Untuk diketahui, tubuh normal hanya memiliki kadar alkohol kurang dari 2 mmol/L.
Padahal, perempuan itu mengaku tidak mengonsumsi alkohol paling tidak sejak lima tahun lalu.
Dia juga menjalani pemeriksaan bersama psikiater untuk mendapatkan perawatan terkait kecanduan.
Hasilnya, dia terbukti tidak mengalami gangguan penggunaan alkohol dan dinyatakan sehat secara mental.
"Kami setuju dengan diagnosis Auto-Brewery Syndrome, berdasarkan gejala keracunan berulang dengan peningkatan kadar etanol dan pelaporan diri tentang tidak mengonsumsi alkohol," tulis para peneliti dalam jurnal tersebut.
Perempuan Kanada tersebut lalu menjalani diet rendah karbohidrat, mengonsumsi obat antijamur flukonazol dan probiotik, serta mengikuti esophagogastroduodenoskopi dan kolonoskopi.
Dia juga diberi asupan glukosa oral.
Hasilnya, gangguan yang dirasakan perempuan tersebut baru hilang.
Tubuhnya juga terdeteksi tidak memiliki kadar alkohol yang tinggi.
Baca juga: Pantas Ditusuk Malah Pisaunya Patah Jadi 2, Sosok Mak Titin Ternyata Sakti, Lawan Remaja Mabuk: Heh
Auto-Brewery Syndrome
Meski tidak minum alkohol, perempuan Kanada tersebut menderita Auto-Brewery Syndrome sehingga tubuhnya mampu memproduksi alkohol secara otomatis.
Diberitakan CNN, Senin (3/6/2024), Auto-Brewery Syndrome juga dikenal sebagai sindrom fermentasi usus.
Sindrom tersebut merupakan kondisi sangat langka yang terjadi ketika bakteri dan jamur di saluran pencernaan mengubah karbohidrat dalam makanan sehari-hari menjadi etanol.
Para ilmuwan meyakini, sindrom terjadi ketika bakteri dan jamur tertentu memenuhi usus kecil secara berlebihan.
Kondisi ini kebanyakan diakibatkan pertumbuhan dua spesies jamur Saccharomyces dan Candida.
Candida hidup di tubuh, mulut, saluran pencernaan, dan vagina, serta sering kali mengambil alih ketika banyak bakteri menguntungkan mati akibat antibiotik.