Berita Tulungagung

Korban DBD di Tulungagung Jadi 10 Orang, Kadinkes: Masyarakat Belum Paham PSN

Penulis: David Yohanes
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekda Kabupaten Tulungagung, Tri Hariadi saat memantau PSN massal, Selasa (16/4/2024)

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung kembali akan menggalakkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menyeluruh.

Gerakan ini sebagai tindak lanjut PSN massal yang sudah dilakukan sebelumnya, untuk menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

PSN lanjutan ini dijadwalkan setiap Jumat di semua desa di setiap kecamatan di Kabupaten Tulungagung.

"Kami sudah izin ke Pak Bupati dan Pak Sekda, untuk melibatkan seluruh desa di semua kecamatan," ujar Kepala Dinkes Tulungagung, dr Kasil Rokhmat.

Gerakan PSN lanjutan ini sebagi tindak lanjut PSN massal sebelumnya.

Baca juga: Harga Janur di Pasar Ngemplak Tulungagung Melonjak Jelang Tradisi Kupatan, Stok Terbatas

Sebab menurut dr Kasil, ada kesalahan pemahaman masyarakat tentang PSN.

Banyak yang memahami PSN adalah bersih-bersih lingkungan, seperti membersihkan rumput di sekitar rumah.

Padahal PSN seharusnya mencari sarang nyamuk dan memberantasnya

"Yang dicari itu sarang nyamuk, seperti kaleng yang terisi air, barang bekas yang terisi air, bukan bersih-bersih dari sampah," tegasnya.

Dengan PSN yang tepat sasaran ini diharapkan kasus DBD di Kabupaten Tulungagung bisa terus ditekan.

Sebelumnya PSN massal dilakukan di lingkungan yang terserang DBD.

Namun upaya ini belum terlalu signifikan menurunkan angka DBD.

Terbukti di pertengahan April ini ada 68 kasus baru DBD di Kabupaten Tulungagung.

Baca juga: SPBU Delivery ala Polres Tulungagung, Bantu Pemudik di JLS, Antarkan BBM bagi yang Membutuhkan

Dari 68 pasien baru itu, satu orang meninggal dunia, yaitu seorang warga Kecamatan Pakel.

Dengan demikian hingga saat ini  ada 10 korban karena DBD, karena di Januari ada 2 korban, Maret ada 3 korban dan April ada 4 korban.

"Kami juga akan melakukan penyuluhan lagi, bagaimana PSN yang benar. PSN massif pertama belum 100 persen benar," ucap dr Kasil.

Fogging Mandiri

Dinkes Kabupaten Tulungagung juga terkendala masalah fogging (pengasapan) di lingkungan yang terserang DBD.

Sebenarnya di 30 Puskesmas yang ada mempunyai satu mesin fogging.

Namun kendalanya alat ini hanya dipakai satu tahun sekali, saat ada kasus DBD sehingga kurang terawat.

Saat ini hanya ada sekitar 10 mesin fogging yang berfungsi, sisanya dalam kondisi rusak.

"Saya minta yang rusak-rusak itu langsung dibawa ke bengkel motor, karena mesinnya mirip mesin motor," jelas dr Kasil.

Jika fogging berbasis Puskesmas bisa dilakukan, maka satu hari bisa menangani 3 desa.

Sebab proses fogging dilakukan hanya di lingkungan yang ada serangan, bukan menyeluruh di satu desa.

Karena keterbatasan alat dan tenaga ini, Dinkes juga meminta desa-desa yang punya alat fogging untuk membantu desa di sebelahnya.

Fogging secara mandiri lebih disarankan karena dr Kasil mengakui, akan lama jika menunggu tim dari Dinkes.

Selain keterbatasan alat, permohonan fogging yang masuk juga sudah banyak.

"Desa yang punya alat bisa saling membantu. Kalau mengandalkan Dinkes, antrenya lama," sambungnya.

Dinkes Tulungagung memberi petunjuk terkait obat untuk fogging mandiri.

Dinkes juga telah menghubungi distributor obat untuk membantu.

Data di Dinkes  Kabupaten Tulungagung, saat ini akumulasi kasus DBD dari Januari sampai pertengahan Mret 2024 sejumlah 409.

Januari tercatat ada 56 kasus, dengan 2  pasien meninggal dunia.

Februari tercatat 89 kasus, dengan  3 pasien meninggal dunia.

Maret tercatat 196 kasus, dengan 4 pasien meninggal dunia.

Sementara April hingga tanggal 15, ada 68 kasus baru dengan 1 pasien meninggal dunia.

Berita Terkini