Venue pernikahan tampak dihias cantik dengan kain dan lampu-lampu berwarna meriah dominan biru, ungu, dan kuning.
Kursi tamu juga ditata secara berkelompok dengan meja bundar di bagian tengah.
Kiel dan Rahayu kemudian duduk di salah satu kursi yang disediakan.
Ketika mereka tiba, acara pernikahan belum dimulai.
Tak lama kemudian, pembawa acara membuka acara pernikahan dengan bahasa daerah setempat.
Prosesi pernikahan dimulai dengan masuknya rombongan keluarga pengantin ke venue.
Selama prosesi ini, acara sawean juga tampak sudah mulai dilakukan.
Menurut Rahayu, saweran merupakan tradisi pernikahan di Afrika.
Berbeda dari Indonesia yang memberi uang sumbangan dengan cara diamplop, di Afrika, uang sumbangan tamu untuk pengantin diberikan dengan cara menyawer.
Saweran ini mulai dilakukan ketika keluarga pengantin memasuki tempat acara.
Keluarga juga menugaskan orang-orang tertentu untuk mengambil uang yang berceceran di lantai.
Biasanya para tamu sudah mengerti jika hanya petugas khusus yang ditunjuk keluarganya yang boleh mengambili uang tersebut.
Rahayu juga menunjukkan adanya penjual uang baru yang biasanya hadir di lokasi pernikahan.
Para tamu biasanya akan mencari mereka agar bisa menukar uang yang mereka bawa dengan uang yang masih baru untuk diberikan kepada pengantin.
Tradisi ini mirip dengan fenomena penjual uang baru jelang Idul Fitri di Indonesia.