TRIBUNJATIM.COM - Demi mencapai mimpi-mipinya, seorang penjual cilok tak berhenti berusaha.
Anak pedagang sayur ini mengerahkan usaha dan tenaganya hingga berhasil lulus dari ITB.
Kini ia pun sukses menjadi peneliti di Jerman.
Penjual cilok tersebut diketahui bernama Yitno Suprapto.
Kisah Yitno Suprapto menjadi sorotan setelah dibagikan oleh salah satu dosen ITB, Imam Santoso, melalui akun Instagram-nya @santosoim pada Rabu (28/8/20240.
Yitno Suprapto mengaku punya tiga mimpi besar sejak Sekolah Menengah Atas (SMA).
Tak disangka, ternyata satu per satu mimpinya tersebut terwujud.
Dalam video yang diunggah Imam Santoso, tampak foto perjuangan dan perjalanan dari Yitno Suprapto mewujudkan mimpinya.
"Ajaib!! Tiga mimpi besar anak SMA ini, anak pedagang sayur, benar-benar jadi nyata. Bahkan sekarang jadi peneliti di Jerman," tulis Imam Santoso.
Saat SMA, Yitno Suprapto menceritakan cita-citanya kepada kampus impiannya, Institut Teknologi Bandung.
Yitno Suprapto menuliskan mimpinya melalui essay untuk tes masuk ITB.
Ia pun menunjukkan essay yang saat itu ditulis kepada Imam Santoso.
"Ini impian Yitno yang ia sampaikan ke ITB dan aku, 14 tahun lalu pas masih SMA," kata Imam.
Essay yang dibuat Yitno Suprapto pun begitu panjang.
Baca juga: Sosok Zaky Anak Penjual Plastik Berhasil Lulus Raih IPK Nyaris Sempurna, Dosen ITB sampai Bangga
Ia menceritakan sejumlah pengalamannya saat SMA dan mendapatkan berbagai penghargaan.
Diketahui, Yitno Suprapto mengenyam pendidikan di SMAN Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Dalam essay itu pun tertuliskan target yang ingin dicapainya.
Yitno Suprapto bermimpi pada tahun 2011 ingin menjadi mahasiswa ITB.
"Tahun 2011 benar-benar keterima ITB," tulis Imam Santoso.
Kemudian pada tahun 2015 ia menargetkan bisa lulus dari kampus yang diimpikannya tersebut.
Dalam foto kolase itu terlihat Yitno tengah berfoto dengan temannya di sebuah tempat semacam proyek.
Mimpi keduanya pun tercapai, ia berhasil lulus dari ITB.
Senyum Yitno merekah saat berfoto menggunakan toga wisuda ITB dengan ijazahnya.
Tak hanya itu, Yitno Suprapto pun ingin melanjutkan pendidikannya setelah dari ITB ke Belanda.
"Dan benar-benar lulus S-2 dari Belanda," tulis Imam Santoso.
Yitno mendapatkan beasiswa LPDP untuk melanjutkan kuliah di negeri tersebut.
Dalam foto tersebut, terlihat Yitno Suprapto menggendong seorang perempuan tengah berada di negara Kincir Angin.
Yitno Suprapto pun disebut sebagai orang yang berjuang melakukan berbagai usaha.
Demi membantu orang tuanya, ia pun jualan cilok hingga menjaga warnet.
"Sejak SMA Yitno jualan cilok dan jaga warnet, bantu orang tuanya cari nafkah untuk biaya sekolah," lanjut Imam Santoso.
Baca juga: Perjuangan Emil Anak Petani Sawit Berhasil Kuliah Gratis di UGM, Semangat Meski Daerahnya Tertinggal
Kini Yitno Suprapto pun berhasil menjadi orang sukses.
Ia menjadi seorang peneliti di Jerman.
"Ia sekarang jadi peneliti di Jerman. Meneliti dampak iklim pada udang," sambungnya.
Sepulang dari Belanda, Yitno Suprapto pun banyak membantu para petani udang.
Meski orang tuanya dari keluarga sederhana, Yitno Suprapto mampu mengubah nasib keluarganya.
"Ibu Yitno adalah pedagang sayur 'mlijo' keliling di desa. Dan ayahnya adalah buruh harian. Penghasilan sebulan gak sampai Rp 500 ribu," kata Imam Santoso.
