Tak ada canda tawa, mereka lebih banyak diam.
"Bahkan di kelas satu hanya terdapat satu meja panjang yang terisi.""
"Jadi seakan kami para guru mengajar seperti layaknya les privat," ungkapnya.
Bahkan menurut Riamawati, perasaan sedih sangat dirasakan ketika bersamaan saat kedua orang siswanya berhalangan masuk sekolah.
"Saya sedih pernah mengajar sewaktu mereka berdua tidak masuk sekolah."
"Jadi dikelas tidak ada siswa sama sekali, tetapi saya tetap berada di dalam kelas sampai jam pelajaran selesai," tuturnya, sembari menunjukkan keadaan kelas yang sepi dan sunyi.
Dijelaskan jika kejadian minimnya jumlah siswa pendaftar tak hanya terjadi tahun ini.
Hal ini bisa dilihat dari jumlah siswa di masing-masing kelas yang tidak lebih dari lima siswa.
"Jumlah kelulusan setiap tahunnya juga selalu berkurang, tahun lalu ada 8 siswa lulus dan kemungkinan untuk tahun ini hanya ada 5 anak," bebernya.
Rela datangi rumah-rumah dan TK demi cari siswa-siswi
Rismawati menceritakan, berbagai upaya telah dilakukan sekolah untuk bisa mendapatkan siswa yang lebih banyak.
Termasuk dengan cara mendatangi rumah warga satu per satu dan bekerjasama dengantaman kanak-kanak (TK) terdekat.
Namun, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan sekolah.
Jumlah peserta didik tetap belum bisa maksimal.
"Sudah sekitar 10 tahun belakangan murid disini sedikit."