Namun, kondisi tersebut tak berlangsung lama, lantaran kakek Sarono mengalami kerusakan syaraf mata pada tahun 1994.
Kebutaan Kakek Sarono tidak bisa disembuhkan karena syaraf matanya yang sudah melemah.
Sejak itulah kakek Sarono beralih pekerjaan, mulai dari menjual pisang hingga telur asin keliling.
Pada akhirnya, batu-batu material lah yang menjadi sumber rezeki bagi Kakek Kakek Sarono sampai saat ini.
Baca juga: Abdul Rahman Terdiam Dikabari Ortu dan 4 Adik Tewas Kecelakaan: Saya Yatim Piatu dalam SemalamĀ
"Kalau saya dulu di lapangan, dulu di kendaraanlah, angkot gitu." ungkapnya.
"Setelah itu kurang melihatlah rabunlah. Terus kita jualan telur asin, keliling keliling, kurang laku juga jualan pisang keliling kurang laku juga." imbuhnya.
"Akhirnya kita lewat depan material itu, nabrak nabrak puing itu kalau kita ketokin jadi pasir banyak yang membutuhkan, sampai sekarang ngetokin batu," tutur Kakek Sarono dikutip dari berbuatbaik.id oleh Tribun Jatim via TribunnewsMaker.com
Kakek Sarono juga bercerita, dirinya menderita penyakit hernia.
Baca juga: Sosok Anak Didi Kempot yang Jadi Yatim Sejak Usia 3 Tahun, Kini Sudah Bisa Buat Bangga Ibunya
Terkadang jika penyakit itu kambuh, Sarono terpaksa tidak pergi bekerja.
Dia memilih untuk beristirahat lantaran rasa sakit yang dialami sangat luar biasa.
"Waktu lima tahun yang lalu saya operasi hernia, ternyata dokter pesan jangan buat kerja keras, nanti kalau untuk kerja keras kambuh lagi, ya karena kondisinya seperti ini tetap kerja batu juga kadang geser karung ternyata turun lagi," bebernya.
"Kadang kalau sudah kecapean keras kayak batu kayak telur batu, bisanya tiduran nanti kaki digantung baru turun lagi..." cerita Kakek Sarono.
Kakek Sarono hanya hidup berdua dengan istrinya, Sriningsih.
Tadinya Kakek Sarono masih dibantu sang istri mencari nafkah sebelum sang istri berhenti bekerja karena perusahaan yang bangkrut.