Berita Viral

Dulu Sopir Bergaji Kecil, Eko Jadi Miliader Muda karena Jualan Kebab, Tahun 2023 Raup Rp 119 Miliar

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dulu Sopir Bergaji Kecil, Eko Jadi Miliader Muda karena Jualan Kebab, Tahun 2023 Raup Rp 119 Miliar

TRIBUNJATIM.COM - Sosok mantan sopir bernama Eko Pujianto kini menjadi inspirasi banyak orang.

Kisah suksesnya di usia muda membuat publik kagum.

Padahal dulu ia hanya sopir bergaji kecil di Jakarta.

Eko Pujianto pun masuk 30 daftar anak muda terkaya di usia di bawah 30 tahun.

Eko Pujianto merupakan CEO Kebab Turki Baba Rafi.

Sosoknya terdaftar sebagai deretan CEO termuda di Indonesia.

Nama Eko Pujianto kini banyak menjadi inspirasi bagi pebisnis muda di Indonesia yang ingin merintis Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM.

Dilansir dari Forbes via TribunNewsmaker.com, Eko Pujianto berhasil meraup pundi-pundi rupiah sebanyak Rp119 miliar pada tahun 2023.

Tak disangka olehnya, perjuangannya selama ini membuahkan hasil manis di usia muda.

Baca juga: Kisah Sukses Mie Ayam Cak Hank Gresik, Berawal dari Satpam Merawat Adik, Kini Omzetnya Ratusan Juta

Berkat ketekunannya dalam berbisnis kebab, Eko Pujianto sukses mendulang banyak pundi-pundi rupiah.

Tak banyak yang tahu ternyata, Eko Pujianto dulunya merupakan seorang sopir dengan penghasilan kecil.

 Namun, dirinya kini sukses menjadi CEO termuda di Indonesia dengan bisnisnya Kebab Turki Baba Rafi.

Kebab Turki Baba Rafi bermula dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) gerobakan dan kini bisa berkembang menjadi salah satu jaringan waralaba kebab terbesar di dunia.

Eko Pujianto yang saat ini menjabat sebagai CEO Kebab Turki Baba Rafi/PT Sari Kreasi Boga Tbk ini mengaku bahwa sebelumnya dirinya tidak menekuni dunia bisnis sejak awal.

"Saat merantau ke Jakarta saya bekerja sebagai sopir. Tapi di sisi lain saat itu saya juga ngikutin salah satu orang yang punya bisnis bagus." terang Eko seperti dikutip dari laman UNS

"Hal ini kemudian membuat saya belajar juga tentang financial," sambungnya.

Baca juga: Kisah Sukses Peternak Ayam Milenial di Ponorogo, Belajar Otodidak, Kini Hasilkan 300 Kg Telur Sehari

Berkat usahanya, Kebab Turki Baba Rafi menjadi salah satu UMKM yang menembus pasar global.

Eko bersyukur Kebab Turki Baba Rafi dapat terus bertumbuh dan mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Tak hanya itu, PT Sari Kreasi Boga Tbk yang menaungi Kebab Baba Rafi juga sudah IPO atau tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten RAFI.

"Saat ini, Kebab Turki Baba Rafi sudah memiliki 1.300 cabang di 10 negara dalam waktu 13 tahun," ungkap Eko.

Setelah berhasil IPO, Eko merasa luar biasa bangga. Karena end level dari sebuah perusahaan adalah yang terbuka.

Dengan adanya IPO, tim dan manajemen perusahaan diharapkan semakin terkelola dengan baik, rapi, juga profesional.

Dengan begitu dapat menciptakan kepercayaan di masyarakat.

Selain itu dengan IPO juga mendapatkan akses pemodalan.

Eko menyampaikan, setelah IPO secara perusahaan dan brand bisa lebih percaya diri, lebih dikenal.

Serta tak ketinggalan, dapat memicu pelaku UMKM lain untuk turut melantai pula di pasar modal Indonesia.

"Yang perlu diingat untuk IPO tak perlu menunggu bisnis besar terlebih dahulu. Tapi jadilah besar dengan IPO," imbuhnya.

