TRIBUNJATIM.COM - Seorang pria di Jakarta nyaris bunuh imam masjid gara-gara terganggu suara pengajian.
Aksi keji pelaku menggegerkan warga Kramat Jati, Jakarta Timur.
Pelaku adalah MAA, pemuda berusia 26 tahun.
Tanpa rasa berdosa, MAA membawa pisau dapur dan hampir menusuk imam Mushala Baitulhuda.
Insiden ini terjadi di Jalan Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (15/12/2023) malam.
Kapolsek Kramatjati Kompol Rusit Malaka mengatakan, MAA hendak melukai korban LF (26) lantaran merasa terganggu dengan suara pengajian dari mushala tersebut.
Baca juga: Ditunjuk Jadi Imam Salat, Pria di Kediri Malah Didorong sampai Terjungkal dan Ditendang: Sikat Saja
"Pelaku mengambil satu buah pisau dapur dari dapur rumahnya dan menyimpannya di pinggang sebelah kiri.
Langsung berjalan menuju Mushala Baitulhuda dengan maksud mencari imam yang memimpin shalat Isya," kata Rusit saat dikonfirmasi, Sabtu (16/12/2023), dikutip dari Kompas.com.
Rusit mengatakan, sekitar pukul 19.45 WIB, MAA bertemu dengan LF di depan musala.
Selanjutnya, pelaku bertanya apakah korban merupakan imam di rumah ibadah tersebut.
LF pun membenarkan dirinya mengimami shalat berjemaah.
"Pelaku langsung mengeluarkan pisau yang disimpannya lalu mengarahkannya kepada korban," ujar Rusit.
"Korban langsung menghindar dan berteriak minta tolong sehingga warga berdatangan," katanya melanjutkan.
Pelaku kemudian dibawa ke Mapolsek Kramatjati untuk dimintai keterangan.
Kepada polisi, ia mengaku berniat melukai korban lantaran suara bacaan Alquran yang dilantunkannya.
"Pelaku merasa bahwa dirinya menjadi tidak tenang dan gelisah shingga pelaku berencana melukai korban menggunakan pisau dapur," kata Rusit.
Kini, pelaku telah ditahan di Mapolsek Kramatjati.
Atas perbuatannya, MAA dijerat Pasal 335 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 terkait Tindak Pidana Pengancaman dan Kedapatan Membawa Senjata Tajam Tanpa Hak.
Sementara itu, kejadian memalukan terjadi di sebuah masjid di Kediri, Jawa Timur.
Pasalnya, dua kubu takmir masjid terlibat aksi perkelahian diduga dipicu tak terima penggantian imam salat Magrib.
Salah satu korban bahkan harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka memar dan muntah-muntah.
Ya, kasus tindak kekerasan akibat dualisme Takmir Masjid Al Muttaqun di Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri mengakibatkan satu korban harus dirawat di rumah sakit.
Baca juga: Warga Nangis Tahu Marbot Ketahuan Mesum dengan Mahasiswi di Masjid, Pelaku Biasa Jadi Imam, Kecewa
Satu korban yang saat ini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Muhammadiyah atas nama Muhammad Ilhamudin (26) warga Baron, Kabupaten Nganjuk.
Korban menderita luka memar dan muntah-muntah.
Kedua kubu takmir juga saling melaporkan menjadi korban penganiayaan saat menjelang salat Magrib di Masjid Al Muttaqun pada Rabu (13/12/2022) malam.
Sebelumnya telah terjadi kejadian saling dorong dari dua pengurus takmir yang berbeda, Selasa (12/12/2023) malam.
Kasus yang sama kemudian berlanjut pada Rabu (13/12/2023) malam sampai Kamis (14/12/2023) dini hari.
Puluhan personel kepolisian mengamankan dari kemungkinan terjadinya bentrokan susulan dari kedua kubu takmir yang berbeda.
Video peristiwa keributan di Masjid Al Muttaqun juga viral di media sosial. Ada dua vidio yang telah banyak beredar kejadian keributan di Masjid Al Muttaqun.
Mashuri (40) jamaah Masjid Al Muttaqun, salah satu korban telah melaporkan tindak penganiayaan yang dialaminya saat akan salat Magrib ke Polres Kediri Kota.
Korban mengaku dipiting seseorang yang tidak dikenalnya karena bukan warga Kelurahan Manisrenggo.
"Sebelum salat Magrib saya melihat sudah banyak orang di dalam masjid, tapi bukan warga Kelurahan Manisrenggo," jelasnya.
Selanjutnya korban melakukan sholat sunnah dan melihat keramaian di lokasi pengimaman dan terjadi pemukulan di tengah masjid.
"Saya berusaha melerai dengan membawa satu orang. Ternyata di luar serambi masjid banyak teman-temannya dan saya dicekik dan selanjutnya saya tidak sadar," jelasnya.
Menyusul kejadian itu, Mashuri kemudian melaporkan kejadian yang menimpanya ke Polres Kediri Kota.
"Waktu itu saya mau menolong Pak Khamid. Tapi di luar masjid banyak teman-temannya pelaku," jelasnya.
Sementara Saifuddin, sekretaris takmir Masjid Al Muttaqun menjelaskan, keributan terjadi karena ada pihak yang tidak terima penggantian imam salat Magrib.
"Karena masjid masih dalam konflik dan pihak takmir masih menunggu keputusan dari pihak Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kota Kediri," jelasnya.
Sebenarnya pihak takmir akan legowo (rela) dengan hasil yang diputuskan oleh pihak BWI.
Namun pihak sebelah justru ingin menguasai masjid sebelum ada putusan BWI.
Dari pihak ketakmiran telah melaporkan kejadian keributan ke Polres Kediri Kota. Karena ada tiga orang jamaah yang menjadi korban.
Sebelumnya telah diupayakan untuk melakukan perdamaian dari kepengurusan ketakmiran masjid. Namun sayangnya tetap ada kebuntuan.
"Karena yang diinginkan dari masyarakat sama -sama mengelola masjid. Namun kalau bentuknya perdamaian seolah-olah ingin mengusai masjid kami tidak terima," jelasnya.
Karena Masjid Al Muttaqun merupakan masjid dari orang banyak dan yang wakaf juga lebih dari satu orang.
"Yang membangun masjid 100 persen warga masyarakat," jelasnya.
Sementara Rahmat Mahmudi, dari pihak takmir kubu lain menjelaskan, kejadian Rabu malam sampai Kamis dini hari karena ada pihak yang tidak terima dengan penggantian takmir dan penggantian imam sholat Magrib.
"Kami bertahan meski ditekan dan didorong dan ada teman kami yang menjadi korban pemukulan dan pengeroyokan sehingga dilerai aparat," jelasnya.
Selanjutnya pihak yang tidak terima berkerumun di halaman masjid dan tidak membubarkan diri dan jumlahnya semakin bertambah banyak.
"Massa bubar setelah ada dialog perwakilan takmir dengan keluarga KH Idris dan ada kesepakatan damai hingga adanya keputusan dari BWI," jelasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya hanya di Googlenews TribunJatim.com