TRIBUNJATIM.COM - Berkat ketekunannya, Mbah Tono yang sudah 26 tahun menjadi seorang pemulung akhirnya bisa mewujudkan mimpinya.
Mbah Tono kini akan segera menginjakkan kaki di Tanah Suci meski dirinya berasal dari Ponorogo Jawa Timur.
Bakal mewujudkan mimpi ke Tanah Suci, Mbah Tono ternyata punya perjuangan yang tak main-main.
Setiap hari, Supartono menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung.
26 tahun menabung hingga bisa menghasilkan uang sendiri, Mbah Tono bisa wujudkan keinginan untuk jadi Haji.
Rasa senang bercampur haru hingga tak bisa berkata apa-apa dirasakan Supartono, pemulung naik haji.
Bagaimana tidak, dia dipanggil bisa menunaikan haji tahun 2024.
Terlebih, pria yang berusia 61 tahun ini pekerjaan sehari-harinya adalah pemulung.
Tiap hari bekerja hanya sebagai pemulung, kini Mbah Tono bisa segera naik haji.
Bagaimana ceritanya pemulung naik haji?
Baca juga: Menantu Kepincut Ibu Mertua, Ayah Mertua Malah Restui Nikah dan Bangga Alasannya: Dengan Senang Hati
Wartawan Tribunjatim.com mendatangi rumahnya di Jalan Sekar Taman, Kelurahan Tonatan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo.
Saat tiba di rumahnya, Supartono baru saja sampai dari Puskesmas Ponorogo Selatan.
Saat itu, dia habis melaksanakan senam haji di Puskesmas Ponorogo Selatan.
Uniknya, saat kemana-mana, bapak dua orang anak ini tetap membawa gerobak yang biasa dibuat mulung.
“Ya sambil berjalan, sambil ambil sampah. Menjaga kebersihan juga,” ungkap Supartono membuka percakapan, Sabtu (4/5/2024).
Mbah Tono—sapaan akrab—Supartono lalu berkisah bahwa menunaikan ibadah haji adalah mimpinya.
Dia sempat tak percaya bahwa mimpinya akan terwujud.
Apalagi melihat kondisinya yang hanya seorang pemulung.
“Saya ini orang tidak tahu apa-apa. Saya SD saja tidak lulus. Alhamdulillah Ya Allah saya diberikan jalan untuk haji,” kata Mbah Tono sambil mengusap air matanya.
Mbah Tono mengaku tekad kuatnya untuk menjalan rukun islam ke 5 saat bermimpi di tahun 1998.
Suatu ketika di tahun 1998 dia bermimpi digandeng seseorang keliling kabah.
“Saya terbangun saat itu. Langsung berdoa kepada Gusti Pangeran Yang Maha Agung untuk bisa menunaikan ibadah haji,” ujar Mbah Tono.
Baca juga: Pemkab Ponorogo Dapat WTP 12 Kali Berturut-turut, Bupati Kang Giri: Ini Kewajiban
Tidak sekedar berdoa, Mbah Tono juga mulai mewujudkan impiannya itu. Dia mulai menabung setiap hari dengan berbagai nominal.
“Kadang Rp 3 ribu rupiah per hari. Kadang Rp 5 ribu. Paling banyak pernah menabung Rp 15 ribu,” papar Mbah Tono saat ditemui di rumahnya.
Saat 1998, Mbah Tono menyebutkan bahwa dirinya tidak sekedar sebagai pemulung. Semua pekerjaan dia lakoni. Seperti tukang sapu, tukang bangunan dan lain-lain.
“Selain untuk haji juga membiayai anak sekolah. Walaupun saya tidak lulus SD. Anak saya harus bisa lulus kuliah,” kisahnya.
Baca juga: Mbah Jumar Bos Toko Emas Nikahi Mahasiswi 19 Tahun, Keluarga Ungkap Masa Lalu: Setelah Kesendirian
Mbah Tono menjelaskan bahwa ketika tabungannya di rumah cukup, dia membuka rekening haji. Pria yang mempunyai 4 orang cucu ini membuka rekening haji tahun 2011.
“Ketika membuka rekening haji itu saya tidak berhenti. Saya terus kerja apapun. Termasuk tetap mulung kesana kemari,” tambah Mbah Tono.
Hingga, kata dia, tahun 2024 ini terpanggil untuk bisa menunaikan ibadah haji.
“Maturnuwun Gusti Pangeran (Terimakasih Allah SWT),” pungkas Mbah Tono.
Ada pula mbah-mbah lain yang kehidupannya cukup keras.
Pilunya nasib Mbah Surani (77) yang terpaksa tinggal dan tidur di becak setiap harinya.
Bukan tanpa alasan Mbah Surani memilih tinggal di jalanan, ia takut bertemu menantunya yang cerewet.
Di usianya yang sudah senja, Mbah Surani punterpaksa tidur dan tinggal di becak.