Lebih lanjut Imam Santoso mengatakan bahwa pendidikan dapat mengubah seseorang.
Banyak beasiswa yang bisa diraih untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi.
"Pendidikan mengubahmu. Jangan takut bermimpi tinggi. Banyak beasiswa menanti. Selamat berjuang," pungkasnya.
Unggahan Imam Santoso pun langsung mendapatkan respons positif dari netizen.
@dim***: Dengan Pendidikan kita dapat hidup yang lebih layak ( bahkan lebih ) , Dengan Pendidikan dapat mengangkat derajat orang tua dan keluarga, Dengan Pendidikan, Dunia ada di tangan kita. # Tak lupa selalu libatkan Gusti Allah dalam setiap langkah dan do'a restu kedua orang tua.
@yun***: Kenapa selalu merinding tiap liat konten mas Imam tentang cerita kesuksesan mahasiswa atau rekannya. Sambil nonton, sambil baca isi konten, sambil merinding terharu. Sangat menginspirasi
@emi***: Maaya Alloh udk ada yg tdk mungkin didunia ini klo kita yakin semestapun bekerja dan Alloh meridhoi aamiin
@dc***: Pentingnya mimpi itu ditulis dan timelinenya jelas
Sebelumnya kisah anak penjual plastik penerima beasiswa di ITB yang lulus dengan IPK nyaris sempurna, juga viral di media sosial.
Mahasiswa ITB tersebut bernama Musholizaky Flahal Mu'min atau akrab disapa Zaky.
Diketahui, Zaky adalah penerima beasiswa KIP Kuliah.
Zaky adalah anak seorang penjual plastik di Pasar Boyolali, Jawa Tengah.
Ia adalah mahasiswa Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB) angkatan 2020.
Kini Zaky telah menyelsaikan sidang skripsinya dan dinyatakan lulus dengan IPK 3,99 nyaris sempurna.
Kisah Zaky viral di media sosial setelah dibagikan oleh salah satu dosen ITB bernama Imam Santoso melalui akun IG-nya, @santosoim.
Imam Santoso mengunggah momen Zaky sedang menjalani sidang akhir.
Sang dosen ITB mengatakan bahwa Zaky telah membuktikan bahwa dengan keterbatasan masih tetap berprestasi.
"Ia telah membuktikan bahwa walau dengan keterbatasan "previlage" orang tua, ia tetap bisa berprestasi. Apapun pekerjaan orang tua kita jangan pernah minder untuk bersaing selama kuliah," tulis Imam Santoso, dikutip dari Tribun Jabar.
Zaky adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Dengan berbagai keterbatasan yang ada, Zaky biasa membuktikan meraih hasil yang baik dalam perkuliahan dengan semangat belajar tinggi.
Dilansir dari laman resmi ITB, Zaky bercerita bahwa setiap manusia memiliki kesempatan yang sama.
Tinggal bagaimana manusia bisa mengoptimasi apa yang dimilikinya sejak dini.
Ia percaya saat niat dalam belajar sudah teguh, akan selalu ada jalan untuk mencapainya, salah satunya beasiswa.
Sejak SD, pemuda asal Jawa Tengah tersebut sudah termotivasi agar bisa berkuliah di ITB.
Sejak SD hingga akhir SMA, Zaky meminati bidang astronomi.
Akan tetapi, dengan berbagai pertimbangan, Zaky mendaftar kuliah di FTTM ITB dan diterima melalui jalur SNMPTN.
Setelah diterima, Zaky mengaku masih ragu memilih jurusan mana yang akan dijalaninya.
"Namun, setelah adanya kegiatan kaderisasi wilayah dari FTTM dan terpengaruh IG Mas Imam (Imam Santoso), akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Metalurgi," katanya, Senin (29/7/2024), dikutip dari laman ITB.
Zaky menuturkan, teman-teman hingga dosennya membangun lingkungan pembelajaran yang mendukung untuk terus mengembangkan diri.
"Kalau dari dosen saya sudah tidak meragukan lagi kualitas dari dosen ITB karena sudah sangat luar biasa.
Tinggal sebisa mungkin kita di perkuliahan mendengarkan dengan maksimal," katanya.