Misalnya ia suka mengumpulkan struk belanja, katalog atau koran lama, patahan benda, baju yang dirasa akan dibutuhkan suatu saat nanti, kardus sepatu, bahkan lembaran iklan promosi.
Mereka justru akan merasa mengalami masalah kalau membuang barang-barang yang mereka simpan atau timbun.
Selain itu, karena ruangannya akan sangat sempit dan berantakan, maka orang yang mengalami hoarding disorder akan enggan untuk mengajak teman ke tempatnya.
Bisa jadi dia adalah yang sering enggan untuk mengadakan kumpul-kumpul di tempatnya.
Sejauh ini belum diketahui penyebab jelas dari gangguan ini.
Beberapa literatur ilmiah mengaitkannya dengan gangguan cemas dan gangguan obsesif kompulsif karena gejala yang ditunjukkan sering kali serupa.
Faktor lain yang juga menjadi pemicu dari hoarding disorder adalah depresi setelah mengalami kejadian traumatis, misalnya kehilangan benda berharga, perampokan, kehilangan anggota keluarga terdekat, dan sebagainya.
Namun dilansir dari hai.grid.id, Psikolog Intan Erlita menyebut bahwa Hoarding Disorder bisa dimulai karena adanya kebiasaan.
“Hoarding disorder biasanya dimulai dari kebiasaan orang suka menyimpan barang yang nggak terpakai, bahkan sampai menumpuk. Tapi kebiasaan ini berbeda dengan kolektor, karena kolektor hanya menyimpan barang-barang tertentu. Sedangkan hoarding ini bisa menyimpan barang apapun, bahkan yang sebenernya nggak terpakai. Bahaya dari hoarding ini bisa menyebabkan seseorang susah bersosialisasi dan juga mengganggu kesehatannya,” kata Intan Erlita, M. Psi dari Klinik Bingkai, Bintaro.