Ia mengelola akun media sosial Maria, menyiarkan permainannya secara online dan mengatur perjalanannya pertamanya ke luar negeri.
Berkat kesuksesannya dalam game tersebut, Free Fire pun memberinya penghargaan sebagai salah satu sosok berpengaruh dalam game tersebut dan menerbangkannya ke Mexico City pada 2022 untuk menghadiri acara ulang tahun game tersebut.
“Semua anak minta tanda tangan saya. Sungguh menyenangkan. Kenangan itu akan saya bawa sampai mati,” kata Maria.
Baca juga: Hidup Sebatang Kara, Nenek Kaswiyah Ketok-ketok Kayu Biar Diberi Warga Makan, Tetangga: Miris
Gamers lansia
“Nenek gamer” itu kini tidak seaktif dulu bermain karena scleroderma yang ia derita, penyakit yang menyebabkan kulitnya mengeras, tetapi ia tidak mau pensiun.
“Saya suka memainkannya. Saya akan terus bermain selama saya bisa,” kata Maria.
Semangat itu juga dimiliki semakin banyak warga lanjut usia di seluruh dunia.
Di antaranya tim Young Guard asal Ukraina dari game Counter Strike, yang anggotanya rata-rata berusia 75 tahun, atau pemain tertua di dunia Hamako Mori (93 tahun) asal Jepang.
Di Chile, Mami Nena terus menuai sukses.
Pada 21 Desember lalu, ia diberi penghargaan oleh Catholic University dan surat kabar El Mercurio sebagai salah satu dari 100 tokoh senior negara itu atas perannya mengurangi stereotipe generasinya.
“Saya tidak pernah membayangkan hal ini. Saya bermain untuk bermain, untuk berada di sana dan menggerakkan jari-jemari saya,” ungkapnya setelah upacara tersebut.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com