Dari produk tembakau yang sama bisa menghasilkan aroma yang berbeda.
Karena rasanya yang tidak konsisten ini, tembakau Tulungagung kurang diminati pabrik rokok besar dan lebih diminati pabrik menengah.
Yasin menerangkan, tembakau mempunyai fungsi dalam rokok sebagai filler, semi flavour dan full flavour.
Dengan rasa gado-gado tembakau Tulungagung belum memungkinkan menjadi full flavour.
“Tembakau dari Madura atau Temanggung mahal karena fungsinya sudah full flavour. Sudah menjadi rasa utama rokok,” katanya.
Untuk menjadi full flavour butuh rasa yang konsisten dari satu varietas tembakau yang sama.
Selain itu perusahaan rokok juga perlu memastikan kontinuitas dan ketersediaan produk.
Sementara Wakil Ketua DPD APTI Jatim, Muhardiono, harga tembakau sangat tergantung kebutuhan pabrik rokok.
Karena itu kebijakan pemerintah yang menaikkan cukai tembakau turut mempengaruhi harga.
Jika harga rokok semakin mahal, maka permintaan rokok bisa turun, sehingga penyerapan tembakau petani juga turun.
“Semakin rokok tidak laku, maka kebutuhan tembakau juga akan semakin berkurang,” jelasnya.
Saat ini Jawa Timur memproduksi sekitar 56 persen produk tembakau nasional.
Setiap tahun luas lahan tembakau di atas 100.000 hektar.