Berita Terpopuler

VIRAL TERPOPULER: Dosen Jadi Petugas Kebersihan Gegara Gaji Kecil - Guru Meninggal Usai Beri Nilai

Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

4 berita viral terpopuler Kamis (18/1/2024) di TribunJatim.com.

TRIBUNJATIM.COM - Hal-hal viral yang ramai diperbincangkan netizen kini telah terangkum dalam segmen berita viral terpopuler Kamis, 18 Januari 2024.

Berita viral terpopuler hari ini diawali dengan kabar guru SMK yang hukum siswa telat 3 menit dengan memberikan tugas menulis 1,2 jam.

Aksi guru SMKN 5 Denpasar inipun viral di media sosial.

Guru tersebut diketahui sebagai guru BK atau Bimbingan Konseling,

Ia menghukum siswa telat masuk dengan memberikan tugas sebanyak dua lembar selama satu setengah jam.

Akibatnya, siswa tersebut tidak dapat mengikuti dua mata pelajaran.

Kejadian ini memicu perdebatan tentang metode disiplin yang tepat di sekolah.

Lebih lanjut, kisah haru seorang guru menjadi viral di media sosial.

Seorang guru meninggal dunia setelah nilai tugas siswanya.

Sang anak merekam momen terakhir kepergian guru tersebut.

Kisah itu baru-baru ini dibagikan oleh halaman Instagram Not So Common Facts.

Hingga kabar terakhir soal alasan siswi SMK juara 1 lomba menang Rp 10 juta tapi terima Rp 350 ribu.

Kepala sekolah atau kepsek membeberkan rincian potongan biaya.

Rupanya hadiah Rp 10 juta itu dibagi ke 18 orang.

Diketahui, peristiwa ini dialami siswi SMKN 2 Majene Sulawesi Barat.

Simak berita viral terpopuler hari ini, Kamis (18/1/2024) di TribunJatim.com

1. Guru SMK Hukum 1,5 Jam Siswa yang Telat 3 Menit Diprotes, Kelewat Batas, Anggota DPD: Paling Hebat?

Guru SMK Denpasar hukum siswa yang telat 3 menit disidang oleh anggota DPD. (TikTok/aryawedakarnasuyasa)

Media sosial dihebohkan dengan guru SMK hukum siswa telat 3 menit dengan memberikan tugas menulis 1,2 jam.

Aksi guru SMKN 5 Denpasar inipun viral di media sosial.

Guru tersebut diketahui sebagai guru BK atau Bimbingan Konseling,

Ia menghukum siswa telat masuk dengan memberikan tugas sebanyak dua lembar selama satu setengah jam.

Akibatnya, siswa tersebut tidak dapat mengikuti dua mata pelajaran.

Kejadian ini memicu perdebatan tentang metode disiplin yang tepat di sekolah.

Baca juga: Walikota Turun Tangani Guru Viral Paksa Murid Berinfaq, Kini 1 Sekolah Kena, Tujuan Asli Diungkap

Anggota DPD RI Arya Wedakarna lantas mendatangi SMKN 5 Denpasar karena tidak setuju dengan tindakan guru tersebut.

Kini nasib guru itupun disoroti.

Diketahui jika sang guru dianggap memberi hukuman yang dianggap kelewat batas .

Arya Wedakarna bahkan dengan tegas meminta agar guru SMKN 5 Denpasar datang ke kantornya menjelaskan tujuan dari aturan hukuman siswa telat.

"Saya akan undang anda menghadap saya jelaskan apa maksud dan tujuannya, kalau perlu kita depan aparat," ujarnya, dikutip dari Tribun Sumsel pada Rabu (17/1/2024).

Bahkan Arya Wedakarna menolak adanya ketentuan handphone dikumpulkan di ruang BK.

"Siswa terlambat hanya 3 menit, tp diberi tugas jingga 1,5 jam menulis tugas yg tdk ada hubungan. Dengan alasan tugas literasi, siswa sampai ketinggalan 2 Mata Pelajaran. Menurut DPD RI AWK Siswa terlambat sedikit tidak apa2 asal selamat dijalan, apalagi kondisi DPS macet. DPD RI menolak juga HP siswa dikumpulkan diruang BK karena BK "curiga" siswa main HP saat dpt tugas. Lokasi SMK Negeri 5 Denpasar ( admin ) @jokowi #wedakarna #wedakarnasmkn5denpasar," bunyi keterangan caption @aryawedakarnasuyasa.

Arya Wedakarna melontarkan protes dan menyarankan agar hukuman yang diberikan tidak kelewatan.

Guru SMK hukum siswa yang telat 3 menit disidang anggota DPD RI. (Instagram/terang_media)

"Saya mengeluarkan uang APBN ini agar mereka masuk kelas bukan untuk dihukum, hukuman tuh yang humanis aja ibu jangan begitu," tambahnya.

"Ibu merasa paling hebat? terus anak-anak gimana, mereka mungkin macet, kami aja telat 5 menit gak masalah karena situasional," terangnya lagi.

Bukan tanpa sebab, Arya Wedakarna menganggap jika tindakan itu termasuk pembullyan terhadap siswa.

"Apa dasarnya buat sebanyak ini, nanti anak kalau cepet-cepet dia tabrakan itu gimana ya, toleransi tuh ada, ini kan termasuk pembullyan loh," ujar Arya Wedakarna.

Sementara itu, aksi oknum guru permalukan siswa tak berinfak viral di media sosial.

Ia juga sengaja merekam saat mempermalukan siswanya sendiri.

Sang guru sengaja mengambil video agar nantinya orang tua siswa tahu apakah anak infak atau tidak.

"Ayo, ayo, yang infaknya masukkan disitu, ketauan yang tidak berinfak, malu yang tidak berinfak," sebut oknum guru itu dalam video beredar, Senin (15/1/2024), dikutip dari Tribun Jateng.

"Ibu videokan biar tahu orangtuanya kalo anaknya tidak mau infak, ibu videokan, malu tidak, ayo, ayo," katanya.

Video tersebut di antaranya dibagikan akun TikTok @prabumulihngehitsnew.

Simak berita selengkapnya

2. Periksa Tugas Siswa saat Opname di RS, Guru Meninggal setelah Beri Nilai, Anak Rekam Momen Terakhir

Periksa Tugas Siswa saat Opname di RS, Guru Meninggal setelah Beri Nilai, Anak Rekam Momen Terakhir (NDTV)

Kisah haru seorang guru menjadi viral di media sosial.

Seorang guru meninggal dunia setelah nilai tugas siswanya.

Sang anak merekam momen terakhir kepergian guru tersebut.

Kisah itu baru-baru ini dibagikan oleh halaman Instagram Not So Common Facts.

Sebuah foto memperlihatkan guru yang terbaring di ranjang rumah sakit dan masih sempat memandang laptopnya untuk mengoreksi tugas murid-muridnya.

Pilu, setelah selesai mengoreksi tugas dan memberikan nilai siswanya guru pria ini meninggal dunia.

Foto guru yang sedang bekerja di laptopnya dari ranjang rumah sakit dibagikan oleh putrinya, Sandra Venegas, 2020 lalu.

Momen yang menyentuh ini kembali menjadi viral di media sosial.

Guru tersebut berusaha untuk membawa laptop dan pengisi dayanya meskipun ia sedang mengalami masalah kesehatan dan tahu bahwa ia akan masuk ruang gawat darurat.

Dia meninggal keesokan harinya setelah selesai menilai setiap siswa.

Baca juga: Walikota Turun Tangani Guru Viral Paksa Murid Berinfaq, Kini 1 Sekolah Kena, Tujuan Asli Diungkap

Dilansir dari NDTV via Kompas.com, saat berbagi cerita, mereka menulis bahwa Sandra Venegas mengabadikan foto ayahnya yang memilukan sebelum saat-saat terakhirnya di rumah sakit.
 
Meskipun sudah tahu bahwa akan menuju ruang gawat darurat, sang guru memastikan untuk membawa laptop dan pengisi dayanya untuk memenuhi tanggung jawabnya. Sebuah dedikasi tinggi.

"Tragisnya, dia meninggal dunia keesokan harinya," tulisnya.

"Dalam sebuah unggahan yang menyentuh hati, Sandra mengakui upaya besar yang dilakukan para guru, yang sering kali tidak diakui. Bahkan di tengah pandemi dan perjuangan kesehatan pribadi, para guru tetap berkomitmen untuk memenuhi tugas mereka," tambahnya.

