Jembatan Pelor Kota Malang Retak

Sejarah Jembatan Pelor Kota Malang, Jalur Lori Pembawa Tebu yang Kini Jadi Jalur Alternatif Warga

Penulis: Kukuh Kurniawan
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemotor melintas di jembatan Pelor Kota Malang jalur penghubung alternatif antara Kelurahan Samaan dan Kelurahan Oro Oro Dowo pada Kamis (28/9/2023). Diketahui, jembatan tersebut mengalami keretakan tepatnya di bagian sisi selatan, membuat pengendara yang melintas dan warga khawatir.

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Kukuh Kurniawan

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Jembatan Pelor Kota Malang yang digunakan untuk perlintasan sepeda motor dan merupakan jalur penghubung alternatif antara Kelurahan Samaan dan Kelurahan Oro Oro Dowo, termasuk bangunan lawas dan sarat akan sejarah.

Pasalnya sebelum difungsikan sebagai jalur sepeda motor, dulunya Jembatan Pelor berfungsi sebagai jalur lori pembawa tebu menuju Pabrik Gula (PG) Kebon Agung.

Pemerhati Sejarah Kota Malang, Agung Buana mengatakan Jembatan Pelor dibangun tidak lama setelah berdirinya PG Kebon Agung.

"Jadi, PG Kebon Agung dibangun pada tahun 1905. Dan tidak lama setelah itu, dibangunlah Jembatan Pelor tersebut," ujarnya kepada TribunJatim.com, Kamis (28/9/2023).

Dirinya menjelaskan, bahwa kala itu wilayah Kelurahan Samaan dan sekitarnya masih berupa hamparan ladang tebu.

Baca juga: Alami Keretakan, Jembatan Pelor Kota Malang Ditutup 7 Hari untuk Perbaikan, Dimulai Kamis Malam

Pengendara saat melintas di jembatan Pelor Kota Malang jalur penghubung alternatif antara Kelurahan Samaan dan Kelurahan Oro Oro Dowo pada Kamis (28/9/2023). Diketahui, jembatan tersebut mengalami keretakan tepatnya di bagian sisi selatan, membuat pengendara yang melintas dan warga khawatir. (tribunjatim.com/PURWANTO)

"Pada saat itu, untuk kebutuhan mengangkut hasil tebu tidak menggunakan transportasi truk, melainkan memakai kereta lori. Oleh sebab itu, dibuatlah jalur rel lori termasuk Jembatan Pelor yang menghubungkan ladang tebu menuju pabrik. Dan biasanya, rel lori ini berada di tepi ladang tebu," jelasnya.

Dirinya mengungkapkan, saat ini yang dipakai oleh masyarakat sebagai jalur alternatif tersebut, merupakan bangunan Jembatan Pelor sisi utara. Sedangkan untuk Jembatan Pelor sisi selatan, sudah tidak ada lagi wujud bangunannya.

"Sebenarnya, Jembatan Pelor ini terdiri dari dua jembatan. Yaitu, yang melintasi Sungai Brantas dan satunya lagi yang sisi selatan melintasi Jalan BS Riadi,"

"Untuk sisi selatan ini, sekarang sudah tidak ada lagi wujud bangunannya. Melainkan, sudah menjadi sebuah bangunan masjid," terangnya.

Agung Buana juga membeberkan, tentang skema jalur rel lori dari Jembatan Pelor menuju PG Kebon Agung tersebut.

Baca juga: Jembatan Pelor Kota Malang Jalur Penghubung Alternatif Retak, Hasil Asesmen Agar Ditutup Sementara

"Jadi, dulunya rel lori itu melintasi Jembatan Pelor lalu berbelok kanan ke Jalan Raung. Lalu, terus hingga ke Jalan Jakarta masuk wilayah Langsep terus lewat Jalan Mergan Lori. Selanjutnya, belok kanan hingga sampai ke PG Kebon Agung," bebernya.

Dirinya mengaku, tidak tahu persis sejak kapan Jembatan Pelor mulai berubah fungsi. Dari yang awalnya menjadi jalur lori hingga sekarang menjadi perlintasan sepeda motor.

"Kalau saya menduga, perubahan fungsi Jembatan Pelor terjadi pada periode antara tahun 1950 hingga 1957. Dimana penggunaan lori di PG Kebon Agung tidak lagi ke arah utara, lebih banyak diarahkan ke arah selatan. Dikarenakan ladang tebu di area utara, sudah berubah menjadi area permukiman," tandasnya.

Dan saat ini, kondisi Jembatan Pelor membutuhkan perhatian serius dari pihak terkait. Dikarenakan mengalami keretakan baik pada tembok pengaman, jalan, maupun pondasinya.

Meski kondisinya telah mengkhawatirkan, namun Jembatan Pelor tetap masih dilintasi pengendara motor.

Dari pantauan TribunJatim di lokasi pada Kamis (28/9/2023) sekitar pukul 12.00 WIB, terlihat pengendara motor dari kedua arah masih terus melewatinya

Berita Terkini