Dia menambahkan, ketika ingin memulai bisnis di Food and Beverages (F&B), akan menghadapi dengan kerigidan dan kerumitan yang luar biasa tapi ini terpola.

"Maka harus kita kontrol betul dan jangan sampai lengah. Misalnya saja memastikan apakah stok yang ada sinkron dengan penjualan, karena dalam bisnis ini uang tak hanya dalam bentuk fisik saja," tutur Eko.

Efisiensi saat memasak, ketersediaan stok juga termasuk uang.

Maka pahami betul sistem bisnis Food and Beverage adalah hal yang penting.

Selain itu, perlu dipastikan produk yang dijual enak dan disukai konsumen.

"Setelah itu kita perhatikan branding dan promotion untuk memperkuat produk F&B kita," terang Eko.

Baca juga: Kisah Sukses Joko Pengusaha Furniture, Berawal Modifikasi Rak Bunga Kini Punya Omzet Sebulan 13 Juta

Eko mengungkapkan, selama mengembangkan bisnis Kebab Turki Baba Rafi juga menghadapi kendala.

Namun Eko menganggap kendala tersebut justru yang menandakan bisnisnya berkembang.

Kuncinya adalah kita harus per sistem dan tahan banting terhadap kendala itu.

Terkadang kendala terbesar hadirnya dalam diri kita.

Terkadang justru diri sendiri yang tak mau belajar atau tidak mau naik kelas untuk mencari solusi saat menghadapi kendala tersebut.

"Di sisi lain cara kami bisa existing sampai saat ini kuncinya ada pada inovatif, atraktif, dan adaptif," tandas Eko.

Baca juga: Dulu Sopir Angkot hingga Jual Ikan Asin, Pria Jadi Orang Terkaya di Dunia ke-24, Hartanya Rp 1000 T

Untuk inovasi, lanjut Eko, bisa dengan inovasi produk atau inovasi model.

Kemudian atraktif dan harus mampu membuat orang lain terarik terhadap produk yang telah dibuat.

Terakhir adaptif yang dilakukan harus sesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan market.

"Strategi untuk menggaet pasar baru dengan menganalisa kebutuhan target market kita apa." ujarnya.

"Kemudian kita coba penuhi kebutuhan mereka," tutup Eko.

Kisah Sopir Angkot Jadi Orang Terkaya

Prajogo Pangestu kini menjadi pengusaha sukses, pemilik Grup Barito Pacific, melansir dari TribunnewsMaker.

Perusahaannya bergerak di bidang industri petrokimia dan energi.

Tak tanggung-tanggung, hartanya mencapai lebih dari Rp 1.000 triliun.

Berdasarkan laporan Forbes per 17 Mei 2024, Prajogo memiliki kekayaan bersih US$ 66,5 miliar atau Rp1.064 triliun.

Pria berusia 79 tahun itu naik drastis di tahun 2024 ini.

Naiknya bahkan mencapai 1.154 persen dibanding tahun 2023 lalu.

 

Dilansir dari berbagai sumber, Prajogo Pangestu dibesarkan oleh orang tuanya yang berprofesi sebagai pedagang karet di Kalimantan.

Karena perekonomian keluarga yang pas-pasan, Prajogo hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama.

Saat itu, Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak.

Sebagai sampingan, ia juga membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.

Di sela-sela pekerjaan, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray.

Pada 1969, Prajogo kemudian bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.

Kala itu, Prajogo berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun bekerja.

Dalam setahun, ia naik jabatan lagi menjadi GM Djajati Group.

Setelah itu, Prajogo memutuskan untuk esign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial.

Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.

Kini perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT Barito Pacific.

Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat dan menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.

Prajogo terus mengembangkan bisnisnya.

Ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Baca juga: Kisah Sukses Wanita di Kota Blitar Olah Pepaya Jadi Keripik, Raup Omzet Rp10 Juta: Kirim ke Hongkong

Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70 dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI.

Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.

Di tahun 2023, Prajogo membawa dua perusahaannya, Cuan dan Bren di bursa RI.

Kisah Prajogo Pangestu menginspirasi banyak orang.

Kegigihan dan semangatnya meraih kesuksesan begitu menginspirasi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini