Asep mengaku bahwa dirinya berjualan dari pagi, baru dua celana yang laku.
Tak hanya itu, Asep juga mengeluh bahwa dirinya terpaksa masih berjualan dalam keadaan sakit kaki.
Selain itu Asep juga mengaku, istrinya sedang sakit diabetes.
Sembari menangis menitikkan air mata, Asep juga mengungkap curhatan pilunya.
Ia berjuang mencari nafkah hingga dagangannya laku demi membayar biaya sekolah anaknya yang menunggak.
Asep menceritakan, anaknya baru lulus SMP.
Namun dirinya kebingungan mencari uang untuk membayar biaya tunggakan sekolah anaknya tersebut.
Alhasil ijazah anaknya itu pun belum bisa diambil.
Asep mengatakan bahwa dagangan yang dijualnya tersebut milik orang lain.
Ia hanya membantu menjualkan celana tersebut dengan keuntungan Rp10 ribu per satu celana yang laku.
Sehari-hari Asep berkeliling menawarkan celana, namun kali ini baru laku dua celana.
Asep pun baru mendapat untung Rp20 ribu.
Sehari-hari Asep hanya bisa mengandalkan penghasilannya dari berjualan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk membeli beras pun Asep dan keluarganya cukup kesulitan.
Bahkan Asep mengaku sering tidak memiliki beras dan tidak makan.