Berita Gresik

Menilik Tradisi Brahatan di Desa Suci Gresik dalam Rayakan Malam Nisfu Syaban, Digelar Sore Hari

Penulis: Willy Abraham
Editor: Samsul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga di Desa Suci membuat kupat dan lepet untuk tradisi Brahatan, Jumat (23/2/2024).

TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Masyarakat di Kabupaten Gresik memiliki tradisi di momen Nisfu Syaban.

Tradisi bernama tradisi Brahatan yang digelar pada Sabtu malam besok atau dua pekan sebelum bulan ramadhan.

Masyarakat di wilayah Kecamatan Manyar, menggelar tradisi ini untuk mensucikan diri dengan memohon maaf kepada tetangga.

Ritual suci sebagai ruwatan saling meminta maaf.

Dalam tradisi Brahatan juga disajikan jajanan seperti kupat, lepet, dan kue apem.

Budayawan Gresik, Kris Adji AW menyampaikan tradisi Brahatan menjelang sore hari, warga Gresik akan ramai membawa jajanan Brahatan untuk dibawa ke musala atau langgar.

"Dulu seluruh warga Gresik pada sore hari akan bergiliran ke rumah tetangga satu persatu sebelum pergi ke Musala," ujar Kris Adji AW, Jumat (23/2/2024).

Setelah ibadah salat maghrib, mereka akan berbondong-bondong datang ke musala untuk berdoa dengan membaca yasin tiga kali dan tahlil. 

Pulang dari musala, warga akan berbagi ke tetangga.

"Membagikan kupat, lepet, dan apem sebagai simbol afwun atau permohonan maaf menjelang bulan suci ramadhan," jelasnya.

Tradisi Brahatan ini memang sudah jarang dijumpai. Dikarenakan perkembangan zaman yang kian maju ditambah lagi banyak warga asli Gresik yang pindah. Namun, tradisi Brahatan ini masih tetap dilestarikan di Desa Suci dan Desa Manyar Sidomukti.

Jajanan Apem, Kupat dan Lepet dalam Tradisi Brahatan merupakan simbol permohonan maaf, simbol dari Kupat dan Lepet adalah memaafkan. Saling memaafkan sebelum ramadhan.

Berita Terkini