Nona T kemudian menyetor 266 juta VND (sekitar Rp 168 juta) dan menarik 304 juta VND (sekitar Rp 192 juta).
Setelah 2 kali deposit, Nona T memperoleh keuntungan sebesar 48 juta VND (sekitar Rp 30,4 juta) yakni 16,8 persen dari jumlah awal yang ia setorkan dalam waktu 2 hari.
Tergiur dengan keuntungan yang diperoleh, ia pun melanjutkan permainan tersebut.
Ia kemudian menyetor 300 juta VND (sekitar Rp 190 juta) dan diberi tahu bahwa "rekening memenangkan 10,1 miliar VND (sekitar Rp 6,4 miliar)".
Anehnya, saat itu ia tidak dapat menarik uangnya seperti sebelumnya.
Sistem memberitahukan "harus membayar 20 dari keuntungan pajak penghasilan pribadi".
Nona T pun membayar pajak penghasilan pribadi sebesar 1,7 miliar VND (sekitar Rp 1 miliar) verifikasi akun sebesar 2 miliar (sekitar Rp 1,2 miliar) untuk menarik uang, dan 1,4 miliar (sekitar Rp 886 juta) untuk berpartisipasi dalam saluran penarikan cepat.
Namun, ia tetap tidak bisa menarik uangnya.
Hanya dalam 5 hari, ia telah mentransfer 5,4 miliar VND (sekitar Rp 3,4 miliar) untuk permainan itu.
Setelah itu, ia menyadari bahwa ia telah ditipu dan pergi ke polisi untuk melaporkannya.
Polisi Kota Hanoi memperingatkan bahwa tersangka menjaring "mangsa" melalui aplikasi kencan online yang digunakan banyak orang seperti Tinder, EzMatch, Litmatch dan Hullo.
Setelah menjalin pertemanan dan tingkat kepercayaan meningkat, pelaku akan beralih ke topik keuangan.
Ia kemudian mendorong korban untuk berpartisipasi dalam investasi keuangan yang menguntungkan.
Ketika “mangsa” setuju mengeluarkan uang untuk “investasi”, awalnya bunganya dikembalikan sesuai janji untuk meningkatkan kepercayaan.
Namun, ketika jumlah investasinya besar, pelaku akan mengambil semua uang itu dan menggunakan alasan: "meningkatkan paket VIP", "mengembalikan dana dukungan investasi", untuk terus mengambil uang korban hingga "mangsa" mengetahui bahwa ia telah ditipu.