Kepiluan yang dirasakan Mbah Surani baru terkuak setelah kisahnya diungkap Heri Prasetyo selaku pegawai Dinas Perhubungan PIP Semarang.
Melalui unggahan di akun TikTok @mashericahwelerireal, Heri membagikan momen saat tak sengaja bertemu Mbah Surani.
Berbincang singkat, Heri terkejut saat mengetahui asal usul Mbah Surani yang ternyata dekat dengan tempat tinggalnya.
Mbah Surani mengaku dirinya berasal dari wilayah Sukorejo, Sapen.
"Di Semarang tinggal di mana? Tidur di becak ini sudah berapa tahun?" tanya Heri, mengutip TribunnewsBogor.com.
"Sudah lama," jawab Mbah Surani.
Berlokasi di dekat Tugu Muda Semarang, Jawa Tengah, Mbah Surani sehari-hari menetap di becak yang ia parkir di pinggir jalan.
Disinggung kenapa tak pulang ke rumah, Mbah Surani bercerita singkat.
Bahwa ia takut pulang ke rumah karena cemas nanti dimarahi sang menantu.
Diakui Mbah Surani, ia tidak betah tinggal di rumah karena sering dimarahi menantu.
"Kalau saya pulang ke rumah, menantu saya begini (cerewet)," ungkap Mbah Surani.
Baca juga: Tinggal di Gubuk Reyot, Mbah Hotipah & Putriya Tak Tersentuh Bansos, Takut Rumahnya Roboh: Tabah
Saking tak beraninya pulang ke rumah, Mbah Surani bercerita bahwa sang anak saja tidak berani dengan istrinya.
Daripada terus menerus ribut, Mbah Surani pilih mengalah dan rela tinggal di becak kumuh yang ia miliki.
"Anak saya sudah memisahkan, tapi menantu saya mengomel terus, saya enggak betah," tambah Mbah Surani.
Alhasil Mbah Surani pun sehari-hari hidup di becak yang terparkir di pinggir jalan.
Ketika siang hari, Mbah Surani membersihkan becaknya guna mencari nafkah.
Dan ketika malam, becak tersebut beralih fungsi menjadi tempat tidur.
Di dalam becak tersebut ada selimut lusuh yang dipakai Mbah Surani untuk menghangatkan tubuhnya yang dingin.
Melihat kondisi Mbah Surani yang memprihatinkan, Heri pun menahan tangis.
"Kita melihat kondisinya sangat memprihatinkan."
"Kasihan sudah tua, tapi apa boleh buat, semua demi mencari nafkah, siapa yang mau seperti ini," kata Heri.
Kepada netizen, Heri pun memuat pengumuman khusus.
Yakni agar keluarga Mbah Surani bisa membawa pulang lagi kakek tua renta tersebut ke rumah.
Atau jika keluarga tak berkenan, Heri meminta agar netizen yang lewat di jalanan Tugu Muda, Semarang, untuk memberikan bantuan kepada Mbah Surani.
"Barangkali ada saudara dan tetangganya yang melihat video ini bisa dibantu sampaikan ke anak-anaknya atau keluarga dan jika berkenan pas lewat dari tugu mudah arah ke jakarta monggo bisa berbagi sedikit rejeki beliau kalau malam tidur di di becak lokasi tepatnya di sebelah toko sepatu bata sebelum swalayan ADA bulu," tulis Heri.
Nasib miris yang dialami Mbah Surani tampaknya membuat Heri terkenang.
Dalam kunjungan pertamanya, Heri memberikan makanan, minuman, serta uang untuk Mbah Surani.
Lalu di pertemuan keduanya, mata Heri kembali berkaca-kaca saat melihat kondisi Mbah Surani.
Masih tinggal di becak, Mbah Surani terlihat kumal dan kotor.
Sambil meringkuk kedinginan, Mbah Surani tak beranjak dari becaknya padahal malam itu sedang turun hujan deras.
"Begini kondisinya, hujan, beliau tidur di becak," kata Heri.
Baca juga: Miris Mbah Hadimi Jalan Kaki 13 Km Tanpa Alas Kaki Demi Ambil Bansos, Mengeluh Lokasi Kejauhan
Mengetahui hal itu, Heri pun mengajak Mbah Surani pun pindah tempat tidur dan tinggal di panti.
Namun sayang, tawaran Heri tersebut ditolak mentah-mentah oleh Mbah Surani.
"Hujan, simbah tidur di becak, kami tawarkan pulang atau tinggal di panti tidak mau," ujar Heri.
Atas nasib malang yang menimpa Mbah Surani, banyak netizen memberikan simpati.
Kasihan dan miris, netizen pun penasaran dengan sosok menantu yang membuat Mbah Surani takut pulang ke rumah.
"Anaknya Mbah Surani gak bisa mendidik istrinya,jadi orang tua diterlantarkan seperti ini,anak durhaka yang melantarkan orang tua"
"Mantu nya durhaka kelak nti karma pasti ada buat menantu durhaka itu"
"Mantu kurang ajar karma berlaku ya"
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com