4. Waktu istirahat berkurang

Siapa yang sering scrolling media sosial eh tiba-tiba udah azan subuh? kamu tahu nggak kalau kegiatan yang screen-based bisa menimbulkan gangguan tidur?

Dalam jangka panjang dapat mengakibatkan insomnia bahkan depresi. Yuk, mulai sekarang sebaiknya bangun rutinitas yang mendukung kebutuhan istirahat cukup.

Dapat dengan menghapus media sosial.

Itulah beberapa tanda yang wajib dikenali oleh kamu demi kesehatan mental. 

Cara detoks media sosial

Sebenarnya, paparan konten yang membuat kewalahan bukan hanya dari media sosial. Selalu berada di sekitar ponsel, laptop, smartwatch, hingga tablet membuat seseorang sangat terkoneksi sekaligus mudah terdistraksi.

Seseorang akan merasa terhubung dengan orang-orang yang ada di media sosial, tetapi justru tidak terhubung dengan realita.

Durasi yang dihabiskan untuk melihat perangkat elektronik membuat seseorang juga seakan “lupa” dengan apa yang ada di sekitarnya.

Hal ini bisa menyebabkan masalah dengan keluarga, pekerjaan, dan parahnya membuat seseorang merasa kecanduan.

Digital detox perlu dilakukan apabila seseorang sudah terlalu kecanduan media sosial hingga mengganggu aktivitas sehari-harinya. Lantas, bagaimana cara melakukan digital detox?

Tentukan periode detox

Hal pertama yang bisa dilakukan untuk mewujudkan digital detox adalah dengan menentukan kapan waktu untuk berhenti mengakses perangkat elektronik.

Periode ini berbeda antara satu orang dan lainnya, entah itu pagi hari, saat istirahat siang, atau menjelang waktu tidur.

Menahan keinginan mengakses media sosial

Mungkin digital detox terkesan sederhana, tetapi tidak begitu kenyataannya. Ketika melakukan puasa media sosial, sistem saraf dan respons stres tubuh secara alami akan mengambil alih. Rasanya seperti sedang mengalami alcohol withdrawal.

Untuk bisa menahan keinginan mengakses media sosial, sebisa mungkin temukan kegiatan yang lebih menarik. Entah itu menekuni hobi, berjalan-jalan, berolahraga, atau aktivitas apa pun yang bisa membuat lupa dengan perangkat elektronik di sekitar.

Tinggalkan ponsel

Apabila keinginan melihat ponsel terus-menerus semakin sulit dihalau, letakkan ponsel di tempat yang tidak mudah diakses.

Contohnya dengan mematikan atau meninggalkan ponsel di rumah saat pergi ke luar. Hanya perlu waktu beberapa jam tanpa ponsel, dapat memutus siklus kecanduan digital.

Matikan notifikasi

Jika meninggalkan ponsel tidak mungkin diwujudkan, setidaknya matikan notifikasi kecuali untuk aplikasi yang benar-benar penting saja. Tiadanya notifikasi terus-menerus membantu meredam rasa stres dan membuat seseorang merasa bisa mengendalikan harinya.

Cara lain bisa juga dengan membatasi waktu mengakses media sosial, semisal hanya 1-2 jam saat jeda makan siang.

Sekarang sudah banyak fitur yang memungkinkan seseorang membatasi akses sebuah aplikasi. Jika sudah melewati batasan waktunya, aplikasi akan menutup dengan sendirinya.

Jangan langsung memeriksa ponsel

Jangan sampai ponsel menjadi hal pertama dan terakhir yang dilihat ketika akan tidur dan baru bangun tidur. Bila memungkinkan, atur alarm dengan jam dan bukan ponsel.

Setelah bangun, lakukan aktivitas lain dan jangan langsung melihat ponsel setidaknya selama beberapa menit atau beberapa jam.

Berlakukan aturan digital detox bersama

Apabila semua anggota keluarga atau rekan kerja selalu terlihat asyik dengan ponsel masing-masing saat sedang berkumpul, saatnya menerapkan digital detox bersama.

Buat aturan untuk tidak mengakses perangkat elektronik apa pun saat family time atau bersama-sama. Awalnya terasa sulit, tetapi hal ini akan membuat setiap orang semakin terkoneksi secara nyata.

Kurasi apa yang dilihat di medsos

Mengingat waktu untuk mengakses media sosial sudah sangat dibatasi, lakukan kurasi apa saja yang baik untuk kamu lihat.

Orang-orang yang membuat pikiran tidak menyenangkan, akun yang kerap menyebarkan berita bohong, hingga siapa pun yang terkesan pamer atau tidak cocok dengan value kita sebaiknya tidak diberi kesempatan untuk “tampil” saat Anda mengakses ponsel.

Ada banyak sekali manfaat dari melakukan digital detox bagi kesehatan mental seseorang. Tak hanya mengangkat beban yang dapat membuat pikiran kewalahan bahkan stres, tetapi juga secara fisik.

Menatap layar selama berjam-jam dengan gerakan konstan repetitif juga bisa berdampak buruk dalam jangka panjang.

Ketika seseorang sudah berhasil melakukan digital detox sekaligus menentukan apa yang layak dilihat dan tidak ketika mengakses media sosial, artinya kendali kehidupan kembali ada di tangannya.

Ingat, apa yang ada di media sosial bukan segalanya. Belum lagi dengan semua polesan yang justru membuat seseorang mempertanyakan mengapa dirinya tak seberuntung orang yang dilihatnya. Hal ini sifatnya sangat negatif, maka digital detox merupakan penyelamat untuk itu.

----

Artikel ini telah ditayangkan di Sonora.ID dan Kompas.com

Berita Jatim dan arti kata lainnya.

Berita Terkini