Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi selama ini banyak membangun saluran besar untuk memecah genangan di beberapa titik.
"Sudah banyak yang berkurang, 245 itu kebanyakan karena sampah. Pelaluan-pelaluan (saluran) air itu sudah besar,” sebutnya.
Selain persoalan saluran, beberapa genangan juga disebabkan karena sampah. Jumlah sampah yang masuk ke saluran tak hanya kotoran sederhana.
Namun, ada beberapa yang juga berpotensi merusak fasilitas rumah pompa.
"Apalagi, kalau sampahnya itu berupa tali tampar, bisa sampai nyangkut di baling-baling mesin rumah pompa, mati wes (mati sudah atau bisa menyebabkan rumah pompa padam),” paparnya.
Karenanya, selain memperbesar saluran, DSDABM Surabaya juga menerjunkan satgas di masing-masing wilayah secara rutin.
Satgas DSDABM Surabaya itu bertugas memantau saluran dan rumah pompa jika ada yang tersumbat.
“Jadi, setiap hujan teman-teman (satgas) itu keliling, kalau ada sumbatan, kami minta membersihkan. Sampah itu juga menjadi problem rumah pompa sebetulnya, karena kalau sudah kena sampah wes gak isok mlaku (sudah tidak bisa berjalan)," tandasnya.
Ia mengatakan, selain rutin melakukan pengecekan saluran dan rumah pompa, DSDABM Surabaya juga menggerakkan program kerja bakti bersama warga. Hal ini juga memberikan efek yang besar.
Dengan kerja bakti, warga ikut membantu melakukan pengerukan sedimen-sedimen yang berada di saluran.
"itu (sedimen) yang diangkat, supaya saluran bisa diisi air waktu hujan, jadi 50 persen lebih efektif," katanya.
"Kalau ada sedimen, itu mengurangi daya tampung saluran. Misal, daya tampung saluran itu satu kubik, nah kalau tertutup sedimen kan bisa hilang separuh sendiri," katanya.