Berita Tulungagung

Menilik Tradisi Grebeg Tumpeng di Pantai Sanggar Tulungagung, Diikuti Pelepasan Tukik

Penulis: David Yohanes
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga memperebutkan sayur mayur dan buah-buahan yang dipasang di tumpeng dalam tradisi Grebeg Tumpeng di Pantai Sanggar Tulungagung, Minggu (8/9/2024).

Laporan Wartawan TribunJatim.com, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Empat buah tumpeng sayur mayur dan buah digotong warga dan perangkat Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (8/9/2024) siang. 

Keempat tumpeng ini dibawa ke sebuah tumpeng besar yang sudah berdiri di tepi Pantai Sanggar Tulungagunng.

Empat tumpeng yang lebih kecil ini ditata di empat penjuru tumpeng yang lebih besar.

Menurut Kepala Desa Jengglungharjo, Rudi Santoso, lima tumpeng buah dan sayur ini lambang 5 pantai yang ada di desanya, yaitu Ngalur, Sanggar, Pathuk Gebang, Jung Pakis dan Kalipucung. 

Sementara lima tumpeng ini bagian dari Grebeg Tumpeng yang menjadi bentuk ucapan syukur atas hasil Bumi yang dikelola para petani. 

“Untuk tahun ini kemarau panjang, hasil Bumi kurang bagus. Namun kami tetap melaksanakan Grebeg Tumpeng,” ujar Rudi. 

Sebelumnya, empat tumpeng kecil dan satu tumpeng besar ini dibacakan doa.

Setelah aba-aba, siapapun yang ada di Pantai Sanggar bisa mengambil apa saja yang ada di tumpeng.

Baca juga: Kirab Ageng Mendo Suro di Lumajang Berlangsung Meriah, Warga Semangat Berebut Gunungan Hasil Bumi

Wargapun berebut aneka sayur maupun buah-buahan yang disediakan.

Sayur yang jatuh juga dipungut hingga tak tersisa sedikitpun.

Rudi mengatakan, Grebeg Tumpeng ini seharusnya dilakukan di bulan Suro pada penanggalan Jawa. 

Namun saat itu, karena kesibukan kegiatan desa, hanya dilaksanakan selamatan.

“Karena waktu itu hanya selamatan, maka hari ini pelaksanaan Grebeg Tumpengnya. Ini menjadi salah satu atraksi wisata di Pantai Sangar,” sambung Rudi. 

Setelah seluruh sayur dan buah ludes diperebutkan warga, panitia membawa sebuah ember besar berwarna hitam.

Di dalamnya terdapat 25 ekor tukik atau anak penyu yang baru menetas.

Seperti tahun sebelumnya, Grebeg Tumpeng diikuti dengan pelepasan hewan yang dilindungi ini.

Masih menurut Rudi, pantai-pantai di desanya menjadi tempat penyu mendarat untuk bertelur.

Namun telur-telur ini terancam karena dimakan oleh biawak yang menjadi predator alami.

Karena itu, Pokdarwis bersama aktivis perlindungan penyu menyelamatkan telur-telur yang tersisa.

“25 ekor penyu ini yang bisa kita selamatkan. Sebagian besar telur di sarang yang sama sudah habis dimakan biawak,” ungkapnya.

Saat ini masih ada 33 butir telur penyu yang masih proses inkubasi.

Telur-telur ini dibuatkan tempat penetasan yang aman dari jangkauan predator. 

Setelah menetas, seluruh tukik akan langsung dibawa ke Pantai Sanggar untuk dilepas ke lautan.

“Pelepasan tukik menjadi kegiatan kami dalam pelestarian hewan yang dilindungi negara, sekaligus salah satu daya tarik wisata,” pungkas Rudi.

Berita Terkini