Saat itu dia mendaftar program Dokter Inpres.
Fransiskus Xaverius Soedanto muda mendapat penempatan di Asmat, Irian Jaya, atau sekarang dikenalĀ Papua.
"Begitu SK Gubernur keluar 1975, saya ke Asmat dan jadi dokter di rumah sakit peninggalan Belanda," tutur pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, tersebut, melansir Tribun Timur.
Terhitung selama enam tahun Fransiskus Xaverius Soedanto melayani masyarakat di Asmat.
Berjalan kaki masuk-keluar hutan dan rawa, Fransiskus Xaverius Soedanto mengecek kesehatan masyarakat dari satu kampung ke kampung lainnya.
Bahkan saat menembus luasnya hutan Asmat untuk menjangkau para pasien, Fransiskus Xaverius Soedanto hanya mengkonsumsi makanan seadanya.
"Saya hanya makan sagu dan ikan, sebab tidak ada sayur di sana, karena daerahnya rawa," ujarnya.
"Tapi, selama di Asmat, saya tidak sendiri. Saya ditemani beberapa tenaga medis masyarakat asli di sana," kata Soedanto kepada Tribun Papua di Jayapura, Papua, Jumat (21/1/2022).
Soedanto menceritakan, masyarakat Asmat hidup dengan nilai budaya yang kental.
Bahkan mereka masih memakai pakaian berbahan dasar rumput.
"Selama melayani, banyak masyarakat tak mampu. Mereka hanya membayar dengan sagu, ataupun kayu bakar dari hutan," katanya.
Setelah mengabdi di Asmat, Fransiskus Xaverius Soedanto pindah ke Jayapura pada tahun 1982.
Rumah Sakit Jiwa Abepura menjadi tempatnya melayani pasien hingga pensiun pada tahun 2013.
Namun ketulusannya dalam melayani pengobatan masyarakat tidak pernah padam.
Alhasil, Apotek Rahmat di Jalan Ayapo No 11, Abepura, Kota Jayapura, menjadi tempat baginya untuk terus memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Kota Jayapura.