Arti Kata

Arti Kata Ngabuburit yang Sering Dilakukan saat Bulan Ramadan 2024, Apa Bedanya dengan Bukber?

Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi arti kata ngabuburit.

TRIBUNJATIM.COM - Seluruh umat Islam saat ini sedang mengerjakan ibadah puasa di bulan Ramadan 2024.

Saat berpuasa, kalian bisa melakukan berbagai aktivitas sembari menunggu waktu adzan magrib, seperti melakukan ngabuburit.

Lalu, apa sebenarnya arti kata ngabuburit?
 
Yuk, simak penjelasan lengkapnya tentang arti kata ngabuburit dalam artikel di bawah ini!

 

Arti Kata Ngabuburit

Tahukah kamu jika kata ngabuburit ternyata sudah masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI.

TribunSorong melansir dari laman kbbi.kemdikbud.go.id, ngabuburit atau mengabuburit adalah aktivitas menuju berbuka puasa.

Aktivitas ini berupa menunggu azan Magrib saat menjelang buka puasa di bulan Ramadhan.

Namun tahukah kamu apabila kata ngabuburit ini merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia?

Ya, melansir dari TribunSumsel, ngabuburit merupakan salah satu bahasa sunda yang sering diucapkan masyarakat.

Menurut Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan ole Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit berasal dari kata ngalantung ngadagoan burit.

Susunan kata ini memiliki arti bersantai-santai sambil menunggu waktu sore.

Burit adalah kata dasar dari kalimat tersebutyang memiliki arti sore hari.

Rentang waktunya yakni antara usai shalat ashar hingga matahari terbenam.

Mengutip dari laman TribunnewsWiki, ternyata ngabuburit ini juga menjadi budaya populer di Indonesia.

Bahkan pada 2012 lalu sempat ada program televisi yang berjudul sama yakni Ngabuburit di Trans TV.

Selain menyuguhkan komedi, acara yang ada di televisi ini juga menyajikan ceramah keagamaan.

Konser musik pada bulan Ramadan yang diselenggarakan pada sore hari umumnya dibubuhi istilah 'ngabuburit', seperti Ngabuburit Bersama Slank, Konser Ngabuburit bersama Iwan Fals atau Ngabuburit Concert with So7.

Pada 2016, film pendek berjudul Ngabuburit (Waiting for Iftar) ditontonkan pada Jogja-Netpac Asian Film Festival ke-14, bercerita tentang sepasang suami istri yang sedang berdiskusi tentang mudik Lebaran saat menjelang buka puasa.

Masih mengutip dari TribunnewsWiki, ternyata beberapa negara di dunia ini juga memiliki tradisi ngabuburit.

Beberapa di antaranya ialah Mekah, Mesir, Albania dan Bosnia.

Meski memiliki kegiatan yang sama, namun nama yang dipunyai berbeda-beda dari satu negara dengan negara lainnya.

Lantas, apa bedanya ngabuburit dengan bukber?

Bukber alias buka bersama jadi agenda banyak orang saat bulan puasa.

Mereka bakal bertemu keluarga, teman lama, atau kerabat kerja untuk menikmati hidangan bersama saat azan magrib berkumandang.
Buka puasa bersama seolah sudah menjadi tradisi sebagian besar orang Indonesia.

Rasanya tak lengkap melewati hari-hari di bulan Ramadan, terutama saat akhir pekan, tanpa mengadakan atau menghadiri acara bukber.

Acara ini juga bisa menjadi ajang reuni atau temu kangen dengan keluarga, teman, atau kerabat yang sudah lama tidak berjumpa. Poin plusnya, suasana bakal terasa lebih hangat karena bisa berbincang sambil berbuka puasa.

Lalu, apa arti kata bukber sebenarnya?

Simak ulasan TribunJatim.com yang dilansir dari berbagai sumber.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengungkapkan bahwa tradisi bukber di Indonesia merupakan wujud pertemuan antara budaya ketimuran dengan ajaran Islam. Seperti diketahui, dalam Islam ada hadis yang berbunyi:

"Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga."

Menurut Devie, ajaran Islam ini kemudian bertemu dengan budaya ketimuran yang kolektif dimana orang Indonesia memang senang kumpul-kumpul dari dulu, bahkan sebelum Islam masuk ke Indonesia.

"Terlepas dari adanya bulan suci Ramadan atau tidak, kita melihat masyarakat kita ketika sudah berdiskusi panjang di media sosial, lalu 'yuk ketemuan yuk'. Itu menunjukkan ciri dari masyarakat komunal," kata Devie.

Sementara itu pandangan Islam mengenai tradisi bukber juga pernah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis berikut:

"Para sahabat Nabi Muhammad SAW bertanya, 'Mengapa makan tidak kenyang?' Kemudian, Nabi balik bertanya, 'Apa kalian makan sendiri?' Para sahabat menjawab, 'iya',". Kemudian Rasulullah SAW menjawab lagi, "Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua," (HR Abu Dawud).

Rasulullah SAW diketahui memiliki kebiasaan tidak pernah makan sendirian.

