Laporan Wartawan TribunJatim.com, Danendra Kusuma
TRIBUNJATIM.COM, NGANJUK - Kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir, membuat banyak warga mengeluh.
Pasalnya, harga beras yang meroket bisa berdampak pada tingginya biaya pengeluaran mereka.
Bahkan, lebih parah, berpotensi memicu inflasi.
Lonjakan harga beras terjadi di beberapa daerah, termasuk Kabupaten Nganjuk.
Pj Bupati Nganjuk, Sri Handoko Taruna bergegas turun ke lapangan, tatkala mendengar informasi harga beras melambung di Kota Angin, sebutan Nganjuk.
Di lapangan, Sri Handoko Taruna pun banyak menerima keluhan warga terkait harga beras.
Tak kuasa melihat warganya merana akibat naiknya harga beras, Sri Handoko Taruna kemudian gerak cepat melakukan koordinasi dengan Bulog Sub Divre Kediri.
Dia juga menyiapkan dua program strategis, guna menstabilkan harga beras.
Sri Handoko Taruna bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat menggelar operasi pasar, serta meluncurkan Warung Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Baca juga: Pedagang Pasar Tawangmangu Malang Berhenti Jualan Beras saat Kedatangan Pj Bupati Sidak
"Warung TPID ini sebagai outlet penjualan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP)," kata Pj Bupati Nganjuk, Sri Handoko Taruna, Selasa (12/3/2024).
Sri Handoko Taruna menambahkan, warung TPID merupakan rujukan bagi masyarakat untuk mendapatkan beras SPHP Bulog dengan harga yang telah ditetapkan, yakni Rp 54.500 per 5 kg.
Warung TPID beroperasi mulai pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB.
Outlet ini dibuka secara simbolis di Pasar Warujayeng dan diikuti dengan empat pasar lainnya, yakni Pasar Wage 1, Pasar Baru Nganjuk, Pasar Berbek, dan Pasar Sukomoro.
"Rencananya akan dibuka juga di semua pasar rakyat di Kabupaten Nganjuk," tambahnya.