“Saya merangkap dari Waka Kurikulum, Guru IPA, sama Operator PIP. Kalau gaji jumlahnya sama, tidak ada insentif tambahan,” terangnya.
Baca juga: Kisah Guru di Blitar, Buka Sanggar Lukis Disela Mengajar, Kadang Dibayar dengan Beras hingga Telur
Baca juga: Kisah Guru Pelosok Lewati Jalan Berlumpur Demi Ngajar ke Sekolah, Ingin Pakai Sepatu Kinclong: Andai
SMPN Satu Atap Gemarang, lanjut Dian, sudah berdiri sejak tahun 2007. Jumlah peserta didik paling banyak yang dimiliki sekolah tersebut hanya sekitar 50 siswa, pada tahun ajaran 2012/2013.
Jumlah itu pun terus menyusut dari tahun ke tahun, seiring hilang atau berkurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut.
“Saya yakin semua bapak ibu guru yang baru ditempatkan sini, pasti akan merasa keberatan. Tapi karena sudah merasakan bertahun-tahun, akhirnya ya sudah kayak menyatu dengan masyarakat sama anak-anak sini,” kata Dian.
Dian berpesan, jika naluri sebagai seorang guru sudah terketuk, ditempatkan dimanapun akan berusaha menjalankan semuanya dengan ikhlas.
“Lambat laun pasti menemukan sesuatu hal yang tertancap di dalam benak pribadi. Lalu untuk anak anak, motivasi lebih ditingkatkan, bahwasanya manfaatkan kesempatan untuk sekolah demi memenuhi kebutuhan pendidikan demi meraih cita cita setinggi mungkin,” pungkasnya