Beliau menyebutkan bahwa sebaik-baiknya makan adalah ketika makan dengan banyak tangan. Hal ini berarti beliau menganjurkan makan bersama.

Tentu saja bukber yang dianjurkan dalam Islam adalah yang berisi hal-hal positif seperti tidak membicarakan keburukan orang lain, sebagai ajang pamer dan sombong, atau menjadi alasan meninggalkan salat magrib.

Ada banyak pilihan tempat makan untuk bukber.

Pastikan memilih tempat makan yang halal dan memiliki fasilitas musala atau area salat agar memudahkan muslim salat magrib.

Mengenai menunya, kamu bisa pilih sesuai selera.

Lantas, faktor apa saja yang membuat anak muda begitu antusias dengan tradisi makan bersama di bulan Ramadan 2024?

Yuk, simak jawabannya!

1. Tradisi Sekali Setahun

Banyak anak muda tak ingin melewatkan bukber. Pasalnya, tradisi ini hanya dilakukan setahun sekali.

Karena itu, tradisi bukber perlu dimaknai sebaik-baiknya.

Hal itu diungkapkan oleh koresponden UNM.com bernama Jane yang merupakan salah satu mahasiswa Universitas Negeri Makassar.

"Ini momen yang sudah lama ditunggu jadi perlu diperhatikan karena tidak setiap bulan bisa adakan bukber," kata Jane.

2. Ingin Menjalin Silaturahmi

Sebagian orang meyakini jika silaturahmi mendatangkan rezeki.

Entrepreneur sekaligus public speaker, Chandra Putra Negara juga berpendapat jika silaturahmi mendatangkan banyak hal positif.

"Hubungan silaturahmi itu sesuatu yang mendatangkan rezeki. Dari kita membangun silaturahmi tentunya kita akan mendengarkan informasi, membangun hubungan pertemanan, saling berbagi hal positif," kata Chandra Putra Negara.

3. Menghilangkan Stres

Aktivitas sosial di bulan Ramadan ternyata memiliki dampak positif bagi kesehatan mental.

Pendapat itu disampaikan oleh eks Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama.

"Hubungan sosial dalam Ramadan dapat memberi dampak positif kesehatan mental, termasuk pada masa pandemi Covid-19. Punya efek positif memperbaiki mood serta membantu menangani stres, kegelisahan dan depresi,” kata Tjandra Yoga Aditama.

4. Bentuk Eksistensi Diri

Bukber biasanya menjadi ajang untuk meningkatkan eksistensi diri.

Pasalnya, anak muda cenderung tak ingin ketinggalan tren yang sedang ramai. Paw Research Center mendukung pendapat tersebut.

"Anak muda kerap melakukan sebuah aktivitas demi menunjang eksistensi diri yang tidak jarang ikut-ikutan atau adopting hal yang sedang tren dan akhirnya menjadi budaya," bunyi penelitian dari Paw Research Center.

5. Keinginan Berinteraksi Secara Langsung

Sebagian masyarakat percaya bahwa bertatap muka secara langsung dapat meningkatkan kualitas hubungan.

Karena itu, anak muda lebih suka berkumpul dan bercengkerama secara fisik.

Pandangan itu didukung oleh peneliti Linda E. Weinberger, Ph.D dari Psychology Today.

"Meskipun kita hidup di era komunikasi multi-mode (misalnya, e-mail, Facetime, panggilan telepon, media sosial, teks), tidak ada pengganti untuk kehadiran fisik dan waktu yang lama untuk dihabiskan bersama. Kesempatan untuk terlibat dalam percakapan yang tidak dibatasi waktu mendorong komunikasi yang lebih dalam," kata Linda E. Weinberger, Ph.D.

Asal usul kata ngabuburit

Secara umum, ngabuburit adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa.

Kata ngabuburit sejatinya berasal dari bahasa Sunda.

Menurut Kamus Bahasa Sunda terbitan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit berasal dari kata ngalantung ngadagoan burit.

Artinya, bersantai-santai sambil menunggu waktu sore.

Burit sebagai kata dasar dari kalimat tersebut memiliki arti sore hari.

Rentang waktunya yakni antara usai shalat ashar hingga matahari terbenam.

Morfologi Sunda lain menyebutkan jika ngabuburit berasal dari kata ngabeubeurang (menunggu siang hari), ngabebetah (nyaman) dan ngadeudeket (dekat).

Mulanya, ngabuburit merupakan tradisi orang Sunda yang gemar berkumpul pada sore hari.

Tradisi tersebut tidak ada hubungannya dengan bulan Ramadan dan bisa dilakukan setiap hari.

Namun, lama kelamaan, istilah ngabuburit cenderung identik dengan bulan Ramadan.

Istilah ini juga telah tercatat dalam KBBI yang artinya adalah menunggu waktu azan magrib menjelang buka puasa di bulan Ramadan.

Dalam bahasa Minang, istilah ngabuburit dikenal dengan malengah puaso.

Artinya yakni melakukan kegiatan untuk mengalihkan rasa lapar dan haus saat ber puasa hingga menjelang berbuka. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunsorong.com

Berita Artis dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini