TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah suami sakit stroke rawat istri terpasung dan hidupi enam anak.
Seorang imam Katolik yang berkarya pada pelayanan karitatif bagi pemulihan orang sakit jiwa serta edukasi, advokasi dan pendampingan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Aventinus Saur SVD menunjukkan keluarga tersebut.
Kepala keluarga tersebut bernama Nikolaus Nepon atau Mbah Nepon.
Pria 64 tahun itu berasal dari Kampung Orong, Desa Orong, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Ia harus berjuang keras mengurus keluarganya.
Melansir dari Kompas.com, penderita stroke ini harus merawat istrinya yang mengalami gangguan jiwa dan dipasung di kamar keluarga.
Nepon baru pulang dari perawatan sakitnya di RSUD Ben Mboi Ruteng.
Selain merawat istrinya yang dipasung, ia juga merawat 6 anaknya yang tinggal dalam satu rumah.
Bahkan, beberapa anaknya pun diduga menderita gangguan jiwa.
Nepon menceritakan kegetiran dan perjuangannya. Apalagi, dia pun harus berpikir bagaimana membiayai pendidikan dua anaknya yang masuk SMA tahun ini dan adiknya masuk SMP.
“Saya tidak bisa bekerja lagi apalagi sedang sakit stroke. Saya pulang perawatan dari Rumah Sakit Umum Daerah Ben Mboi Ruteng."
"Saya seorang petani yang tidak memiliki penghasilan tetap. Saya tidak bisa bekerja lagi untuk menghasilkan uang," ujarnya pada Jumat malam.
Baca juga: Nasib Bocah 10 Tahun Viral Rawat Adik Kecilnya saat Ujian di Sekolah, Ibunya Disebut Sibuk Bekerja
Nepon menambahkan, selama ini mereka mengandalkan tetangga yang memberikan beras.
Kebetulan, tetangga tersebut merupakan anak kakak kandung Nepon.
Ia pun masih bisa sedikit bernapas lega karena keponakannya sangat perhatian. Sang keponakan yang merawat istrinya dan sesekali masak untuk makan pagi, siang dan malam.
Kenyataan yang dihadapi membuat Nepon hanya bisa pasrah walaupun mendapat bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH).
"Untuk biaya hidup tidak cukup. Tapi untuk berobat ada BPJS sehingga bisa biaya perawatan selama dirawat di RSUD Ben Mboi Ruteng," ungkapnya.
“Belaskasihan tetangga sangat membantu kehidupan keluarga kami selama ini,” ceritanya.
Baca juga: Nasib Agus Murid SD Dikira Nakal karena Sering Telat, Ternyata Rawat Ibu Lumpuh dan Jualan Mainan
KCM, anak bungsu Nepon menceritakan, saat ayahnya sakit stroke dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ben Mboi Ruteng, ia yang menjaga mamanya.
“Biasanya sebelum saya pergi sekolah dan pulang sekolah, saya bantu ayah untuk masak dan merawat mama. Saya juga dibantu oleh kakak saya."
"Saya baru tamat sekolah dasar dan kakak saya tamat SMP. Saya mau daftar di SMP dan kakak saya mau daftar di SMA."
"Tapi, ayah dan mama kami sakit sehingga kami tidak memiliki biaya untuk bayar uang sekolah nanti,” ceritanya.
Sebagaimana dilihat langsung Kompas.com, kondisi rumah dan bagian dapur tampak kotor karena tidak ada yang membersihkan. Semuanya sedang sakit.
Sementara itu Aventinus Saur SVD mengaku rela menempuh perjalanan sejauh ratusan kilometer demi mengunjungi pasien sakit jiwa.
Sebagai imam Katolik, momen ini termasuk kunjungan pastoral.
Apalagi, ia pun berstatus ketua relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa NTT.
Sosok yang biasa disapa Pater Avent ini tinggal di Kabupaten Ende.
Jadi, dia harus menempuh jarak sekitar 500 km serta melintasi 6 Kabupaten di Pulau Flores, NTT, untuk sampai di tempat tujuan tersebut.
“Saya melakukan kunjungan pastoral kesehatan jiwa di Pulau Flores. Saya menjumpai pasien sakit jiwa yang tak terurus dengan baik."
"Saya harus melihat dari dekat warga yang sakit jiwa yang terpasung di gubuk reyot dan juga dipasung di dalam rumah keluarga mereka."
"Saya berharap mereka pulih dengan konsumsi obat secara rutin,” ungkapnya.
Baca juga: Tangis Adit Bocah Berusia 13 Tahun Sendirian Rawat Orang Tua Stroke, Atap Bolong & Kasur di Lantai
Sebelumnya juga viral kisah Agus murid SD rawat ibu lumpuh menjadi viral di media sosial.
Diketahui bahwa Agus dikira nakal karena sering terlambat masuk sekolah dan sering alpa.
Padahal Agus harus merawat ibunya sekaligus mencari nafkah.
Setiap pulang sekolah Agus keliling jualan mainan menggunakan gerobak kecil.
Setelah berjualan, di rumah Agus juga mengurus ibu.
Agus mengurus ibunya yang lumpuh permanen akibat luka bakar.
Ia yang memasak, menyediakan makan dan memandikan ibunya.
Baca juga: Tangis Umi Kalsum Rawat Anak Lumpuh dan Anak Angkat di Gubuk Reyot, Penghasilan Seminggu Rp 50 Ribu
Agus hanya tinggal bersama ibu dan adiknya yang masih balita.
Sedangkan ayahnya diketahui pergi merantau dan jarang pulang.
Karena hal itu, ada beban berat dalam kehidupan Agus yang mau tidak mau harus dia tanggung meski usianya baru 10 tahun.
Di sisi lain, ayahnya juga merantau bekerja karena juga harus berjuang melunasi utang biaya pengobatan ibunya yang lumpuh dan luka bakar.
Diketahui penyebab ibunya itu lumpuh dan mengalami luka bakar karena menjadi korban kebakaran.
Pasca kebakaran, ayahnya terpaksa harus berutang sangat besar untuk membawa ibunya berobat.
Kini, pengobatan ibu Agus terhenti dan menjadi seperti saat ini.
Hal yang lebih memilukannya lagi, Agus tak henti menangis ketika teringat adiknya.
Ternyata Agus mempunyai pengalaman buruk ketika adiknya sakit demam tinggi.
Kala itu ia tak bisa bawa berobat adiknya hingga akhirnya meninggal dunia.
Sebagai seorang kakak, perasaannya pun hancur merasa tidak bisa menyelamatkan adiknya hingga meninggal dunia.
Hal yang lebih miris lagi, dengan segala kondisi ekonominya ternyata Agus selama ini juga jadi korban bully.
Agus sering di katakan miskin oleh teman-temannya karena tidak punya sepeda dan masih kecil harus jualan.
Meski begitu, bullyan teman-temannya itu tak membuat Agus patah arang.
Hingga kini, Agus tetap berjuang merawat ibunya yang lumpuh dan luka bakar tersebut.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com