Sejak dibagikan, unggahan tersebut telah mendapatkan 71.000 suka.

"Guru Terbesar Sepanjang Masa," komentar warganet di postingan itu.

"Benar-benar guru yang dicintai oleh para muridnya," tulis yang lainnya.

Baca juga: Pesan Bupati Mas Dhito ke Guru Honorer Bergaji Rp 200 Ribu yang Suka Bantu Ekonomi Siswa: Orang Baik

Sebelumnya Muhammad (56), guru mata pelajaran olahraga di MIN 9 Kota Banda Aceh meninggal dunia ketika sedang memberikan mata pelajaran Penjaskes di Stadion Mini Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Rabu (15/11/2023) sekira pukul 09.30 WIB.

Muhammad yang saat itu sedang mengajar kepada anak muridnya, mendadak terkulai lemas di lapangan.

Ia dinyatakan meninggal dunia saat dalam perjalan menuju rumah sakit.

Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Fahmi Irwan Ramli melalui Kapolsek Ulee Kareng, Iptu Samsul Bahri membenarkan kejadian tersebut.

Berdasarkan kronologi kejadian, awalnya korban pergi ke Stadion Mini Lambhuk guna melatih anak-anak murid tentan cabor.

Ia juga menyempatkan bermain bola dengan anak-anak murid lainnya.

Tidak lama kemudian, korban terjatuh dalam posisi telungkup.

Kemudian anak murid meneriaki guru olahraga lainnya atas nama Yeki Les Saputra (32).

Melihat Muhammad terjatuh, saksi berlari menuju ke arah korban untuk melakukan pertolongan pertama, sambil memberitahukan kepada guru lainnya.

"Kemudian, korban dibawa ke RSUZA, lalu dokter memeriksa dan korban dinyatakan meninggal dunia," kata Yeki saat dikonfirmasi Serambinews.com.

Sementara itu, Kepala MIN 9 Banda Aceh,  Hj Ummiyani mengatakan, bahwa Muhammad dikenal merupakan pribadi yang sangat baik di sekolah.

Ia tidak bisa menahan air mata ketika ditanyai Serambinews.com perihal kejadian tersebut.

Sebab, yang ia ketahui, bahwa Muhammad tidak ada riwayat sakit.

Simak berita selengkapnya

3. Stres Gaji Kecil, Dosen Nekat Jadi Petugas Kebersihan, Kaya Raya saat Pulang Kampung: Tak Menyesal

Stres Gaji Kecil, Dosen Nekat Jadi Petugas Kebersihan, Kaya Raya saat Pulang Kampung: Tak Menyesal (mStar)

Seorang dosen banting setir jadi petugas kebersihan.

Itu karena si dosen stres gajinya kecil saat mengajar.

Kini sang dosen tak menyesali keputusannya.

Curhatannya pun viral.

Dosen itu berasal dari Malaysia.

Ia memilih banting setir jadi petugas kebersihan di Singapura.

Diakuinya, bekerja di Singapura membuat perubahan besar dalam hidupnya dibandingkan bekerja di Perguruan tinggi swasta (IPTS).

“Benar kerja di Singapura bisa mengubah nasib. Saya sebelumnya mengajar di IPTS selama lima tahun. Gaji terakhir saya
di IPTS berjumlah RM1,900".

“Selama lima tahun saya bekerja, setiap bulan pasti ada fase tidak punya uang. Terkadang tidak sampai pertengahan bulan. Gajinya tak naik tapi harga barang selalu naik, sehingga tidak bisa bertahan,” ujar si dosen, sebut saja S, melalui sharing di grup Facebook.

Baca juga: Padahal Jadi Pengantin, Mahasiswa S3 Masih Ikut Kuliah Online, Dosen dan Teman Kelas Ngakak: Selamat

Keadaan pun semakin sulit hingga akhirnya ia menyerah karena tekanan yang dihadapi.

“Saya sangat stres hingga tidak bisa bekerja, bahkan setelah gajian pun saya masih bingung untuk membayar rumah,” ujarnya, melansir dari TribunStyle.

Pria itu kemudian memutuskan untuk mencari pekerjaan di Singapura dan menerima tawaran bekerja sebagai petugas kebersihan.

Meski tak lagi menjadi dosen, ia bersyukur karena gaji pokok yang diterimanya jauh lebih besar dari penghasilan bulanan sebelumnya.

