Hanya saja, terkadang ia mendadak pikun dan cukup merepotkan Purnomo Putro, yang selama ini menampungnya.
Purnomo menceritakan, ia menampung nenek Rupiah setelah dihubungi warga lantaran ada lansia dari Pulau Jawa yang telantar di Nunukan.
Ia pun mempersilakan untuk dibawa ke rumahnya, dan ditampung sementara, sembari menunggu tindak lanjut laporannya ke Dinas Sosial Nunukan.
Baca juga: Alasan 46 Orang Tinggali 1 Rumah Lapuk di Cimahi, Kamar Mandi Hanya 1, Mbah Sri: Sejak Dulu di Sini
"Waktu dibawa ke rumah, nenek Rupiah tidak bisa jalan karena habis jatuh. Jalannya ngesot. Saya panggilkan tukang urut, dua kali diurut, Alhamdulillah, sudah bisa jalan," ujar Purnomo.
Saking senangnya kakinya sembuh, nenek Rupiah bisa berjalan bolak balik keluar masuk rumah, puluhan kali.
"Kalau pas datang pikunnya, anak-anak saya yang masih kecil sering dibentak. Dia kasih tahu anak-anak jangan main ini itu, kalau gak nurut dia pukul sapu atau benda tumpul lain. Namanya orang tua, kami maklum dan sabar," katanya.
Selain itu, tak jarang nenek Rupiah buang air sembarangan, dan air seninya tercecer di beberapa ruangan dalam rumah.
Kotorannya di closet juga tidak dibersihkan.
Keadaan tersebut menjadi keluhan tersendiri.
Apalagi keluarga Purnomo membuka usaha menjahit.
Baca juga: Mbah Engkos si Penjual Tahu Nangis Kehilangan Rp 3 Juta, Tak Sadar Nurut Disuruh Penipu Cabut Rumput
Saat pesanan banyak dan badan lelah, mereka masih harus membersihkan kotoran nenek Rupiah, di samping mengurus empat anak mereka.
"Saya sering nanya juga ke Dinsos. Kenapa tidak dilakukan tindakan. Kami memang menampung dan membantu nenek Rupiah sebagai tanggung jawab saya karena sesama warga Jawa. Tapi kan pemerintah seharusnya melihat ini masalah serius. Saya harap ada tindakan dari Dinsos," katanya lagi.
Purnomo menegaskan, Pakuwaja sebagai komunitas warga Jawa di Nunukan, sering membantu orang-orang telantar yang berasal dari Jawa.
Terakhir, 2023 lalu, ada sekitar 16 orang telantar dipulangkan.
Baca juga: Mbah Sri Lemas usai Diajak Ngobrol Petugas DLH, Kaget Buka Lemari, Padahal Sudah Nabung Sejak 1980
"Ada satu keluarga anaknya stunting sampai lumpuh. Kita di komunitas tidak ada kas, dan tiket Pelni harganya Rp 800.000 per orang. Saya minta mereka bekerja di warung, dan yang laki-laki di besi bekas. Mereka kerja dua bulan, dan setelah terkumpul cukup uang tiket Pelni, mereka akhirnya bisa pulang," paparnya.