Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - ATS (20) warga Sememi, Benowo, Surabaya, yang tewas setelah koma empat hari di rumah sakit (RS) usai menabrak tiang listrik karena panik dikejar-kejar gerombolan gangster bermotor, ternyata sempat dikeroyok hingga menderita luka parah di kepala.
Hal tersebut diungkap oleh paman korban, Ashari (44) yang memperoleh kesaksian atas kejadian tersebut dari teman keponakannya berinisial DD, yang mengalami patah tulang tangan kiri.
Ceritanya, pada Minggu (11/8/2024) dini hari, korban ATS bersama tiga orang temannya baru saja pulang dari nongkrong di warung kopi (warkop) kawasan Kelurahan Lidah Kulon, Lakarsantri, Surabaya.
Korban ATS berboncengan Yamaha Mio J dengan seorang temannya berinisial DD.
Sedangkan dua orang teman lainnya, berinisial DN dan RD berboncengan dengan motor lain.
Saat melintasi kawasan Jalan Telaga Utama Road, Sambikerep, Surabaya, atau jalanan sekitar monumen bola beton raksasa warna warni, korban ATS Cs, entah apa pemicunya, mendadak dikejar oleh gerombolan remaja bermotor.
"Info temannya yang selamat. Katanya, hanya mengetahui, waktu itu dikejar sebelum lokasi kejadian di lokasi pasar itu, ada patung bola-bola, di situ mereka (korban) sudah mendapatkan ancaman kejaran gitu. Nah di situ kami enggak tahu motifnya apa," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di kediamannya, Benowo, Surabaya, Sabtu (17/8/2024).
Diperkirakan jumlah gerombolan remaja itu, sekitar sembilan orang yang berboncengan tiga motor, per motor ditumpangi tiga orang.
Ashari menduga gerombolan tersebut kelompok gangster yang meresahkan warga Kota Surabaya saat malam hari.
Mungkin karena panik atas situasi tersebut, korban ATS yang membonceng DD mulai menggeber kencang laju motornya untuk kabur menyelamatkan diri.
Begitu juga dengan temannya DN yang membonceng RD.
Namun, keduanya lebih dulu berhasil kabur menyelamatkan diri, dan terlepas dari intaian para gerombolan tersebut.
Baca juga: Tendang Pelajar hingga Tabrak Tiang Listrik dan Meninggal, Pemuda di Kediri Ketakutan Langsung Kabur
Sehingga, tinggal korban ATS dan DD yang menjadi sasaran utama pengejaran gerombolan remaja tersebut.
Menurut Ashari, di tengah pengejaran tersebut, para gerombolan gangster sempat melakukan aksi pemukulan.
Kemelut di tengah pengejaran tersebut, malah membuat motor dikemudikan korban ATS membonceng DD kehilangan keseimbangan, hingga menabrak tiang di kawasan Jalan Ruko Taman Puspa Raya, Made, Sambikerep, Surabaya.
Berdasarkan penelusuran TribunJatim.com melalui aplikasi penunjuk lokasi, jarak lokasi awal korban pertama kali berpapasan dengan gerombolan gangster tersebut hingga terjatuh di lokasi kedua, sekitar 900 meter atau dengan jarak tempuh motor sekitar tiga menit.
Akibatnya, korban ATS mengalami luka parah pada tubuh bagian atas terutama kepala.
Sedangkan, temannya DD, mengalami luka patah tulang tangan kiri.
"Katanya kendaraan ATS itu, ditendang sampai ATS hilang kendali. Di situ kena tendang dari pelaku, hilang kendali, sehingga menabrak tiang. Nah di situ, banyak luka lebam dari wajah ATS. Itu mulai mata, mulut, pipi, pelipis," terangnya.
Menurut Ashari, saat korban ATS dan DD terjatuh, para gerombolan gangster tersebut sempat melakukan pengeroyokan terhadap mereka.
"Infonya begitu (jatuh langsung dikeroyok). Jumlahnya kurang lebih 9 orang. Naik motor 3, berboncengan 3-3. Jenis motornya saya enggak tahu, biar polisi yang jelaskan," ungkapnya.
Bahkan, para pelaku juga sempat merampas ponsel milik DD.
Namun, tidak dengan barang korban ATS.
Karena ponsel, dompet dan motor sang keponakan korban, masih utuh.
"Informasinya DD, setelah jatuh, mereka habis bertindak melakukan pemukulan, itu ada perampasan HP-nya DD," jelas kakek satu cucu itu.
Setelah kejadian tersebut, korban ATS pertama kali mendapatkan penanganan medis di RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya, setelah diantar saksi warga sekitar; sekuriti perumahan kawasan tersebut.
Selama menjalani pemeriksaan medis, ternyata korban ATS mengalami luka yang parah pada bagian kepala.
Yakni luka pada pelipis kiri, mulut, rahang, dan memar pada kepala sisi belakang.
Namun karena luka pada kepala korban menghendaki dilakukan operasi bedah syaraf, dan RS BDH belum bisa melakukan penanganan tersebut, akhirnya korban dirujuk ke RSUD dr Soewandhie Surabaya.
Ashari menjelaskan, korban menjalani operasi bedah syaraf untuk membersihkan gumpalan darah yang memenuhi organ otak.
Namun takdir berkata lain. Sekitar empat hari dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri atau koma, akhirnya korban ATS dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (14/8/2024), pukul 04.58 WIB.
Pada hari itu juga, jenazah korban dikebumikan di TPU Kelurahan Sememi, Benowo, Surabaya.
Korban merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Sosoknya dikenal sebagai pendiam, penurut orangtua dan tak pernah neko-neko atau menimbulkan masalah di lingkungan sosial tempat tinggal.
Selama ini, ungkap Ashari, korban ATS bekerja sebagai karyawan pabrik pembuatan etalase barang dagangan minimarket.
"(Sering nongkrong di warkop) Enggak. Ya akhir-akhir ini aja. Kurang lebih 1 bulanan. Iya pendiam. Enggak aneh-aneh. Sama perempuan takut kok. (Keterlibatan sama gangster) Enggak pernah. Dia pecinta keluarga. Anak itu juga nurut sama orangtuanya," pungkasnya.
Kejadian tersebut, telah dilaporkan oleh pihak keluarga korban ke Mapolsek Lakarsantri atas dugaan pelanggaran Pasal 170 KUHP dan 365 KUHP Tentang Pengeroyokan.
Dibuktikan dari adanya LP: B/31/VIII/2024/SPKT/POLSEK LAKARSANTRI/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR tertanggal 11 Agustus 2024.
Sementara itu, Kapolsek Lakarsantri Polrestabes Surabaya, Kompol M Akhyar mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus itu, sehingga dirinya belum bisa memaparkan banyak informasi terkait kejadian tersebut.
"(Penyebab luka korban) Kecelakaan. Mohon waktu masih penyelidikan," ujar mantan Kasi Humas Polrestabes Surabaya itu saat dihubungi TribunJatim.com, Jumat (16/8/2024).