“Alhamdulillah saya dapat pekerjaan sebagai petugas kebersihan, gaji pokok$3,100 (RM10,815),” tambahnya.

Dia juga mengakui bahwa bekerja di negeri jiran merupakan 'jalan pintas' baginya untuk menyelesaikan permasalahan keuangan yang dihadapi.

Baca juga: Curhat Wanita Lulusan S2 Jadi Ibu Rumah Tangga, Suami Tak Restui Jadi Dosen, Allah Punya Kendali

Kini ia sudah bisa bernapas lega hanya dengan gaji pertama yang diterimanya sebagai petugas kebersihan.

“Di mana tidak ada cara untuk membayar utang, terjebak dalam utang puluhan ribu dan inilah jalan pintasnya. Bahkan gaji pertama sudah bisa membayar segala macam. Kamu tidak akan menyesalinya".

“Kalau orang lain bilang kemacetan di Singapura itu buruk. Percayalah, jika kamu sudah bekerja, kamu bisa menghadapinya karena kamu merasa sepadan dengan apa yang kamu dapatkan,” ujarnya.

Pria tersebut juga berbagi tips bermanfaat bagi mereka yang masih mencari pekerjaan agar bisa terus bertahan hidup.

“Lamarlah pekerjaan, mintalah doa (izin) orang tuamu dan teruslah mencari pekerjaan sampai kamu mendapatkannya. Yang paling penting adalah percaya pada diri sendiri".

“Anda tidak perlu orang lain untuk percaya bahwa Anda bisa bekerja di Singapura. Ibarat mimpi dapat gaji besar, lalu menjadi kenyataan,” jelasnya.

Namun postingan tersebut telah dihapus dari grup Facebook, karena sharing itu mempengaruhi masyarakat untuk bekerja di Singapura, dan tidak bisa menemukan solusi untuk mengatasi masalah utang dan kebangkrutan.

Simak berita selengkapnya

4. Penjelasan Kepsek soal Siswi SMK Menang Rp 10 Juta Tapi Terima Rp 350 Ribu, Potongan Biaya Terungkap

Penjelasan Kepsek soal Siswi SMK Menang Rp 10 Juta Tapi Terima Rp 350 Ribu, Potongan Biaya Terungkap (TribunSulbar/Juita Mammis - Facebook Nhurul Mutmainnah)

Terungkap alasan siswi SMK juara 1 lomba menang Rp 10 juta tapi terima Rp 350 ribu.

Kepala sekolah atau kepsek membeberkan rincian potongan biaya.

Rupanya hadiah Rp 10 juta itu dibagi ke 18 orang.

Diketahui, peristiwa ini dialami siswi SMKN 2 Majene Sulawesi Barat.

Awalnya, seorang siswi SMKN 2 Majene tersebut ikut lomba sayyang patudu.

Lomba ini digelar saat Celebes Heritage Festival, beberapa minggu yang lalu, di Stadion Prasamya Majene.

Juara satu dijanjikan dapat hadiah Rp 10 juta, namun ternyata tak kunjung menerima haknya.

Cerita ini viral di media sosial Facebook setelah akun Nhurul Mutmainnah mengaku jika juara satu belum mendapatkan haknya.

"Masih tentang juara 1 lomba Sayyang pattudu dan uang 10 juta," kata Nhurul Mutmainnah di akun Facebook-nya, Jumat (12/1/2024) sore.

Baca juga: Kisah Pilu Siswi SMK Rawat Nenek dan 2 Paman Lumpuh, Jadi Tulang Punggung, Sering Puasa Tahan Lapar

Dalam posting-annya, disebutkan adik Nhurul Mutmainah yang mewakili sekolahnya tak kunjung menerima hadiah tersebut.

Melainkan adiknya hanya mendapat tulisan Rp 10 juta secara simbolis saja.

"Tidak tau ka bagaimana sistem pembagiannya hadiah, apakah memang 100 persen masuk sekolah atau ada apresiasi untuk siswa yang dipilih untuk ikut lomba."

Dikonfirmasi, Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat, Ika Lisrayani mengatakan, pihaknya sudah transfer hadiah ke bendahara sekolah SMKN 2 Majene.

"Sesuai arahan kepala sekolahnya," kata Ika, Jumat malam.

Ika menyebut sudah transfer uang Rp10 juta dan potong pajak lima persen.

