Shasa juga mengalami hal yang sama.
Awalnya, ia merasa tertekan dengan hasil pengumuman yang menolaknya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Shasa belajar untuk menerima hasil dengan lapang dada.
"Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa yang penting adalah usaha yang kita berikan. Hasilnya, biarlah Tuhan yang menentukan," tutur Shasa.
Shasa menyadari bahwa menjadi mahasiswa kedokteran akan membawa tantangan dan tuntutan akademis yang tinggi.
Namun, dia memiliki strategi khusus untuk menghadapi tekanan belajar dan tetap menjaga keseimbangan dalam kehidupannya.
"Pengalaman selama proses seleksi mengajarkan saya cara mengatur waktu dengan bijaksana," ungkap Shasa.
Prioritas utamanya adalah belajar, karena ia menganggapnya sebagai kebutuhan.
Setelah itu, ia memberikan waktu untuk bermain dengan teman, menyalurkan hobi, dan hal-hal lain sebagai bentuk self-reward atas kerja kerasnya.
Dengan menerapkan pendekatan work-life balance, Shasa merasa bahwa dirinya mampu mengurangi tekanan dan risiko kelelahan saat belajar.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com