Berita Viral

Nasib Guru di Samosir yang Botaki Muridnya, Ajukan Permintaan Maaf, Polisi: Dianggap Tak Wajar

Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Viral oknum guru di Samosir cukur muridnya asal-asalan hingga botak setengah

TRIBUNJATIM.COM- Inilah akhir kasus guru botaki murid di Samosir.

Kedua belah pihak sepakat saling memaafkan.

Polisi sebut tindakan yang tak wajar.

Kasus guru cukur rambut murid hingga botak sebagian di Samosir, Sumatera Utara menemui titik terang.

Kedua belah pihak akhirnya memilih untuk berdamai.

Dilansir dari TribunStyle, guru mengakui telah memotong rambut siswa dengan bentuk tidak wajar dengan tujuan mendisiplinkan siswa tersebut.

Ya, seorang guru berinisial JT mencukur rambut sejumlah siswa SMPN 1 Sianjur Mulamula di Samosir, Sumatera Utara (Sumut).

Baca juga: Kini KPAI Tegas soal Kasus Guru Botaki 19 Siswi di Lamongan, Apa Alasan Bu Guru? KPAI Urai Kewajiban

JT mencukur habis bagian atas kepala 8 siswa, namun menyisakan rambut bagian sampingnya saja.

Para siswa pun menangis mengadukan kejadian ini dan membuat geram para orang tua.

Aksi guru botaki siswa ini berawal saat JT melakukan pemeriksaan kerapian penampilan siswa.

Ia melihat JS, salah satu siswa yang dibotaki memiliki rambut agak panjang.

Guru JT yang sudah membawa alat pencukur kemudian membotaki bagian atas kepala sang siswa.

Tindakan ini membuat siswa merasa malu, kemudian pulang dengan menangis mengadukan kejadian ini kepada orangtua.

MP, ibu kandung JS sempat kesal dan marah atas perbuatan oknum guru terhadap anaknya.

Menurutnya, tindakan oknum guru tersebut dapat merusak mental sang anak.

Ia menyayangkan tindakan guru yang langsung memangkas rambut anaknya secara asal-asalan tanpa adanya teguran terlebih dahulu.

"Anak saya menangis saat pulang dari sekolah. Saya terkejut melihat rambutnya dipotong seperti itu.


Besok paginya, saya terpaksa harus mengantarkan anak saya ke sekolah. Karena dia sudah merasa malu," kata MP.

Guru JT meminta maaf secara langsung kepada orangtua siswa karena telah mencukur rambut siswa setengah botak.

"Kedua belah pihak sepakat untuk saling memaafkan dan guru JT membuat surat pernyataan permohonan maaf kepada siswa dan keluarganya atas tindakan yang dianggap tidak wajar," kata Wakapolres Samosir Kompol Saut Tulus Panggabean dalam keterangannya, Rabu (7/9/2023).

Saut mengatakan, saat dimintai klarifikasi, JT mengakui bahwa dia telah memotong rambut siswa itu dengan bentuk tidak wajar dengan tujuan mendisiplinkan siswa tersebut.

Peristiwa itu terjadi pada Selasa (5/9/2023), saat jam pelajaran olahraga.

Dinas Pendidikan Samosir juga telah turun tangan menyelesaikan persoalan ini.

"Jadi hasil mediasi ini mencakup surat pernyataan permintaan maaf dari guru JT kepada siswa tersebut dan keluarga besar atas tindakan yang dianggap berlebihan dengan memangkas rambut dengan bentuk tidak wajar," ujar Saut.

Kasus serupa juga terjadi di tempat lain, beberapa waktu lalu.

Kasus pembotakan terhadap 19 siswi kelas IX SMP Negeri 1 Sukodadi direspon Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Munif Syarif.

Munif tidak mengelak dengan insiden yang dilakukan oleh oknum guru, R.R Endang Widati Poedjiastoeti pada 23 Agustus lalu.

"Kita sudah tarik dan stafkan di Diknas, tidak lagi mengajar," kata Munif saat dikonfirmasi SURYA, Selasa (29/8/2023) siang.

REP, kata Munif, sementara sebagai staf di Diknas Lamongan dalam rangka pembinaan. Jadi tidak ada jabatan atau non job.


Menurut Munif, seharusnya yang menindak siswa itu menjadi tanggungjawab guru bimbingan konseling (BK) bukan guru mata pelajaran.

Ia menyayangkan tindakan guru tersebut. Sedangkan oknum guru yang menurut Munif dalam proses pembinaan belum bisa dipastikan sampai kapan.

"Sementara ini kita stafkan," katanya.

Menyikapi siswa, guru berkewajiban memperbaiki karakter anak didik. Dan menciptakan proses belajar anak itu menyenangkan.

Bagaimana dengan orang tua siswa yang menjadi korban ? Menurut Munif, sehari setelah peristiwa antara orang tua siswa dengan guru dan pihak sekolah.

Menurutnya, antara siswa, orang tua murid dengan pihak sekolah sudah selesai, damai.

Apa yang terjadi di SMP negeri 1 Sukodadi bagi Munif harus menjadi pembelajaran bagi semuanya.

Bagaimana siswa yang menjadi korban arogansi si guru ? para siswi tetap masuk sekolah dan mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa.


Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sukodadi, Harto kepada SURYA memastikan sudah tidak ada masalah. Bahkan saat dilakukan mediasi, antara ibu-ibu wali murid dengan sang guru ikhlas saling memaafkan.

"Saya sampai meneteskan air mata , ketika menyaksikan mereka berangkulan saling memaafkan," kata Harto.

Bahkan ibu-ibu wali murid menyatakan jika mereka merasa memiliki lembaga sekolah dimana anak mereka belajar.

Ketika pagi ada masalah, sore pihak sekolah sudah ketemu dengan pihak wali murid. Dan pada pagi harinya, 24 Agustus ditindak lanjuti mediasi dengan semua belasan ibu wali murid, guru dan pihak lembaga.

" Ini sudah tidak ada masalah. Damai," kata Harto.

Munculnya kasus di SMP plat merah ini bermula saat belasan siswi yang berjilbab tidak mengenakan dalaman sehingga rambutnya kelihatan.

Hanya karena itu yang membuat ubun-ubun si guru memanas dan melakukan tindakan eksekusi membotaki siswinya.

Salah satu siswa, Salsabilah Adinda, mengakui tidak ada masalah. Bahkan ibu-ibu wali murid, menurut Salsabilah sudah dipertemukan.

"Sudah pertemukan dengan kepala sekolah, ibu guru (REN) dengan ibu-ibu wali murid dan saling memaafkan," kata Salsabila.

 


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

 

 

 

Berita Terkini