Baca juga: Siswi SMK Juara Lomba Mengaku Cuma Dapat Simbolis Tulisan Rp10 Juta, Kepsek Ungkap Pembagian Uangnya

Ika Lisrayani menegaskan bahwa lomba sayyang pattudu tanpa rekayasa, real pendaftaran dan hadiahnya.

Ditemui terpisah, Kepala SMKN 2 Majene, Nurdin Sanuddin merespons viralnya polemik hadiah lomba sayyang pattudu pada event Celebes Heritage Festival di Stadion Prasamya Majene, Sulawesi Barat.

Diketahui SMKN 2 Majene menjadi juara satu pada event budaya tersebut.

Nurdin mengatakan, hadiah lomba sayyang pattudu sebesar Rp 10 juta dan dipotong pajak lima persen.

"Sisa Rp 9,5 juta di Pembina Kesenian, Iqdar," kata sang kepsek ditemui di ruangan kerjanya, Sabtu (13/1/2024).

Nurdin membeberkan apa saja biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan lomba sayyang pattudu pada waktu itu.

Mulai dari sewa kuda Rp 350 ribu, sewa rebana Rp 150 ribu, makeup dua orang Rp 400 ribu, sewa baju parrawana 10 orang kali Rp 50 ribu maka total Rp 500 ribu.

Lalu sewa pembawa payung Rp 50 ribu, sewa pakkalindadaq Rp 50 ribu, dan sewa pawang kuda sebesar Rp 50 ribu.

Kemudian sewa boko pessawe depan Rp 350 ribu, sewa totamma belakang Rp 150 ribu, konsumsi latihan Rp 300 ribu, konsumsi hari-H Rp 500 ribu, dan kaos tangan enam lembar Rp 100 ribu.

Maka biaya total perlengkapan untuk lomba sayyang pattudu adalah Rp3.150.000.

"Sisa Rp6.350.000 dari hadiah," jelas Nurdin, melansir dari TribunSulbar.

Baca juga: 1 Keluarga Pindah ke Hotel karena Lebih Murah dari Tinggal di Rumah, Sehari Bayar Rp2,1 Juta: Senang

Oleh karena itu, untuk masing-masing yang ikut dari 18 orang akan diberikan amplop Rp350 ribu.

Sebanyak 18 orang dikali 350 ribu, maka total Rp6.300.000.

"Sisa Rp50 ribu untuk pembeli minuman saat selesai upacara pemberian hadiah pada Senin, 15 Januari 2024, nanti," kata Nurdin.

"Upacara nanti akan diberikan uang pembinaan Rp350 ribu bersama piagam," sambung Nurdin.

Nurdin pun akan melakukan pemanggilan orang tua murid bersama siswa yang ikut dalam perlombaan.

Hal itu untuk klarifikasi polemik hadiah lomba sayyang pattudu.

Baca juga: Siswi SMK Kaget Pakaian Dalam yang Dijemur Hilang, Dicuri Pria Mabuk, Pelaku Minta Maaf usai Viral

Sebelumnya, seorang warga di Bangka Tengah, berinisial ST (42) mengaku terkejut waktu itu setelah menerima buku rekening, yang berisi saldo Rp10 juta.

Di dalam buku rekening Bank Sumsel Babel tertanggal 27 Mei 2021 itu, dengan mutasi Rp10 juta, dan saldo Rp10 juta.

Namun, ST hanya menerima uang Rp900 ribu, yang oleh pihak penyalur untuk membeli wareng atau jaring.

Sementara, sisa saldo Rp9,1 juta untuk beli bibit dan media tanam jahe merah.

"Kami tidak tahu kalau itu pinjaman, baru tahu setelah tandatangan akad, kami sempat nanya kenapa dikasih buku rekening," ujar ST seraya mewanti-wanti identitasnya dirahasiakan, Rabu (3/1/2024), seperti dikutip Tribun Jatim dari Bangkapos.com

Dia menyebutkan, sisa uang Rp9 juta itu, disebutkan oleh penyalur untuk 300 bibit jahe merah.

Kini dia mengaku kebingungan membayar angsuran tersebut, karena awalnya mengira program tersebut adalah bantuan.

Simak berita selengkapnya

--

Berita Jatim dan Berita Viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

 

Berita Terkini