Berita Tulungagung

Cabai Rawit di Harga Normal, Petani di Tulungagung Kantongi Untung Rp 1.500.000 per Hari

Penulis: David Yohanes
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani cabai di Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Zaki Abdul Azis saat memeriksa kondisi cabai keriting miliknya yang siap panen, Rabu (7/8/2024).

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Harga cabai keriting di pasaran wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, saat ini mencapai Rp 30.000 per kilogram.

Harga ini masih di bawah harga tertinggi di Februari 2024 yang mencapai Rp 70.000 per kilogram.

Cabai keriting jadi salah satu jenis cabai yang harganya lebih stabil, dibanding harga cabai rawit.

“Kalau saat ini harga di pasar memang lebih tinggi dari cabai rawit. Tapi cabai keriting punya pasar tersendiri, karena fungsinya sebagai aroma dan pewarna pada makanan,” ujar Zaki Abdul Azis (27), petani cabai di Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Rabu (7/8/2024).

Luas tanaman cabai keriting milik salah satu petani milenial ini sekitar 300 Ru di area persawahan desa setempat.

Cabai jenis ini mulai panen pada usia 3 bulan dan bisa dipanen hingga usia 6 bulan.

Harga Rp 30.000 per kilogram masih tergolong harga normal cabai keriting di Tulungagung.

“Di tingkat petani antara Rp 27.000 sampai Rp 30.000. Ini masih harga standar kita,” sambung Zaki.

Saat ini dalam satu hari Zaki bisa menghasilkan sekitar 100 kg cabai keriting per 2 hari.

Baca juga: Harga Cabai Rawit di Pasaran Melejit, Petani di Ponorogo Semringah Saat Panen

Dengan harga saat ini, ia masih bisa mengantongi Rp 3.000.000 per dua hari, atau Rp 1.500.000 per hari.

Meski dipotong biaya panen, pemupukan serta pemeliharaan, angka ini masih memberikan keuntungan.

“Kita rugi kalau harganya di bawah Rp 10.000. Biasanya dibiarkan saja, karena kalaupun dipanen rugi di ongkos,” ungkapnya.

Saat harga meroket di bulan Februari 2024, Zaki merasakan untung besar.

Kala itu di tingkat petani harga di kisaran Rp 65.000-Rp 70.000 per kilogram.

Selama 2 bulan panen penuh, Zaki mendapatkan Rp 170 juta.

Untuk memastikan keuntungan dari menanam cabai keriting, Zaki mengaku sudah bisa memprediksi siklusnya.

Harga cabai keriting akan turun saat bulan Suro dalam penanggalan Jawa.

Alasannya di bulan ini hampir tidak ada hajatan yang digelar di tengah masyarakat.

“Karena tidak ada acara di tengah masyarakat, permintaan cabai keriting juga turun. Yang masak-masak kan tidak ada,” tutur Zaki.

Selain itu, harga cabai juga anjlok saat hari pertama sampai ke-4 Lebaran.

Selain karena tidak ada masyarakat yang ke pasar, juga tidak ada pedagang yang mengirim ke Jakarta.

Harga akan kembali naik di bulan Safar dan mencapai puncaknya mendekati Idul Fitri serta Idul Adha.

“Kalau saya biasanya setelah panen langsung dikemas 5 kg, dikirim ke Pasar Ngemplak. Jadi tidak ikut harga di gudang (pengepul),” pungkas Zaki.

Berita Terkini